Sosok Low Profile di Diri Hamzah Haya
![Wacana.info](https://wacana.info/foto_berita/2822_hamzah_haya_yes_edited.jpg)
Duka mendalam tengah menyelimuti Sulawesi Barat, Polewali Mandar khususnya. Ketua DPRD Polewali Mandar, Hamzah Haya dipanggil Sang Khalik dalam tugasnya sebagai wakil rakyat di Makassar, kemarin.
Kepergian salah satu putra terbaik Sulawesi Barat itu ibarat petir di siang bolong. Betapa tidak, Beliau diketahui masih sempat mengikuti rangkaian kegiatan dalam kapasitasnya sebagai wakil rakyat di hotel Clarion Makassar. Serangan jantung diduga kuta jadi penyebab Hamzah Haya harus lebih dulu kembali ke haribaan Ilahi.
Sosok Hamzah Haya cukup dikenal sebagai figur yang dekat dengan publik. Ia tak segan turun langsung ke masyarakat untuk secara langsung menyentuh persoalan yang dihadapi oleh masyarakat, mengkaji kemudian menyelesaikannya. Sosok yang low profile, mungkin itu yang bisa disimpulkan penulis untuk menggambarkan pria bernama Hamzah Haya itu.
Kesimpulan tersebut bukannya tak berdasar. Di beberapa kesempatan, penulis sempat beriteraksi secara langsung dengan politisi Golkar tersebut. Entah itu dalam kapasitasnya sebagai seorang politisi, maupun ia sebagai salah satu kader terbaik gerakan Pramuka.
Iya, Pramuka. Interaksi penulis dengan Almarhum pertama kali terjadi
di kegiatan organisasi tunas kelapa itu. Saat itu, penulis sempat dipercaya membantu Kwartir Daerah (Kwarda) Sulawesi Barat untuk urusan kehumasan dalam keikutsertaannya di momentum Jambore Nasional (Jamnas) di Bumi Perkemahan Cibubur, pertengahan Agustus 2016 lalu.
Sosok Hamzah Haya yang sangat bersahabat, asyik lagi menyenangkan benar-benar penulis rasakan saat bersama Beliau di ragam kegiatan pada Jamnas yang diikuti oleh perwakilan dari 34 provinsi se Indonesia itu. Jangan sekali-kali meragukan komitmen seorang hamzah Haya pada dunia kepramukaan.
Ia tak segan mengorbankan segala sesuatunya demi perkembangan gerakan Pramuka, Organisasi yang telah memebsarkannya itu. "Saya belajar banyak hal di Pramuka. Saya ini bukan orang mampu. Kalau bukan karena Pramuika, saya tidak akan bisa seperti sekarang ini," tutur Hamzah saat berbicang dengan penulis di halaman barak tempat kami menginap di lokasi perkemahan kala itu.
Sambil sesekali menghisap rokok filter miliknya, Ia pun sempat membagi pengalaman saat berproses di Pramuka. Dari yang serius, hingga yang paling konyol sekalipun. Semua ia kisahkan dengan penuh keakraban. "Pramuka yang jadikan saya seperti sekarang," sebutnya.
Tak heran kiranya jika Kwartir Nasional (Kwarnas) gerakan Pramuka mengganjar Hamzah Haya dengan beragam pernghargaan atas desikasi dan komitmennya pada gerakan Pramuka. Hingga kini, namanya pun masih tercatat sebagai Andalan Pramuka Kwarnas koordinator wilayah Sulawesi.
Dedikasi dan komitmen seorang Hamzah Haya pada gerakan Pramuka juga dibuktikan sendiri oleh penulis. Di momentum Jamnas 2016 lalu, Hamzah Haya sedikit pun tak membawa embel-embel jabatannya sebagai Ketua DPRD saat melakoni hari demi hari di Cububur. Beliau berbaur, sama rata sama rasa dengan yang lain, dengan para kader dan pengurus Pramuka lainnya.
"Kak Ancha (Panggilan akrab Hamzah Haya) memang begitu orangnya. Kalau sudah bicara Pramuka, tidak ada urusan dengan posisinya sebagai Ketua DPRD," ungkap Sekretaris Kwarda Sulawesi Barat, Haris Syahril saat berbicang dengan penulis saat itu.
