Advertorial

Gubernur Sulbar Dorong Partisipasi Orang Tua ke Posyandu

Wacana.info
(Foto/Dinas Kominfo, Persandian dan Statistik)

MAMUJU–“Kalau kau cintai Posyandu, berarti anak-anakmu bisa sehat. Bisa diukur tinggi badannya, naik atau tidak timbangannya. Karena anak-anak itu harus naik timbangannya setiap minggu. Kalau dalam satu sampai empat minggu tidak naik, berarti ada kecenderungan sakit atau kurang gizi, sehingga berisiko stunting. Ini menyangkut masa depan bangsa kita menuju Indonesa emas 2045,”. Hal itu diuraikan Gubernur Sulawesi Barat, Suhardi Duka dalam agenda kick off gerakan cinta Posyandu yang dipusatkan di ruang oval Lantai 3 Kantor Gubernur Sulawesi Barat, Selasa (09/09).

Wakil Gubernur Salim S Mengga sendiri yang memimpin gerakan cinta Posyandu itu. Sebuah gerakan yang jadi tindak lanjut dari Surat Edaran (SE) Gubernur Suhardi Duka Nomor 37 Tahun 2025 tentang penguatan Posyandu di Provinsi Sulawesi Barat.

Berdasarkan data Pastipadu, pada Juli 2025 tingkat kehadiran masyarakat di Posyandu tercatat 54,59 Persen. Angka ini meningkat signifikan pada Agustus 2025 menjadi 68,2 Persen atau setara dengan 73.853 balita hadir dari total target 108.322. 

Meski demikian, masih ada 34.469 balita yang tidak datang ke Posyandu. Dari data itu juga tercatat 20.384 balita atau 27,6 Persen masih mengalami stunting, tersebar di enam kabupaten.

Gubernur Suhardi Duka menekankan pentingnya Posyandu sebagai garda terdepan dalam pemantauan tumbuh kembang anak. Ia pun mengimbau kepada masyarakat agar aktif membawa anaknya ke Posyandu. 

Gubernur Suhardi Duka juga berharap, gerakan itu menjadi momentum kolaborasi lintas sektor agar keberadaan Posyandu benar-benar efektif.

"Tujuannya agar ke depan gerakan cinta Posyandu lebih terukur, efektif, dan berdampak nyata pada penurunan angka stunting sekaligus pengentasan kemiskinan ekstrem di Sulbar," sambung Suhardi Duka.

Gerakan cinta Posyandu juga diharapkan mampu mengoptimalkan lebih dari 2.100 Posyandu yang tersebar di enam kabupaten. Ia disemogakan menjadi pusat layanan kesehatan masyarakat yang aktif, terintegrasi, dan solutif. (*/Naf)