Humaniora

Yang Mesti Dilihat dari Tingginya Angka Bunuh Diri di Sulbar

Wacana.info
Ilustrasi. (Foto/Net)

MAMUJU--Di sepanjang tahun 2024, angka peristiwa bunuh diri di Sulawesi Barat tercatat sebanyak 36 kasus. Dalam catatan BPS, angka tersebut meningkat jika dibandingkan peristiwa serupa di tahun 2021 yakni sebanyak 30 kasus.

Awal Mei tahun 2025 saja, tercatat dua kasus bunuh diri. Keduanya bahkan terjadi di hari yang sama. 

Mengutip IDN Times, belum lama ini ada penelitian yang mempublikasikan profil statistik bunuh diri pertama di Indonesia. Studi ini diterbitkan dalam jurnal The Lancet Regional Health - Southeast Asia pada Maret 2024.

Lewat serangkaian penelitian dan analisis, tim peneliti mengidentifikasi provinsi-provinsi di Indonesia yang memiliki angka bunuh diri paling tinggi. Lima provinsi dengan angka bunuh diri tertinggi meliputi; Bali (1,821 per 100.000), Kepulauan Riau (1,175 per 100.000), Daerah Istimewa Yogyakarta (0,951 per 100.000), Jawa Tengah (0,806 per 100,000), Kalimantan Tengah (0,416 per 100,000).

Ketua  Forum Kewaspadaan Dini Masyarakat (FKDM) Sulawesi Barat, Nur Salim Ismail menilai, angka peristiwa bunuh diri yang menyimpan kecenderungan untuk terus meningkat itu mesti mendapat perhatian serius. Bagi dia, salah satu penyebab seseorang nekat mengakhiri hidup adalah kian mengeringnya sisi spritualitas seseorang.

"Selain itu, menurut saya, saatnya kita mencermati stigma budaya yang cenderung menutup-nutupi masalah kesehatan metal, sehingga yang orang punya kecenderungan mengalami gangguan jiwa karena kesulitan mencari sosok yang dapat memberi bantuan seputar apa dan bagaimana menangani kegelisahan, penanganan kecemasan dan seterusnya," beber Nur Salim Ismail kepada WACANA.Info, Kamis (8/05) malam.

Nur Salim Ismail. (Foto/Istimewa)

Masih dari IDN Times, tim peneliti juga menghitung angka bunuh diri per 100.000 penduduk (secara nasional dan di setiap provinsi) dengan membagi jumlah kematian setiap tahun (dari data kepolisian) dengan jumlah penduduk terkait dikalikan 100.000. Ini dikenal dengan istilah crude suicide rate atau angka kasar bunuh diri. 
Dilansir Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), crude suicide rate adalah jumlah kematian akibat bunuh diri dalam setahun, dibagi jumlah penduduk dan dikalikan 100.000.

Tingkat upaya bunuh diri nasional adalah 2,25 upaya per 100.000 orang. Para peneliti pun menemukan lima provinsi dengan angka kasar percobaan bunuh diri tertinggi. 

Lima provinsi ini meliputi; Sulawesi Barat (20,07 per 100.000) Gorontalo (9,09 per 100,000) Bengkulu (8,72 per 100,000) Sulawesi Utara (7,11 per 100,000) Kepulauan Riau (6,62 per 100,000).

"Sulbar seharusnya mulai berbenah untuk melihat bahwa fenomena bunuh diri ini memerlukan sumber daya. Sudah saatnya menemukan sumber daya profesional dalam hal penanganan masalah mental," Nur Salim Ismail, peraih gelar doktor UIN Makassar itu menambahkan.

Pemerintah daerah pun perlu lebih serius lagi dalam hal penguatan aspek sosial dan ekonomi. Menurut Nur Salim, himpitan ekonomi (sebagai salah satu pemicu peristiwa bunuh diri) penting untuk dikaji. Termasuk data tentang angka pengangguran.

Pun dari akses sosial. Menurut Nur Salim, poin itu juga harus dilihat bahwa kelompok masyarakat baik dari generasi milenial maupun generasi z perlu mendapatkan perhatian tentang kondisi yang berpeluang membuat mereka mengalami penyimpangan. 

"Semua itu saya kira sudah harus bergerak kesana cara berpikirnya. Sehingga kita berharap, fenomena ini jangan dilihat sebatas peristiwa semata. Jangan juga hanya dilihat hanya karena faktor spiritualitas yang semakin melemah. KIta butuh rekayasa sosial dan rekayasa kebijakan agar ini bisa berjalan secara beriringan," Nur Salim Ismail menutup. (*/Naf)