Aholeang; Negeri ‘Seribu’ Gua, Titik Bumi Bergetar
MAJENE--Terletak di Desa Mekkatta, Kecamatan Malunda, Majene. Jarak dari jalan poros trans sulawesi ke dusun Aholeang terbilang cukup dekat. Berjarak 3 Kilometer saja, kita sudah tiba di dusun Aholeang.
Aholeang dan dusun Rui, dua wilayah di Mekkatta yang hari ini ditinggal oleh seluruh penghuninya. Gempa bumi 14-15 Januari 2021 yang lalu bikin 115 kepala keluarga di dua dusun tersebut harus dievakuasi ke dusun Rui-rui. Sejak musibah dahsyat tersebut, mereka masih bertahan di tenada-tenda pengusian, hingga sekarang. Kasihan !.
Belakangan diketahui, dua dusun itu merupakan kawasan yang menjadi titik utama episentrum linor bermagnito 6,2 pertengahan Januari tahun lalu. Musibah yang ikut meluluhlantakkan sebagian bangunan yang ada di kota Mamuju dan beberapa kecamatan di Kabupaten Majene.
Terlepas dari itu semua, dusun Aholeang rupanya banyak menyimpan pesona pariwisata yang cukup menjanjikan. Rumah-rumah warga, termasuk fasilitas pendidikan yang tak lagi berpenghuni itu bisa dimanfaatkan sebagai kawasan museum gempa bumi sekaligus jadi kawasan wisata edukasi.
Melihat dari dekat sisa-sisa keganasan gempa bumi di Aholeang bisa jadi satu pengalaman wisata edukasi yang kuat sekaligus mengharukan. Gempa bumi sebagai satu catatan kelam di Sulawesi Barat memang meninggalkan bekas luka. Di sisi lain, sejarah juga jadi sesuatu yang sangat berharga untuk generasi di masa mendatang.
Sisa-Sisa Gempa Bumi di Dusun Aholeang. (Foto/Manaf Harmay)
Wisata edukasi Aholeang, bisa dijadikan destinasi belajar, atau untuk sekadar mengingat kembali betapa musibah mampu memberi bekas luka yang begitu dalam di daerah ini. Bagi siapa saja, tidak ada salahnya untuk datang ke Aholeang.
Kita pun bisa melihat langsung sisa-sisa longsoran gunung yang menenggelamkan kebun dan sebagian permukiman warga karena goyangan gempa. Landscape yang bisa dijadikan obyek pembelajaran bagi mereka yang konsen di bidang geologi, geografi, atau bidang keilmuan lainnya.
Tak sampai di situ, Aholeang pun punya banyak pesona alam yang sayang jika tak dimanfaatkan. Dengan sangat mudah kita temukan beragam macam tanaman yang punya nilai ekonomis tinggi. Anggrek, tanduk rusa, ragam buah buahan, serta kekayaan hayati lainnya tersedia banyak di Aholeang.
Salah Satu Jenis Tanaman Anggrek yang dengan Mudah Ditemui di Dusun Aholeang. (Foto/Manaf Harmay)
Bagi siapa saja yang ingin menikmati atau merasakan sensasi berada di dalam gua, Aholeang rupanya menyediakannya.Bukan satu, tidak dua. Gua yang ada di Aholeang jumlahnya sampai puluhan. Meski tak semuanya dapat diakses dimasuki.
Banyaknya gua yang ada di sana bisa jadi alasan penamaan daerah yang akses menuju kesana terbilang cukup mudah. Oleh warga sekitar, 'Aho' artinya di atas, sementara 'leang' dapat diartikan sebagai lubang atau gua. Secara bebas, Aholeang dapat diterjemahkan sebagai perkampungan yang berdiri di atas lubang atau gua.
Kadis Pariwisata Sulbar, Farid Wajdi Berforto dengan Tanaman Tanduk Rusa yang Juga Banyak Ditemui di Dusun Aholeang. (Foto/Manaf Harmay)
Salah satu gua yang ukurannya cukup besar bahkan sudah dapat kita temui hanya dengan jarak lebih dari 1 Kilometer saja dari jalan trans Sulawesi. Untuk sampai ke gua itu, kita harus berjalan kaki, melewati hamparan luas lahan yang sepertinya tak lagi terurus, menyusuri sungai kecil dengan airnya yang cukup jernih.
Cukup dengan membayangkan suasana camping di lahan kosong itu saja sudah sangat menyenangkan. Belum lagi ragam aktivitas menyenangkan yang sangat mungkin dilakukan di sana. Ah, tempat itu indah sekali.
"Aholeang ini bagi kami teramat sangat menjanjikan untuk destinasi wisata. Jaraknya terbilang cukup dekat dari ibu kota provinsi. Dari jalan trans Sulawesi untuk sampai ke Aholeang juga sangat dekat. Apalagi, di sini untuk menikmati suasana pantai juga dekat," beber Farid Wajdi, Kepala Dinas Pariwisata Provinsi Sulawesi Barat saat berkunjung ke Aholeang, Rabu (19/01).
"Bagi warga Sulbar yang ingin merasakan sensasi keindahan gua, tak perlu lagi jauh-jauh keluar daerah. Datang ke Aholeang saja. Di sini ada puluhan gua dengan keindahan stalagmit dan stalaktit yang ada di dalam gua. Belum lagi keanekaragam hayati yang ada di sini, bagi kami itu luar biasa. Ada anggrek, ada tanduk rusa, ragam jenis buah-buahan juga ada di sini. Saya pikir, ini sangat berpotensi untuk dijadikan satu kawasan wisata," sambungnya.
Kadis Pariwisata Sulbar, Farid Wajdi Berfoto di dalam Salah Satu Gua yang ada di Aholeang. (Foto/Manaf Harmay)
Jika dikelola dengan baik, bukan mustahil Aholeang sebagai kawasan wisata dapat dijadikan sumber penghidupan baru bagi masyarakat sekitar. Pengelolaan kawasan wisata dengan menjadikan masyarakat sebagai ujung tombaknya sangat mungkin mengangkat taraf hidup masyatakat Aholeang di tengah keterbatasan hidup yang dirasakan pasca musibah gempa Januari tahun 2021 yang lalu. (*/Naf)