Ratusan Pengungsi Ogah Menetap di Posko Induk, Ini Alasannya

Wacana.info
Pengungsi Korban Banjir Pilih Tinggal di Mapolres Mamuju. (Foto/Manaf Harmay)

MAMUJU--Tak kurang dari 176 orang pengungsi korban banjir Mamuju memilih hengkang dari posko induk darurat siaga bencana yang didirikan pemerintah kabupaten Mamuju. Posko yang terletak di gedung PKK Mamuju jalan AP Pettarani itu tampak kosong.

Hanya ada aktivitas pendataan serta kegiatan masak memasak yang dilakukan di posko tersebut. Tak satupun pengungsi korban banjir yang terlihat menetap di sana.

Usut punya usut, ratusan pengungsi tersebut memilih hengkang dari posko induk lantaran mereka merasa diperlakukan secara tidak manusiawi oleh petugas yang ada di sana. Seperti yang diungkapkan Jafar, salah seorang korban banjir saat ditemui di Polres Mamuju, Senin (26/03).

"Masa petugas di sana bilang, ini barang-barang di sini jangan harap punyanya kalian semua, karena masih banyak yang di luar sana, sementara kalian cuma berapa orang saja. Di sana juga kalau kita mengadu ada anak-anak yang kepalaparn belum makan, dia justru bilang sabar saja dulu," ungkap Jafar, salah seorang pengusi koran banjir.

Para pengungsi pun mengaku tak lagi punya keinginan untuk kembali ke posko induk.

"Mereka bilang juga, terserah kalau mau pulang, pulang saja tidak ada masalah. Seharusnya kita dikasi semangat, tapi ini justru tidak dilayani dengan ikhlas," sambungnya.

Hal senada juga diungkap Adi, salah seorang pengungsi lainnya. Ia menyebut, perlakuan petugas di posko induk jauh dari apa yang idealnya dilakukan dalam masa tanggap daruran bencana seperti sekarang ini.

"Tidak enak sekali. Masa kita dibilangi kalian ini bersyukur karena di sini saja kerjanya makan dan tidur, lebih baik kalian kembali bersihkan rumahmu. Dalam hatiku, apa mau dibersihkan kasian nah hancur, sementara tidak ada bantuan pemerintah berupa balok, papan dan atap untuk bangun rumah," kata Adi.

Jafar, Adi serta ratusan pengungsi lainnya memilih Mapolres Mamuju untuk dijadikan tempat pengungsian. Mereka merasa begitu diperhatikan oleh jajaran Polres Mamuju.

"Tadi pagi baru kita di Polres. Biar sempit-sempit kalau di sini. Awalnya tidak mau apalagi ibu-ibu, tapi mereka bilang biarmi kita lapar di sini dari pada harus kembali ke gedung PKK. Setelah dibujuk terus sama Ibu Binmas akhirnya kita ke sini. Kalau kita di Polres, tidak adaji kata-kata yang menyakitkan. Kita labih bagus dilayani disini," ujar Jafar. (Naf/B)