Mengintip Isi Rapor ABM-Enny

Wacana.info
Gubernur dan Wakil Gubernur Sulbar, Ali Baal Masdar dan Enny Anggraeni Anwar Mengakhiri Masa Jabatannya. (Foto/Istimewa)

MAMUJU--Duet Ali Baal Masdar dan Enny Anggraeni Anwar di pucuk pimpinan pemerintahan Provinsi Sulawesi Barat bakal berakhir. Lima tahun lamanya, Ali Baal dan Enny Anggraeni menahkodai jalannya pemerintah di provinsi ke-33 ini.

Ada nilai plus, tentu ada pula beberapa catatan buruk yang ditinggalkan oleh Ali Baal dan Enny selama lima tahun terakhir. Publik tentu punya kesimpulan masing-masing soal isi rapor penilaian yang akan dibawa pulang oleh pasangan peraih dukungan mayoritas rakyat Sulawesi Barat di Pemilukada 2017 yang lalu.

NasDem, sebagai salah satu partai pengusung utama duet tersebut punya beberapa catatan. Kepada WACANA.Info, Abdul Rahim menilai, satu-satunya hal yang dapat dibanggakan dari lima tahun kepemimpinan rezim ABM-Enny adalah pekerjaan beberapa ruas jalan yang sumber pendanaannya bersumber dari pinjaman PT SMI lewat program pemulihan ekonomi nasional.

"Selebihnya, saya jujur mengatakan bahwa tidak ada hal yang prestisius begitu. Tidak hal yang patut membanggakan menurut saya. Biasa-biasa saja. Bahwa kemudian ada faktor Covid-19 yang ikut menyandera proses penyelenggaraan pemerintahan kita, proses konsolidasi pembangunan kita, juga saya kira juga termasuk bencana 15 Januari, itu juga salah satu faktor yang harus dilihat sebagai faktor yang ikut mempengaruhi roda pemerintahan di Sulbar," tutur Abdul Rahim, sekretaris DPW NasDem Sulawesi Barat, Rabu (11/05).

Sebagai pihak yang terlibat langsung dalam setiap proses perencanaan, pelaksanaan serta pengawasan program pembangunan di Sulawesi Barat, Rahim bahkan menyebut, proses pembangunan di Sulawesi Barat cenderung stagnan. Tak ada hal yang bersifat prestisius yang jadi legacy di masa kepemimpinan Ali Baal dan Enny Anggraeni.

"Yah saya mengatakan bahwa ini biasa-biasa saja untuk tidak mengatakan bahwa kita mengalami satu proses stagnasi pembangunan," sambung Wakil Ketua DPRD Sulawesi Barat itu.

Apa yang tertuang dalam visi misi Ali Baal Masdar-Enny Anggraeni Anwar di awal pemerintahannya, menurut Rahim, nyaris tak mewujud. Belum secara langsung menyentuh kebutuhan utama masyarakat di Sulawesi Barat. Bahkan, kata dia, penilaian dari pemerintah pusat menilai Ali Baal dan Enny telah gagal dalam mewujudkan visi dan misinya.

Abdul Rahim. (Foto/Istimewa)

"Terakhir laporan Irjen Kemendagri pun juga mengkonfirmasi bahwa pencapaian visi misi ABM itu gagal. Dan DPRD sudah memparipurnakan hal tersebut. Kami tidak mungkin keluar dari penilaian pemerintah pusat itu, termasuk penilaian dari BPK RI bahwa masa kepemimpinan ABM-Enny selama lima tahun ini telah mengalami satu kegagalan dalam pencapaian visi misinya. Saya kira agar kita tidak terkesan memberikan pandangan yang subjektif apalagi politis, kami menyatakan bahwa apa yang sudah menjadi keputusan lembaga, itu sudah melalui berbagai analisis pertimbangan. Termasuk apa yang disampaikan oleh Irjen Kemendagri dan BPK, saya kira itu sesuatu yang tidak lagi bisa diperdebatkan," urai dia.

Tapi, Sulawesi Barat kan telah beberapa kali diganjar predikat Wajar Tanpa Pengecualian ole BPK RI ?.

