Fikih Mudik
Oleh: Imam Nur Suharno
Sebagian umat Islam mulai mudik atau pulang ke kampung halaman menjelang Idul Fitri. Mudik adalah bagian dari safar (bepergian jauh). Safar menjadi kebutuhan hidup manusia, seperti safar untuk menuntut ilmu, mencari nafkah, dan mengunjungi kerabat.
Terkait safar, Nabi SAW bersabda, Safar itu setengah dari azab (siksa) karena jika seorang dari kalian bepergian terkurangi tidur, makan, dan minumnya. Apabila salah seorang dari kalian telah menyelesaikan urusannya (saat bepergian), hendaklah ia segera kembali kepada keluarganya. (HR Bukhari).
Islam telah memberikan tuntunan (fikih) dalam bersafar, termasuk safar untuk mudik, agar selama dalam safar selalu dalam lindungan-Nya. Perta ma, niat safar harus lillah. Agar aktivit as safar bernilai ibadah, sebelum safar pastikan harus lillah. Sesungguhnya setiap amal, termasuk aktivitas safar, tergantung akan niatnya.
Kedua, sebelum berangkat mening galkan rumah, dianjurkan untuk shalat dua rakaat yang dilanjutkan dengan berdoa agar urusannya dimudah kan. Ketiga, orang yang akan mela kukan safar hendaknya mengucapkan wada' (pamitan) kepada keluarga, tetangga, dan teman. Tujuannya, untuk meminta maaf dan minta didoakan.
Keempat, hendaknya orang yang akan melakukan safar mengembalikan barang titipan dan tanggungan yang ada padanya kepada pemiliknya karena safar merupakan pekerjaan yang berpotensi terjadinya musibah. Kelima, hendaknya menyiapkan perbekalan yang cukup, bersumber dari yang halal, dan meninggalkan nafkah untuk orang yang wajib dinafkahi.
Keenam, hendaklah orang-orang yang bersafar mengangkat salah seorang di antara mereka untuk menjadi amir dalam safar. Ketujuh, hendaklah orang yang akan bersafar ketika meninggalkan rumah berdoa, yang artinya, Dengan nama Allah, aku bertawakal kepada Allah, dan tidak ada daya dan upaya kecuali dengan izin Allah. Ya Allah, aku berlindung kepada-Mu, jangan sampai aku sesat atau disesatkan (setan atau orang yang berwatak setan), atau tergelincir dan digelincirkan (orang lain), atau dari berbuat bodoh atau dibodohi. (HR Abu Daud).
Kedelapan, hendaklah orang yang bersafar bertakbir (Allahu Akbar) ketika melewati tempat yang tinggi. Dari Abu Hurairah RA, ia berkata, Bahwasanya seorang lelaki bertanya, Wahai Rasulullah, sesungguhnya aku hendak bersafar, maka berilah aku nasihat. Beliau menjawab, Hendaklah kamu bertakwa kepada Allah, dan mengucapkan takbir ketika melewati tempat yang tinggi. (HR Tirmidzi).
Kesembilan, hendaklah memperbanyak doa di dalam safarnya dan memohon kepada Allah SWT kebaikan dunia dan akhirat. Karena, safar merupakan waktu yang mustajab untuk berdoa. Kesepuluh, hendaklah ia memberitakan kabar akan kedatangannya sehingga tidak mengejutkan keluarganya. Dengan memperhatikan fikih safar, kita akan mendapatkan keberkahan, kemudahan, dan perlindungan-Nya selama dalam safar, termasuk mudik. Amin.
Sumber: REPUBLIKA.CO.ID