Setahun Gempa Bumi Majene-Mamuju

Setahun Gempa Bumi, Ini Kata NU dan Muhammadiyah

Wacana.info
Presiden RI, Joko Widodo Saat Melihat Kerusakan Kantor Gubernur Sulbar Pasca Gempa Bumi 14-15 Januari 2021 yang Lalu. (Foto/Screenshoot You Tube Sekretariat Presiden)

MAMUJU--"Dalam rangka mengenang satu tahun peristiwa gempa bumi yang sama-sama kita rasakan. Kita semua merasakan duka yang mendalam oleh karena musibah itu. Ada sekian banyak luka yang mungkin saja sampai hari ini belum juga dapat terobati. Di satu sisi, sebagai umat yang beragama, kita kembali kepada rumus bahwa semua itu tidak mungkin lepas dari campur tangan Tuhan. Kita kembali kepada rel itu sekaligus mencoba merefleksi musibah tersebut. Mencoba untuk menarik peristiwa itu sebagai bagian dari cara kita mendekatkan diri kepada Tuhan Yang Maha Esa. Akan jauh lebih baik jika agenda seperti ini dijadikan kegiatan tahunan. Menjadikan setiap tanggal 15 Januari sebagai momentum peringatan sekalugis jadi ajang merefleksi musibah gempa bumi yang terjadi di Sulbar,". 

Hal itu diutarakan Ketua Lembaga Dakwah Nahdlatul Ulama (LDNU) PWNU Sulawesi Barat, Nursalim Ismail dalam sambutan pembukanya pada agenda dzikir dan istighosah di masjid Babul Jannah, kompleks pasar regional Mamuju, Sabtu (15/01) malam. Sebuah momentum mengenang sekalgus jadi ajang refleksi setahun pasca gempa bumi bermagnitudo 6,2 yang terjadi di Majene dan Mamuju tahun lalu.

Jamaah Peserta Dzikir dan Istighosah di Masjid Babul Jannah Mamuju. (Foto/Arqam)

Selain dihadiri jamaah masjid Babul Jannah, agenda yang diinisiasi oleh LDNU dan seluruh badan otonom PWNU Sulawesi Barat itu juga dihadiri oleh Ketua DPRD Sulawesi Barat, Suraidah Suhardi, Ketua Tanfidziyah NU Sulawesi Barat, KH Adnan Nota. Kepala Kanwil Kementerian Agara Provinsi Sulawesi Barat, Muflih B Fattah, seerta beberapa pejabat Eselon II Pemerintah Provinsi Sulawesi Barat bersama pengurus PWNU Sulawesi Barat lainnya juga hadir pada agenda yang digelar baqda shalat Isya tersebut.

Dr KH Andi Aderus yang wakil rois syuriah PWNU Sulawesi Selatan didaulat sebagai pembawa tausyiah pada agenda itu. Dalam ceramahnya, KH Andi Aderus menjelaskan, refleksi setahun musibah gempa bumi dalam bentuk dzikir dan istighosah mukad dimaksudkan untuk membuka kembali luka atau duka akibat bencana tersebut.

"Bukan dalam rangka untuk kembali mengenang kesedihan kita. Tetapi justru dimaksudkan agar bagaimana mengingatkan kita untuk lebih dekat kepada Allah SWT. Karena kita sebagai manusia ini cenderung untuk meluakan peristiwa-peristiwa yang sudah lama berlalu," beber Dr KH Andi Aderus di hadapan peserta dzikir dan istighosah.

Dr KH Andi Aderus di Hadapan Peserta Dzikir dan Istighosah. (Foto/Manaf Harmay)

Pria yang juga Ketua Ikatan Cendekiawan Alumni Timur Tengah (ICATT) itu menambahkan, memperingati satu tahun musibah gempa bumi dalam bentuk dzikir dan istighosah bakal jadi pelecut bagi semua pihak untuk semakin dekat lagi kepada Tuhan. Tak sekalipun luput ingatan kepada Sang Khalik untuk setiap aktivitas seharu-hari.

"Mengambil pelajaran agar kita lebih dekat lagi kepada Allah SWT. Senantiasa berdzikir kepada-Nya," pungkas Dr KH Andi Aderus.

