Satu Frame Tiga Mantan Bupati

MAMUJU--Momentum hari jadi Mamuju ke-485 tahun menyisakan banyak cerita menarik. Satu hal yang mungkin luput dari perhatian publik di 14 Juli 2025 yang lalu adalah bertemunya tiga mantan bupati Mamuju yang satu frame dengan Sutinah Suhardi, Bupati Mamuju saat ini.
Pemandangan tak biasa itu tersaji di puncak hari jadi Mamuju baru-baru ini. Adalah forum paripurna istimewa DPRD Mamuju yang jadi panggung utama bertemunya Almalik Pababari, Suhardi Duka dan Habsi Wahid plus Bupati Sutinah Suhardi.
Ia menjadi istimewa lantaran ketiganya, sudah menjadi rahasia umum punya hubungan yang 'agak lain'. Di gelanggang politik, ketiganya pernah berada dalam satu kepentingan yang sama, sempat juga berdiri saling hadap-hadapan di event politik lainnya.
Tiga mantan 'hokage' plus Sutinah Suhardi yang tampil guyub itu dinilai bakal memberi efek positif bagi kemajuan daerah. Presidium MW KAHMI Sulawesi Barat, Rahmat Idrus menilai, momentum kebersamaan di HUT Mamuju tersebut menyimpan makna yang begitu besar.
Rahmat Idrus. (Foto/Istimewa)
"Bahwa Mamuju ini adalah etalase, wajah utama Sulawesi Barat. Semua upaya membenahi Mamuju hanya dapat digenjot dengan semangat kebersamaan. Apa yang dipertontonkan Pak Almalik, Pak Habsi dan Pak Suhardi Duka serta Ibu Bupati adalah sesuatu yang mesti dicontoh oleh masyarakat," kata Rahmat Idrus kepada WACANA.Info, Rabu (16/07).
Wajah heterogen masyarakat Mamuju terlihat begitu nyata. Semangat kebersamaan yang dipertontonkan nama-nama di atas, kata Rahmat, ibarat angin segar ditengah upaya pemerintah menggenjot pembangunan menuju cita-cita masyarakat Mamuju yang keren; sejahtera.
"Karena hanya dengan kebersamaan lah daerah ini dapat bergerak ke arah yang lebih baik. Menurut saya, beliau-belau itu semakin menegaskan dirinya sebagai tokoh," pungkas Rahmat Idrus.
Pertahankan Jati Diri, Majukan Daerah dengan Semangat Damai
Pembangunan di Kabupaten Mamuju diproyeksikan untuk dapat terus diarahkan demi memperkuat hal-hal yang dinilai masih lemah. Termasuk meningkatkan aspek yang dianggap sudah on the track.
"Kita ingin memperkuat yang lemah dan melanjutkan yang baik agar perjalanan Kabupaten Mamuju semakin bermakna," ujar Suhardi Duka, Gubernur Sulawesi Barat, Bupati Mamuju di dua periode; 2005–2010 dan 2010–2015.
Gubernur Suhardi Duka juga menegaskan komitmen pemerintah Provinsi Sulawesi Barat untuk ikut berperan sebagai pendukung utama bagi enam kabupaten se Sulawesi Barat, termasuk Kabupaten Mamuju.
Suhardi Duka. (Foto/Kominfo, Statistik dan Persandian Sulbar)
"Dirgahayu Mamuju ke-485, tetaplah pertahankan jati diri dan terus majukan daerah dengan semangat damai dan kemajuan," harap Suhardi Duka.
HUT Mamuju, Momentum Pas untuk Evaluasi
Habsi Wahid saat ditemui dalam sebuah kesempatan mengapresiasi sederet capaian positif Kabupaten Mamuju di bawah kepemimpinan Bupati Sutinah Suhardi. Dari pertumbuhan ekonomi yang menunjukkan trend positif, angka kemiskinan turun, kemudian tingkat pendidikan yang juga membaik, kata Habsi, itu merupakan indikasi bahwa pemerintah telah menunjukkan satu kemajuan.