Masih jelas di ingatan penulis, saat Hamzah Haya memilih tidur di pelataran halaman barak. Kala itu, kamar di barak yang telah disediakan panitia Jamnas telah terusi penuh. Alhasil, dengan bermodalkan tikar, tanpa pengawalan protokoler, Ketua DPRD itu pun berbaring di teras barak.
"Yang jelas, Kak Ancha itu salah satu senior di Pramuka yang paling komitmen. Loyal terhadap organisasi. Beliau orangnya disiplin," ungkap Anggota Korps Pelatih Kwarda Sulawesi Barat, Abdul Wahab.
Saat itu, kami juga sempat terlibat perbincangan seputar gelindingan arah dukungan Partai Golkar di Pemilukada Sulawesi Barat. Kala itu Golkar memang belum menentukan bakal berlabuh kemana di pesta demokrasi Sulawesi Barat.
Jauh sebelum akhirnya menjadi satu-satunya partai yang mengusung pasangan Salim S Mengga-Hasanuddin Mas'ud, Golkar diwacanakan sedang berada di antara dua pilihan, mendukung Ali Baal Masdar (saat itu belum sepaket dengan Enny Anggraeni), atau berlabuh ke duet Suhardi Duka-Kalma Katta.
Dalam posisinya sebagai politisi Golkar, Beliau sempat menjawab pertanyaan penulis dalam sebuah kesempatan wawancara terkait arah dukungan 'beringin'. Dengan tegas, Beliau hanya menyebut komitmennya untuk tetap tunduk terhadap apapun keputusan Golkar.
"Apapun keputusan DPP Golkar nantinya, saya akan tetap patuh. Bagaimana maunya kita di daerah, kalau misalnya lain yang diputuskan di DPP, maka itu yang jadi. Saya harus tahu diri, saya ini politisi Golkar. Piring saya di situ, maka apapun keputusannya, saya siap mendukung," kata Hamzah saat itu.
Benar adanya, bahwa Golkar akhirnya menjatuhkan pilihannya ke Salim S Mengga yang awalnya diproyeksikan sepaket dengan KH Syibli Sahabuddin (sebelum akhirnya digantikan Hasanuddin Mas'ud).
Ketua DPD Golkar Polewali Mandar saat itu, Andi Ibrahim Masdar yang merasa tak puas dengan keputusan Golkar tersebut membuktikan janjinya untuk mundur dari Golkar (sejak awal, Andi Ibrahim menginginkan Golkar mendukung pencalonan Ali Baal Masdar).
Sebagai sosok yang komitmen, Hamzah Haya membuktikan dedikasinya pada keputusan Golkar yang akhirnya mengusung paket Salim S Mengga-Hasanuddin Mas'ud. Di beberapa kampanye Pasangan nomor urut 2 itu, sosok Hamzah Haya acap kali tampil sebagai yang terdepan untuk mensosialisasikan paket dengan jargon 'Sulbar Baru' itu.
Di mata penulis, Hamzah Haya adalah satu dari sekian banyak politisi dan pejabat publik yang membuka ruang cukup lebar dalam hal kemudahan berkomunikasi. Sebagai pekerja media, penulis terhitung cukup sering mengkonfirmasikan banyak hal ke Beliau utamanya untuk isu-isu Pemilukada beberapa waktu lalu.
Tak jarang jika panggilan telepon dari penulis tak sempat diangkat oleh Beliau, hampir pasti Beliau sendiri yang akan menelpon kembali sembari mengutarakan alasannya hingga tak sempat menjawab panggilan telpon dari penulis.
Kini, sosok low profile itu telah benar-benar pergi. Bukan untuk sebulan, tidak untuk setahun, tapi untuk selama-lamanya. Rasa kehilangan bukan hanya dirasakan oleh masyarakat Polewali Mandar saja. Kepergian Beliau ke haribaan Ilahi juga bikin langit dan bumi Sulawesi Barat ikut bersedih. Selamat jalan Kak Ancha', kami semua pasti menyusulmu.
Tuhan yang aku cinta, mudahkan jalan dia...
Tuhan yang aku cinta, sambut kehadiranya...