Muhammadiyah Sulbar Gelar Dzikir dan Doa Bersama di Unimaju

Agenda serupa juga digelar PW Muhammadiyah Sulawesi Barat. Bertempat di Universitas Muhammadiyah Mamuju (Unimaju), sejumlah mahasiswa, serta pengurus PW Muhammadiyah Sulawesi Barat hadir pada agenda dzikir dan doa bersama yang dilaksanakan secara langsung dan daring untuk mengenang setahun musibah gempa bumi di Majene dan Mamuju.

Muhammad Rivai yang jadi pembawa tausyiah pada agenda tersebut mengungkapkan, peristiwa gempa bumi dapat ditinjau dari dua sudut pandang utama. Agama dan sains. Kata dia, dari kaca mata ilmu pengetahuan, gempa bumi terjadi karena  adanya goncangan atau getaran yang disebabkan karena gerak patahan atau sesar yang disebabkanb oleh aktivitas tektonik, letusan gunung api akibat aktivitas vulkanik dan lain sebagainya.

Peserta Dzikir dan Doa Bersama di Kampus Unimaju. (Foto/Istimewa)

"Sedangkkan dalam sudut pandang agama, musibah itu terjadi akibat perbuatan dosa manusia. Seperti firman Allah di surah Al Isra 58-59 yang menerangkan bahwa tidak ada satu negeri yang durhaka penduduknya kecuali akan dibinasakan dan diazab oleh Allah SWT," ucap Muhammad Rivai.

Di hadapan peserta dzikir dan doa bersama yang sempat hadir baik secara langsung mapun daring, pria yang juga Komisioner KPU Mamuju itu menambahkan, musibah gempa bumi yang mengguncang Mamuju dan Majene tahun lalu mesti jadi momentum pengingat agar kita semua senantiasa menjaga hubungan baik dengan Allah SWT sebgai pencipta. Melaksanakan ibadah, menjauhi perbuatan dosa. Serta menjaga hubungan baik dengan manusia dan alam atau bumi. Termasuk menjalin silaturrahim dengan semua kalangan meski berbeda suku maupun agama.

"Saling tolong menolong. Termasuk memelihara dan menjaga alam atau bumi. Sederhananya dengan menjaga kebersihan, membuang sampah pada tempatnya melakukan penghijauan dan lain sebagainya," begitu kata Muhammad Rivai.

Muhammad Rivai Membawakan Tausyiah di Hadapan Peserta Dzikir dan Doa Bersama di Unimaju. (Foto/Istimewa)

Selain dihadiri oleh sejumlah mahasiswa, Wakil sekretaris PW Muhammadiyah Provinsi Sulawesi Barat, Firman Haris bersama Rektor Unimaju, Dr H.M. Tahir juga hadi pada dizikir dan doa bersama tersebut. Termasuk perwakilan Laziz-Mu Sulawesi Barat, MDMC, para dosen dan staf Unimaju serta pengurus lembaga internal mahasiswa Unimaju.

Suraidah Ajak Masyarakat untuk Tetap introspeksi Diri

Terlepas dari berbagai kesedihan akibat dampak buruk musibah gemoa bumi yang megguncang Majene dan Mamuju 14-15 Januai 2021 yang lalu, geliat pembangunan sebagai bentuk rekonstruksi baik fisik maupin non fisik kini mulai terlihat. Ketua DPRD Sulawesi Barat, Suraidah Suhardi berpesan agar di tengah geliat pembanguna itu, publik hendaknya senantiasa menginstrospeksi diri pasca musibah dahsyat itu.

Suraidah yang hadir di acara dzikir dan istighosah yang diinisasi LDNU Sulawesi Barat itu mengatakan, momentum satu tahun gempa bumi ini harus jadi sesuatu yang sifatnya menyadarkan kita betapa kecil dan tidak berdayanya manusia di hadapan Tuhan. Peristiwa itu pun sekaligus wajib untuk jadi bahan introspeksi diri yang kata Suraidah bagian utama dari sebuah refleksi.

Suraidah Suhardi di Hadapan Jamaah Dzikir dan Istighosah di Masjid Babul Jannah, Mamuju. (Foto/Shalahuddin Fix)

"Kegiatan ini sekaligus jadi pengingat kita bahwa kita semua pernah berduka akibat perisitiwa yang begitu mencekam tahun lalu. Ini juga bisa jadi pengingat kita semua bahwa kasih sayang Allah itu begitu luas. Sehingga kita sebagai manusia hendaknya selalu menginstrospeksi diri, selalu bercermin tentang kehidupan," harap Suraidah di forum dzikir dan istighosah di masjid Babul Jannah, Mamuju. (*/Naf)