Pemilih Pemula, Penentu Arah Politik di Daerah
PASANGKAYU--Indonesia di tahun 2030 mendatang bakal diperhadapkan pada jumlah usia produktif yang mencapai 64 Persen dari total jumlah penduduk sekitar 297 Juta jiwa. Umumnya, kondisi tersebut sering diistilahkan sebagai bonus demografi.
Jika seperti itu adanya, justru para generasi mudalah yang akan menjadi penentu arah kebijakan, sekaligus arah politik di Indonesia. Termasuk di Provinsi Sulawesi Barat.
Untuk memastikan generasi muda memiliki kecukupan pegetahuan tentang apa dan bagaimana politik, serta proses politik itu bekerja, Badan Kesatuan Bangsa dan Politik (Kesbangpol) Provinsi Sulawesi Barat menggelar sosialisasi pendidikan budaya politik bagi pemilih pemula di Kabupaten Pasangkayu, Sabtu (4/12).
Sejumlah anak didik baik dari sejumlah sekolah menengah atas, maupun dari beberapa kampus yang ada di Pasangkayu turut hadir pada agenda tersebut. Mereke dengan saksama pemaparan materi yang secara bergantian disampaikan oleh anggota DPRD Sulawesi Barat, Marigun Rasyid, Ketua KPU Pasangkayu, Syahran Ahmad, serta Kepala Badan Kesbangpol Provinsi Sulawesi Barat, Herdin Ismail.
Dalam penyampaiannya, secara umum Pemilu dapat diartikan sebagai momentum periodik untuk memilih pemimpin yang tentunya siap untuk memperjuangkan kepentingan masyarakat.
"Salah satu contohnya itu saya sendiri. Saya adalah wakil dari Kabupaten Pasangkayu yang siap untuk memperjuangkan kepentingan masyarakat Pasangkayu tentu yang akan saya jalani sesuai peraturan dan regulasi yang berlaku. Agenda seperti ini menurut saya sangatlah penting. Terlebih jumlah pemilih pemula yang semakin bertambah dari waktu ke waktu yang secara jelas bakal menentukan nasib daerah kita di masa mendatang. Saya bangga bisa memperjuangkan kepentingan teman-teman semua," beber Marigun di hadapan sejumlah peserta sosialisasi yang hadir.
(Foto/Istimewa)
Sementara itu, Herdin Ismail menegaskan, pendidikan politik bagi pemilih pemula sangatlah penting. Kata dia, pemilih pemula yang baru memasuki usia hak pilih tentunya belum memiliki jangkauan politik yang luas untuk menentukan ke mana suara mereka akan dijatuhkan.
Masih oleh Herdin, pentingnya pendidikan politik pemula juga jadi upaya membangun kesadaran berpolitik dan memberikan pengetahuan yang memadai sehingga para pemilih pemula itu dapat berpikir secara rasional dalam pengambilan keputusan dan penggunaan hak politik secara sadar dan rasional.
"Ini momentum penting bagi pemilih muda semua yang ada di sini untuk agar nantinya bisa lebih mengenal lagi para calon pemimpin yang tidak hanya memiliki kapasitas dan integritas sebagai tokoh, tapi juga memiliki visi dan misi dalam memajukan pembangunan daerah," papar Herdin.
Masih oleh Herdin, agenda pendidikan politik tersebut juga diharapkan dapat meningkatan kesadaran politik masyarakat terutama bagi pemilih pemula. Khususnya untuk berperan aktif dalam menyukseskan penyelenggaraan Pemilu dan Pemilihan serentak di tahun 2024 mendatang.
"Kehormatan dalam bentuk hak politik kita jangan sekal9-kalu diukur dengan uang," pungkas Herdin Ismail seraya menjelaskan tentang buruknya praktik money politic yang sering terjadi di setiap momentum politik. (ADV)