"Itu dari aspek ketaatan terhadap pengelolaan keuangan. Tetapi ketika kita bicara pencapaian visi misi, WTP itu tidak berkolerasi langsung terhadap penilaian atau indokator pencapaian sebuah visi misi. Apalagi bicara soal tingkat kesejahteraan masyarakat. Yang diukur itu apakah pengelolaan keuangan ini sudah patuh, sudah taat, dan sebagainya. Tapi kalau soal pencapaian visi misi itu kan jelas ukurannya, bukan soal ketaatan, tapi soal angka kuantitatif dan kualitatif yang menjadi ukuran dalam kurun waktu lima tahun. Misalnya angka kemiskinan, angka kemiskinan kita masih bertengger ini 11 Persen lebih, atau angka pengangguran, pertumbuhan ekonomi kita. Sebab kita melihat bahwa perputaran ekonomi di masyarakat kita dengan pertumbuhan ekonomi yang ada, pemerintahan ini nyaris tidak memiliki skema yang tepat untuk bagaimana menumbuhkan ekonomi kita, termasuk bagaimana memaksimalkan sumber-sumber ekonomi kita. Kita tidak melihat itu," sambung mantan aktivis HMI itu.

"Saya menyampaikan bahwa kita tentu menyampaikan terima kasih, dengan segala penghormatan kepada Gubernur dan Wakil Gubernur yang sudah mengantar pemerintahan ini di lima tahun terakhir. Sekaligus berharap apa yang tidak bisa kita capai selama ini, tentu inilah yang harus menjadi komitmen bagi siapapaun, termasuk kepada penjabat kepala daerah yang dipercaya oleh Ptresiden," pungkas Abdul Rahim.

Pencapaian Visi Misi di Bawah 50 Persen

Selain Partai NasDem, PDI Perjuangan pun juga jadi kekuatan politik utama yang berada di balik suksesi Ali Baal Masdar dan Enny Anggraeni selama ini. Sayang, nada minor untuk pencapaian duet tersebut lima tahun terakhir juga terdengar dari 'mocong putih'.

Politisi PDI Perjuangan, Rayu menganggap, rapor penilaian bagi kepemimpinan Ali Baal dan Enny Anggraeni selama ini didominasi oleh angka merah. Dihubungi via sambungan telepon, nyaris tak ada yang dapat dibanggakan oleh Ali Baal dan Enny Anggraeni soal pencapaian visi dan misinya di Sulawesi Barat.

"Kalau menurut saya, hampir dibilang di bawah 50 Persen yang dia capai (visi misi). Tapi dia sudah berbuat loh, semaksimal apa yang dia bisa lakukan yang terbaik untuk warga. Mungkin karena banyak hal, misalnya akibat gempa dan banyak masalah-masalah lain seperti pademi dan sebagainya, sehingga itu yang membuat menurut saya, tak sampai di angka 50 persen. Tapi tidak bisa juga menvonis orang tidak bekerja, karena berbagai faktor, pertama pandemi, gempa dan lain sebagainya itu juga menjadi persoalan," papar Rayu.

Rayu (Foto/Manaf Harmay)

Di luar dari minimnya pencapaian visi misi, Rayu pun menilai, tak ada hal yang sifatnya luar biasa yang dilakukan oleh Ali Baal Masdar dan Enny Anggraeni selama ini. Meski begitu, Rayu menganggapnya sebagai pencapaian maksimal yang dapat diraih oleh kedua sosok tersebut.

"Selama lima tahun belum signifikan kalau menurut say. Tapi kalau untuk membangun yah lumayanlah kita liat saja apa yang ia bangun. Sebagai kader yang mengusung full ABM-Enny, kita melihat walaupun masyarakat sebenarnya merasa masih sangat kecil dari apa yang sebenarnya diharapkan, tapi itulah yang kita lihat bahwa sudah berbuat semaksimal apa yang dapat diperbuat. Mau dikatakan tidak maksimal, dia sudah melakukan apa yang bisa dia lakukan yang terbaik untuk masyarakat Sulbar. Kalau kemudian dia mungkin ada janji-janji beliau waktu kampaye yang tidak bisa dipenuhi, itu urusan lain lagi. Tetapi yang jelas dia sudah berbuat semaksimal apa yang dia perbuat, walupun mungkin banyak masyarakat yang puas, tapi sebagian besar belum puas, dia sudah melakukan yang dianggap maksimal," jelas Rayu, ketua fraksi PDI Perjuangan DPRD Sulawesi Barat itu.

