Paradigma

Semangat Bersedekah

Wacana.info
Ilustrasi. (Foto/Net)

Oleh: Nur Farida

Di antara karakteristik orang Mukmin sejati yang diteladankan oleh Rasulullah dan para sahabat serta ulama saleh adalah semangat bersedekah dengan harta yang paling dicintai dan dibutuhkan. Dalam Alquran, Allah berfir man, "Kalian tidak akan mendapatkan kebajikan sebelum me nye dekahkan apa yang kalian cintai. Dan, apa pun yang kalian sedekahkan pasti Allah mengetahuinya." (QS Ali Imran [3]: 92).

Dikisahkan, Abu Thalhah, seorang sahabat dari kalangan Anshar, hanya memiliki satu kebun bernama Bairuha' yang terletak tidak jauh dari Masjid Madinah, sebagai harta paling dicintai dan dibanggakannya. Suatu ketika, ia mendatangi Rasulullah dan berkata, "Aku ingin mengamalkan apa yang diperintahkan Allah untuk menyedekahkan apa yang kita cintai, wahai Rasulullah. Terimalah kebun Bairuha', satu-satunya harta yang aku miliki, sebagai sedekah. Aku serahkan kepada Anda untuk dibagi-bagikan kepada orang yang mem butuhkan."

Dengan gembira dan penuh sukacita, Rasulullah menyambut sedekah itu dan menguasakan teknis pembagian kebun itu kepada Abu Thalhah sendiri. Rasulullah hanya menyarankan agar harta itu dibagikan kepada keluarga Abu Thalhah yang terdekat dan sangat membutuhkan, terlebih dulu, baru kepada orang lain. Di antara orang yang menerimanya adalah Zaid bin Tsabit dan Ubay bin Ka'ab. (HR Muslim).

Semangat bersedekah yang sama juga diteladankan oleh Abdullah bin Umar. Suatu saat, ia ditimpa sakit cukup keras. Setelah beberapa waktu kemudian sembuh, ia tiba-tiba begitu ingin makan ikan. Waktu itu, ikan di daerahnya sulit ditemukan. Orang-orang disebar untuk menemukannya. Akhirnya, didapatlah seekor ikan. Ikan itu dibawa pulang dan dimasak.

Ketika matang, dihidangkan, dan hendak dimakan, tiba-tiba dari luar rumahnya terdengar ada suara pengemis yang meminta-minta makanan karena kelaparan. Segera saja, Abdullah bin Umar menyuruh pembantunya untuk membungkus ikan yang siap dimakan tadi ditambah dengan roti, untuk diberikan kepada sang pengemis.

Merasa lebih kasihan dengan Abdullah bin Umar, sang pem bantu menyembunyikan ikan dan roti ke balik bajunya, dan memberi satu dirham dari kantongnya kepada sang pengemis. Sang pengemis pun berlalu dengan gembira. Lalu, sang pembantu mengembalikan bungkusan ikan dan roti itu kepada Abdullah bin Umar, sambil ber cerita telah menggantinya dengan uang satu dirham.

Mendengar penuturan pembantunya, Abdullah bin Umar sangat marah dan menyuruh sang pembantu untuk mencari sang pengemis sampai dapat sambil berkata, "Aku mendengar Rasulullah mengatakan, 'Kalau ada orang yang sangat ingin akan sesuatu yang membuka selera, lalu ia tekan keinginan itu sehingga ia tidak mementingkan dirinya sendiri, Allah akan mengampuni dosa-dosanya.'" (HR Ibnu Hibban dan ad- Daruquthni).

Para sahabat sangat antusias dan semangat dalam bersedekah karena mengetahui betul keutamaannya yang sangat besar dan manfaatnya, baik terhadap diri sendiri maupun orang lain di dunia dan akhirat. Wallahu a'lam. (*/Naf)

Sumber: REPUBLIKA.CO.ID