Biar Lebih Efektif, Sulbar Sudah Harus Punya Laboratorium Sendiri

Wacana.info
Ilustrasi. (Foto/Net)

MAMUJU--Pasien yang terkonfirmasi positif covid-19 di Sulawesi Barat terus bertambah. Itu setelah Selasa 28 April 2020 tercatat ada dua penambahan kasus baru positif covid-19 di provinsi Sulawesi Barat.

Dua penambahan kasus positif covid-19 tersebut datang dari kabupaten Pasangkayu. Adalah MM, laki-laki berusia 52 tahun. Oleh pemerintah provinsi Sulawesi Barat, pasien yang selanjutnya disebut sebagai pasien 36 itu diketahui pernah melakukan perjalanan ke daerah terjangkit covid-19 dalam 14 hari sebelum sakit.

"Yaitu mengikuti tabligh akbar di Pakkatto, Gowa, Makassar. Pasien tidak memiliki riwayat kontak erat dengan pasien terkonfirmasi. Pasien 36 saat ini islasi mandiri di Pasangkayu dan dalam pengawasan tim gugus tugas Pasangkayu," bunyi pernyataan resmi pemerintah provinsi Sulawesi Barat kepada awak media.

Selanjutnya yang terkategori pasien 37 adalah SK. perempuan 52 tahun yang juga asal kabupaten Pasangkayu. Masih dari peryataan resmi pemerintah provinsi Sulawesi Barat, SK tidak pernah melakukan perjalanan ke daerah terjangkit covid-19 dalam 14 hari sebelum sakit.

"Pasien memiliki kontak erat dengan pasien 36. Pasien 37 saat ini isolasi mandiri di Pasangkayu dan dalam pengawasan tim gugus tugas Pasangkayu," begitu pernyataan resmi pemerintah provinsi Sulawesi Barat.

Infografis/covid19.sulbarprov.go.id

Kabar baiknya, Selasa 28 April 2020 juga jadi hari berbahagia bagi pasien 05 asal kabupaten Mamuju. Laporan hasil pemeriksaan laboratorium covid-19 dari BBLK (Balai Besar Laboratorium Kesehatan) Makassar juga menerbitkan hasil negatif covid-19 bagi pasien 05 tersebut.

"Selanjutnya kasus positif 05 asal Mamuju dinyatakan sembuh setelah didapat hasil laboratorium dua kali negatif dan diperbolehkan pulang," masih dari pernyataan resmi pemerintah provinsi Sulawesi Barat.

Tiga Pasien Positif dari Klaster Gowa

MM dan SK menambah kasus positif covid-19 di Sulawesi Barat dari klaster tabligh akbar di Gowa, Makassar. Sebelumnya ada HH pria asal kabupaten Pasangkayu berusia 59 tahun yang telah terkonfirmasi positif covid-19 dan diduga keras terjangkit virus asal Wuhan, Tiongkok itu dari keikutsertaannya pada even berskala internasional tabligh akbar di Gowa.

SK memang tak punya riwat kunjungan ke Gowa. Tapi ingat, ia diketahui punya kontak yang erat dengan HH yang terkonfirmasi telah mengikuti tabligh akbar di Gowa dalam 14 hari sebelum sakit.

"Karena di awal bulan Maret, sebelum virus ini banyak merebak, tabligh akbar berskala internasional dilaksanakan di Gowa. Saat itu sudah ada beberapa negara tetangga yang sudah terinfeksi, seperti Malaysia dan Singapura," kata direktur Rumah Sakit Regional provinsi Sulawesi Barat, dr Indahwati Nuryamsi kepada WACANA.Info belum lama ini.

Demi Efektivitas Penanganan Covid-19, Sulbar Sudah Harus Punya Laboratorium Sendiri

Ketua DPRD Sulbar, Suraidah Suhardi. (Foto/Manaf Harmay)

Tak ada data pasti soal berapa jumlah masyarakat Sulawesi Barat yang mengikuti tabligh akbar tersebut. Dari berbagai sumber, ribuan  peserta asal Sulawesi Selatan dan Sulawesi Barat yang menghadiri even itu.

Kini telah ada tiga kasus positif covid-19 di Sulawesi Barat yang diduga keras bersumber darai klaster Gowa, Makassar. Artinya, bukan mustahil angka positif covid-19 asal Sulawesi Barat dari klaster Gowa akan terus bertambah.