Menurut Rayu, akan jauh lebih baik bagi Sulawesi Barat jika dipimpin oleh sosok yang lebih visioner, lebih energik. Sulawesi Barat di mata Rayu membutuhkan sosok pemimpin yang mampu mengelaborasi selruh potensi yang ada untuk kebaikan masyarakat.

"Beliau sudah saatnya untuk beristirahat. Ked epan itu di pemilihan 2024 kita berharap Sulbar itu dipimpin oleh Gubernur yang datang dari kaula muda. Sulbar ini daerah yang hampir dikatakan daerah yang baru, yang mungkin kedua terakhir, sehingga harus mencari pemimpin yang betul-betul punya energi, visi-misinya itu betul-betul jelas dan harus membuat satu terobosan terobosan yang cemerlang. Tapi kalau dia misalnya Gubernur ke depan ini cuma standar-stadar saja, aih janganlah. Cari pemimpin, Gubernur yang betul-betul punya visi-misi yang berani mempertaruhkan jabatan, mempertaruhkan segalanya untuk masyarakat Sulbar, untuk kepentingan Sulbar. Kalau sduah dapat seperti itu maka Sulbar akan melejit. Kalau standar, bahkan di bawah standar, aih tidak ada harapan," harap dia.

"Kalau bicara pencapaian visi dan misinya seama ini. Lima tahun Beliau itu hampir bisa dikatakan rapornya merah kalau saya. Kalau capaiannya di bawah 50 Persen, merah itu. Tapi yah itulah kemampuannya," tutup Rayu.

Bukan Apa yang Telah Dicapai, tapi Keteladanan Apa yang Ditinggalkan

Mengukur capaian kinerja seorang pemimpin tak hanya sekadar soal apa yang telah dilakukan, apa yang telah dibangun atau ragam capaian angka statistik lainnya. Jauh yang lebih penting bagi seorang pemimpin adalah nilai keteladanan yang ditinggalkan.

Hal itu disampaikan tokoh masyarakat Sulawesi Barat, Salim S Mengga. Kepada WACANA.Info, Salim berharap, asa jabatan Ali Baal Masdar dan Enny Anggraeni dapat diakhiri dengan damai, dengan baik.

"Nilai seorang pemimpin bukan apa yang bisa dia capai, tetapi keteladanan apa yang bisa dia tinggalkan untuk rakyatnya," ucap Salim S Mengga via WhatsApp.

Salim S Mengga. (Foto/Manaf Harmay)

Salim menyorti pola komunikasi yang berjalan tak ideal utamanya antara Gubernur dan Wakil Gubernur. Kondisi yang terjadi bahkan sejak awal-awal masa kepemimpinan Ali Baal dan Enny Anggraeni. Kata Salim, jika komunikasi itu tak membaik hingga akhir masa jabatannya, ia dengan tegas mengatakan bahwa baik Ali maupun Enny telah gagal.

"Kalau keduanya tetap saja memiliki pola hubungan yang sama seperti pada awal mereka berdua terpilih sebagai pimpinan di Sulbar dan sampai di akhir masa jabatannya tidak ada perubahan, artinya bagi saya keduanya telah gagal menampilkan diri sebagai pemimpin yang mampu menginspirasi, baik dari segi nilai maupun dari segi prestasi," sambung tokoh kharismatik itu.

Prestasi bagi Salim hanya mewujud bila mampu merencanakan, bekerja sama mengawasi dan mengevaluasi secara bersama dalam kondisi yang nyaman, akrab, saling isi dalam suasama kekeluargaan. Serta sama-sama bertanggung jawab. Pola hubungan yang baik, menurut Salim, akan melahirkan harmoni yang akan ujungnya bakal memberi nilai sekaligus prestasi yang dapat dibanggakan.

"Tanpa situasi ini, kita hanya bicara mimpi, angan-angan yang tidak bernilai," demikian Salim S Mengga. (Naf/A)