Kisah Petugas Medis Pasien Covid-19; Kemungkinan Terinfeksi Cukup Besar serta Dijauhi Masyarakat

Wacana.info
Annisa Ulfa dengan APD (Sebelah Kanan). (Foto/Istimewa)

MAMUJU--Hotel Pantai Indah yang terletak di jalan Badau, kota Mamuju jadi mess tenaga medis yang bertugas merawat pasien covid-19 di Rumah Sakit Regional provinsi Sulawesi Barat. 

Di hotel kepunyaan pengusaha Kalimantan Timur yang asal Mandar itu sudah sejak hampir sebulan terakhir jadi tempat singgah bagi puluhan tenaga medis Rumah Sakit Regional provinsi Sulawesi Barat; Rumah Sakit rujukan virus corona (penyebab covid-19).

Ada banyak cerita yang mungkin belum banyak diketahui publik soal bagaimana puluhan tenaga medis tersebut menjalani tugasnya; berhadapan langsung dengan pasien pengidap virus yang pola penyebarannya sungguh sangat senyap lagi mematikan itu.

Stigma negatif berikut aksi tak semestinya dari masyarakat seolah jadi makanan sehari-hari bagi mereka yang bertugas di Rumah Sakit rujukan covind-19 itu. Annisa Ulfa, analis kesehatan Rumah Sakit Regional provinsi Sulawesi Barat membagi pengalamannya selama bertugas merawat pasien covid-19.

Menurut Ulfa, di hotel Pantai Indah saat ini dijadikan tempat singgah bagi empat orang dokter, 12 perawat, empat analis, empat apoteker, serta dua orang cleaning service.

"Masih ada perugas pemulasaraan jenazah pasien covid-19. Saya tidak tahu persisi berapa jumlahnya," tutur Ulfa kepada WACANA.Info, Kamis (30/04).

Para Petugas Medis untuk Pasien Covid-19 Sedang Berbuka Puasa di Hotel Pantai Indah Mamuju. (Foto/Annisa Ulfa)

Ulfa, perempuan cantik kelahiran 15 April 1995 itu bahkan telah akrab dengan setelan Alat Pelindung Diri (APD). 'Baju astronot' yang harus selalu ia gunakan selama berjam-jam saat bertugas di gedung karantina Rumah Sakit Regional provinsi Sulawesi Barat.

"Saya mungkin tidak terlalu lama (pakai APD), berbeda dengan teman-teman perawat yang benar-benar bersentuhan langsung dengan pasien covid-19. Tapi memang, pakai APD itu benar-benar menyiksa. Sesak ? pasti. Kepanasan ? jelas.

"Pakai masker saja harus berlapis-lapis. Belum lagi kaca mata khusus. Yang jelas bikin puseq (sesak dalam bahasa daerah). Biasa juga berembun di kaca matanya, itu yang bikin semakin tersiksa pakai APD," urai Ulfa.

Keinginan Ulfa untuk bergabung di tim medis penganan covid-19 berangkat dari semangatnya untuk membantu sesama. Berbekal ilmu kesehatan yang ia peroleh di bangku perkuliahan, perempuan yang jatuh cinta ke klub sepakbola Mancheseter United itu kian mantap untuk berjuang bersama beberapa tim medis lainnya.

"Awalnya tidak dizinkan sama keluarga. Bagaimana tidak, orang tua terutama khawatirnya karena apa yang saya lakukan ini sangat berisiko terpapar virus corona. Tapi setelah saya jelaskan tentang standar keamanan bagi petugas kesehatan, ya Alhamdulillah keluarga akhirnya mengizinkan," paparnya.

Ulfa sendiri masih tak habis fikir tentang respon masyarakat terhadap dirinya pun dengan rekan-rekannya sesama petugas medis covid-19. Ada-ada saja tingkah laku masyarakat yang sepertinya mengucilkan petugas kesehatan, bahkan ketika sedang tak bertugas sekalipun.

"Biasa kalau ketemu di mana, sepertinya kita ini dikucilkan. Dihindari. Awalnya memang bikin tidak nyaman. Tapi lama kelamaan, sudah biasa juga. Kita juga memahami kekhawatiran masyarakat tentang penularan virus corona, apalagi kami memang orang-orang yang sangat mungkin terpapar karena berhadapan langsung dengan pasien kalau lagi bertugas," pungkas Annisa Ulfa.

Hingga Kamis (30/04) pukul 17.00 Wita, 42 pasien positif covid-19 di Sulawesi Barat telah menyentuh angka 42 orang. Dengan rincian masing-masing; Satu orang dari kabupaten Majene (dinyatakan sembuh). Tiga orang dari kabupaten Mamuju (satu orang dinyatakan sembuh, satu orang masih isolasi mandiri di Makassar, dan satu orang dirawat di gedung karantina Rumah Sakit Regional).

Kemudian lima orang dari kabupaten Pasangkayu (satu orang dirawat di Rumah Sakit Regional, tiga orang dirawat di RSUD Pasangkayu dan satu orang isolasi mandiri di Pasangkayu dan dalam pengawasan tim gugus tugas Pasangkayu). Dua orang dari kabupaten Polman (Satu orang dirawat di RSUD Polman, satu orang isolasi mandiri di Polman). 

Serta 31 orang asal Mamuju tengah (satu orang dinyatakan sembuh, delapan orang dirawat di Rumah Sakit Regional, dua orang di RSUD Mamuju Tengah, 19 orang dirawat di gedung karantina PKM Salugatta dan satu orang meninggal dunia). (Naf/A)