"kondisi pemerintahan di Mamuju saya anggap kondusif dalam menjalankan pemerintahan. Kita berharap, masyarakat Mamuju untuk mari kita mensupport agar ibu bupati ini bisa melaksanakan visi misinya dalam rangka mensejahterakan masyarakat," ungkap Habsi Wahid.
Segala catatan positif itu, masih oleh Habsi, perlu dijadikan catatan, acuan bagi pemerintah sekarang. Sekaligus dijadikan bahan utama dalam mengevaluasi diri untuk menciptakan satu lompat yang lebih tinggi lagi. Demi capaian yang lebih baik di masa mendatang.
Habsi Wahid. (Foto/Net)
"Momentum hari jadi itu adalah masa bagaimana kita melakukan introspeksi diri. Sejauh mana kegiatan pemerintahan yang telah kita laksanakan selama ini yang menjadi rujukan dalam kita melakukan evaluasi," tutup Habsi Wahid, anggota DPRD Sulawesi Barat, Bupati Mamuju periode 2016—2021 itu.
WACANA.Info telah berupaya untuk mewawancarai Bupati Mamuju periode 1999-2004. Baik melalui staf-nya, via telepon, hingga datang langsung ke kediaman pria yang kini jadi senator di Senayan itu. Sayang, segala ikhtiar untuk memperoleh perspektif Almalik itu belum membuahkan hasil.
Kuat Kita Bersama
Mamuju, di usianya yang ke-485 juga jadi momentum penegasan tentang wajah daerah ini yang terus berbenah. Di tengah zaman yang putarannya kian cepat, Mamuju selalu hadir dengan karakternya yang adaptif.
Maradika Mamuju, Bau Akram Dai menguraikan, sebagai daerah tujuan; bukan daerah transit, Mamuju memang selalu jadi daerah dengan kemampuan beradaptasi yang cukup baik. Untuk sejumlah perubahan, masyarakat di Mamuju selalu saja punya cara untuk menyesuaikan diri.
"Bisa kita lihat, bagaimana wajah Mamuju yang sangat begitu fleksibel. Terus berbenah seiring sejalan dengan perkembangan zaman," ucap Bau Akram Dai.
Bau Akram Dai. (Foto/Istimewa)
Meski begitu, nilai luhur masyarakat Mamuju tetap menjadi alas utama untuk setiap fleksibilitas tersebut. Boleh jadi, komitmen kuat untuk tetap bepegang teguh pada falsafah budaya itu hingga nyaris tak pernah terdengar adanya gesekan sosial yang begitu besar di Mamuju.
"Padahal potensi itu (gesekan sosial) ada. Lihat lah penduduk Mamuju hari ini, mereka punya latar belakang sosial, suku dan agama yang berbeda-beda. Segala perbedaan sosial itu faktanya mampu untuk melebur. Saya yakin, salah satu penyebabnya karena masih kuatnya landasan budaya di dalamnya," sambung pria yang juga kepala dinas koperasi dan UKM, perindustrian dan perdagangan Provinsi Sulawesi Barat itu.
Partisipasi aktif masyarakat dalam menjaga harmoni sosial dan memperkuat nilai-nilai kebersamaan merupakan fondasi penting, bagi terwujudnya pembangunan daerah yang berkelanjutan. Maradika Mamuju pun berharap, prinsip kebersamaan; terlepas dari ragam kepentingan di belakangnya, hendak jadi semangat utama yang mesti tetap terpelihara.
"Saya berharap, kuatnya kebersamaan di tengah masyarakat itu dapat terpelihara dengan baik. Kebersamaan dan kesadaran kolektif dari masyarakat adalah energi utama dalam membangun Mamuju," demikian Bau Akram Dai. (*/Naf)