Di titik ini, perlu kiranya bagi pemerintah provinsi Sulawesi Barat untuk mengadakan laboratorium sendiri. Hal itu penting agar proses tracking dan pemantauan sebaran covid-19 bisa dilakukan secara lebih efektif dan efisien.

Selama ini, untuk memperoleh kepastian positif atau negatifnya seseorang, swab dari yang bersangkutan mesti dibawa ke BBLK yang berkedudukan di Makassar. Proses tersebut jelas akan memakan waktu yang tidak sebentar. Buktinya, rentang waktu antara penghentian tabligh akbar dengan terbitnya hasil swab test dari pasien 35, 36 dan 37 terbilang cukup lama.

"Memang sudah harus seperti itu (Sulbar punya laboratorium sendiri). Katanya sudah ada adalat PCR di kita. Tingga masih ada item lain yang katanya masih kurang. Sebaiknya memang pemerintah harus mendorong agar di Sulbar ini ada laboratorium sendiri. Jadi tidak mesti kirim dan menunggu dari BBLK Makassar," ujar Ketua DPRD Sulawesi Barat, Suraidah Suhardi.

Sekedar diketahui, anggaran senilai Rp 348 Miliar disiapkan untuk menangani pandemi covid-19 di Sulawesi Barat. Dikutip dari rilis Humas pemerintah provinsi Sulawesi Barat, angka tersebut datang dari pemerintah provinsi senilai Rp 126 Miliar, kabupaten Polman Rp 123 Miliar, Pasangkayu Rp 36 Miliar, Mejene Rp 31 Miliar, Mamuju Rp 20 Miliar, Mamasa Rp 22 Miliar serta dari kabupaten Mamuju Tengah  dengan nilai Rp 22 Miliar.

"Pemkab maupun Pemprov harus bahu-membahu melakukan hal ini. Sebab kita tahu betul bahwa cara memutus penyebaran covid-19 ini adalah mengurangi pergerakan orang dalam satu wilayah," beber Sekprov Sulawesi Barat, Muhammad Idris.

Suraidah dalam keterangannya kepada WACANA.Info menyebut, sangat dimungkinkan untuk penyediaan laboratorium khusus untuk covid-19 di Sulawesi Barat. Lagi-lagi demi efektifitas penanganan dan serta untuk memutus rantai penyebaran covid-19.

"Ya tentu itulah pentingnya hasil refocusing anggaran. Bisa diporsikan untuk itu," simpul politisi cantik dari partai Demokrat itu.

Selain Mahal, SDM di Sulbar Dinilai Belum Mumpuni

Direktur Rumah Sakit Regional provinsi Sulawesi Barat, dr Indahwati Nuryamsi. (Foto/Net)

Jika semua piranti laboratorium memang telah tersedia, akan sangat baik jika swab test itu dilakukan di Sulawesi Barat. Direktur Rumah Sakit Regional provinsi Sulawesi Barat, dr Indahwati Nuryamsi menilai, hal lain yang wajib dipenuhi untuk laboratorium kesehatan adalah standarisasi ruangan laboratorium.

"Dan itu biayanya sangat mahal," sebut dr Indahwati.

Selain itu, kemampuan SDM di Sulawesi Barat yang menurut dr Indahwati sama sekali belum siap. Belum mumpuni. Dibutuhkan kemampuan di atas rata-rata bagi mereka yang bekerja di laboratorium, dan itu sama sekali belum terpenuhi di Sulawesi Barat.

"SDM kita memang belum terlatih. Jadi selain sarana bangunan laboratorium yang harus dipenuhi sesuai standar. Pemenuham SDM juga harus kita penuhi," pungkas dr Indahwati Nuryamsi.

37 kasus positif covid-19 yang telah tercatat di Sulawesi Barat masing-masing; satu orang dari kabupaten Majene (dinyatakan sembuh), dua orang dari kabupaten Mamuju (satu orang dinyatakan sembuh, satu orang lainnya masih isolasi mandiri di Makassar). Lima pasien asal kabupaten Pasangkayu (satu orang dirawat di Rumah Sakit Regional, satu orang dirawat di Rumah Sakit Daerah kabupaten Pasangkayu, tiga orang isolasi mandiri di Pasangkayu). 

29 pasien lainnya asal Mamuju Tengah (tiga orang dirawat di Rumah Sakit Regional, dua orang di Rumah Sakit Daerah kaupaten Mamuju Tengah, 17 orang dirawat di gedung karantina PKM Salugatta, enam orang siolasi mandiri serta satu orang meninggal dunia). Setidaknya itu yang tercatat hingga Selasa 28 April 2020. (ADV)