‘Mamasa Jangan Seperti Jakarta’

Wacana.info
Munawir Arifin. (Foto/Facebook)

MAMUJU--Isu Suku, Agama dan Antar Golongan (SARA) mulau mencuat seiring kian panasnya wacana Pemilukada Mamasa yang baru akan digekar 2018 mendatang. Di ragam media sosial dapat ditemui betapa perdebatan soal kontestasi jelang Pemilukada Mamasa tidak lagi menyebtuh substansi adu ide dan gagasan, melainkan mempertontonkan dominasi SARA sebagai topik utama.

Kondisi tersebut mengundang rekasi dari pemerhati politik Sulawesi Barat, Munawir Arifin. Kepada WACANA.Info, Munawir menyebut isu SARA di balik kontestasi Pemilukada di Mamasa merupakan bentuk kemuduran demokrasi. Menurutnya, hakekat Pemilukada adalah proses seleksi kepemimpinan yang tidak lagi melihat suku atau agama figur tertentu.

"Pemimpin yang dipilih itu kriterianya, bukan soal dia beragama atau bersuku apa. Tetapi dia adalah warga negara Indonesia yang punya kualitas, track record kinerja dan kepemimpinannya," kata Awi sapaan Munawir Arifin via Whatsapp, kemarin.

Magister Ilmu Politik Universitas Indonesia (UI) itu juga menyayangkan sikap oknum tak bertanggungjawab yang dengan sengaja menghembuskan isu SARA di Pemilukada Mamasa. Ia mengatakan, proses demokrasi khususnya di tingkatan lokal yang mulai menemukan bentuk, jangan dicemari dengan isu-isu yang tidak mendidik.

"Khusus daerah Mamasa, sebaiknya jangan seperti Jakarta. Isu politik Pilkada tidak mendidik karena pertarungan masuk pada ranah SARA, khususnya agama atau sektarianisme politik, bercampur baur dengan ranah hukum yang terus di politisasi," kata Munawir.

Lebih lanjut, Munawir meminta kepada semua kalangan untuk dapat memberikan pemahaman kepada masyarakat tentang arti penting menjaga kerukunan di momentum politik. Apalagi menurutnya Mamasa punya riwayat konflik bernuansa SARA.

"Kampanye dari elit dan Timses agar lebih memprioritaskan program kerja unggulan untuk membangun daerah. Jangan menggiring isu yang berbau SARA, termasuk para penyelenggara Pilkada. Saya kira juga penyelenggara punya peran penting dalam mensosialisasikan Pilkada yang mendidik dan berkualitas dalam memilih pemimpin," begitu kata Munawir Arifin. (Keto/A)