Tentang Ular Memangsa Manusia, Ini Kata Pakar
JAKARTA--Peristiwa seekor ular phyton yang memangsa Akbar (25), warga desa Salubiro, Kecamatan Karossa, Kabupaten Mamuju Tengah, kemarin jadi salah satu perhatian utama publik se antero nusantara.
Kasus tersebut memberi gambaran bahwa manusia memang mungkin menjadi mangsa ular. Namun, seberapa besar sebenarnya peluangnya?
Peneliti herpetologi dari Institut Pertanian Bogor (IPB) Mirza D Kusrini, mengungkapkan, peluang manusia dimakan phyton sebenarnya kecil.
"Phyton biasanya memangsa hewan seperti babi hutan dan rusa. Tapi, dalam kondisi tertentu, memang bisa memangsa manusia. Ada kasusnya tapi tidak banyak," sebut Mirza, Rabu (29/03).
Seperti dikutip dari Kompas.com, Mirza mengatakan, phyton sebenarnya merupakan hewan yang oportunis yang memangsa apapun yang mungkin.
Dalam kasus Akbar, Mirza menduga, phyton tidak berhasil mendapatkan makanan setelah mencari sehingga akhirnya memangsa manusia.
phyton bisa kekurangan mangsa karena hidup di lingkungan kebun sawit di mana keragaman mangsa kurang melimpah. Mangsa phyton di kebun sawit kerap diusir karena dianggap hama.
Phyton sendiri bisa jadi datang ke kebun sawit karena habitat aslinya sudah berkurang dan menjelma menjadi kebun sawit itu sendiri.
Kekurangan mangsa merupakan sebab umum phyton memangsa manusia. Tahun 2013 lalu, dua orang bocah di Amerika Serikat dimakan oleh phyton yang kelaparan.
Phyton yang jadi hewan piaraan itu lapar karena baru saja lepas dari kandangnya. Dia lantas masuk ke apartemen dan akhirnya menemukan dua bocah yang sedang tertidur.
Secara anatomi, ukurannya yang besar membuat phyton bisa memakan apa pun. Mirza mengungkapkan, phyton bahkan bisa memakan aligator, sapi, dan hewan lain yang ukurannya lebih besar dari manusia.
"Seperti ular lainnya, phyton itu tidak memiliki rahang. Jadi dia bisa membuka mulutnya selebar apapun dan mengkontraksikan ototnya untuk mendorong mangsa masuk ke saluran pencernaannya," urai Mirza.
Sekali mendapatkan mangsa, phyton bisa diam hingga sebulan lamanya. Sebabnya, phyton membutuhkan waktu yang lama untuk mencerna.
"Maka wajar jika di Sulawesi korban ditemukan masih dalam keadaan utuh. Dalam jangka waktu 2-3 hari, mangsa biasanya masih utuh di dalam perut ular," jelas Mirza.
Untuk menghindari phyton, Mirza menyarankan untuk selalu waspada jika ke lapangan, baik ke sawah, kebun, apalagi hutan.
"Jangan pernah pergi sendiri saat di hutan. Pastikan selalu berada dalam rombongan jadi ada yang membantu," katanya.
Phyton biasanya berada di atas pohon. Jadi saat berjalan penting juga untuk melihat ke atas, mewaspadai keberadaan phyton.
Selain itu, penting untuk tidak mengganggu.
"Kalau menemukan phyton, lebih baik mundur. Jangan malah diganggu," ungkap Mirza.
Menurutnya, ular pada umumnya merupakan hewan pemalu. Jika manusia menghindar, maka ular tidak akan mengejar seperti singa. (*/A)