Belajar Dari Parade ‘Cipika-Cipiki’ di Deklarasi Kampanye Damai

Wacana.info

Sebab Pemilukada hanya sebuah rutinitas semata. Spesialnya, di momentum itulah penghuni kolong langit Sulawesi Barat ini memilih secara langsung siapa yang bakal jadi Gubernur dan Wakil Gubernurnya untuk periode lima tahun mendatang.

Genap 10 Tahun Anwar Adnan Saleh menahkodai tanah dan air dan seluruh isi Sulawesi Barat yang sama kita cintai ini. Kini, tiga Pasang Calon Gubernur dan Wakil Gubernur yang akan berebut tiket menuju rumah jabatan di seputaran Rangas, Mamuju itu.

Uuntuk kembali mengingatkan, ketiga Pasang Calon tersebut masing-masing Suhardi Duka-Kalma Katta (nomor urut 1), Salim S.Mengga-Hasanuddin Mas'ud (nomor urut 2) dan Ali Baal Masdar-Enny Anggraeni Anwar (nomor urut 3).

Ketiganya sama-sama punya cinta dan kasih sayang yang luar biasa dahsyatnya pada se-antero wilayah di Sulawesi Barat ini. Saya mengajak, kita semua untuk tidak meragukan cinta dan kasih sayang dari ketiga kontestan di atas.

Tentu masih segar dalam ruang ingatan kita semua, bagaimana ketiga Pasangan Calon itu berkomitmen untuk mengarungi masa kampanye jelang Pemilukada 2017 ini dengan damai, aman dan tentram. Juga masih terngiang jelas dalam pikiran kita semua bagaimana sumringahnya senyum ketiga Pasangan Calon itu kala berkesempatan berfoto bersama saat mengikuti sesi pemeriksaan kesehatan di Makassar beberapa waktu lalu.

Momentum-momentum seperti itu sudah barang tentu lebih dari cukup untuk menebar energi positif kepada masyarakat akan jalannya Pemilukada Sulawesi Barat yang indah. Bukankan proses demokrasi yang sehat juga akan menghasilkan pemimpin yang ideal pula ?.

===

Ada yang menarik dari momentum deklarasi kampanye damai beberapa waktu lalu (bukan cuma insiden 'teristimewa' saja).

Siang itu, hembusan angin di Anjungan Pantai Manakarra (tempat pelaksanaan deklarasi kampanye damai) terbilang cukup bersahabat. Awan pun seolah menunjukkan dukungan pada deklarasi kampanye damai saat dengan relanya gumpalannya menghalangi sengatan terik matahari siang.

Bukan itu, jika gambaran di atas terkesan 'lebay', maka maafkanlah.

Yang justru lebih menarik ialah bagaimana aksi saling rangkul di antara ketiga Pasangan Calon yang bertarung di Pemilukada itu dengan gamblangnya dipertontonkan.

Betapa hangatnya sikap yang diumbar oleh ketiga Pasangan Calon tersebut. Saat secara bergantian, ketiganya saling salam satu sama lain. Saking hangatnya, ketiganya juga menyempatkan diri menunjukkan kemesraan dengan aksi 'cipika-cipiki'.

Kemseraan yang seolah menutup celah pada kuatnya rivalitas ketiga Pasangan Calon jelang hari H Pemilukada di 15 Februari 2017 mendatang.
Indah sekali...

Saya tentu berharap, sekiranya aksi 'cipika-cipiki' itu tidak dianggap sebagai peristiwa yang biasa-biasa saja. Kemilau mutiara makna justru terkandung pada kemesraan yang diumbar oleh ketiga Pasangan Calon tersebut.

Bukankah jauh lebih penting untuk memahami isi ketimbang sebatas melihat kulit ?

Tulisan sederhana ini sekedar mencoba untuk melabeli makna pada kedekatan antar Pasangan Calon yang oleh penulis teramat sangat indah itu. 'Cipika-cipiki' oleh Suhardi Duka-Kalma Katta, Salim S.Mengga-Hasanuddin Mas'ud dan Ali Baal Masdar-Enny Anggraeni Anwar hari itu seolah 'memaksa' kita sekalian untuk mengambil pelajaran penting.

Kemesraan itu mestinya diartikan sebagai momentum kepada semua dari kita agar mampu mengedepankan etika utamanya pada kian gencarnya manuver politik jelang Pemilukada. Pesan damai serta kesantunan yang 'dipamer' oleh para Pasangan Calon tersebut jadi jaminan, betapa mereka yang bertarung sesungguhnya tidak memiliki konflik secuil pun.

Makna itu semestinya bisa menular ke kita semua. Bahwa cara-cara yang tidak elok, cara-cara yang melanggar aturan atau cara-cara yang tidak beretika, seharusnya tidak lagi jadi model untuk siapapun dalam memenangkan jagoannya masing-masing.

Kita tentu tidak ingin Pemilukada Sulawesi Barat senasib dengan Pemilukada Jakarta. Aura damai yang cukup terasa tatkala aksi 'selfie' di antara ketiga Pasangan Calon di Jakarta begitu membangkitkan semangat jalannya Pemilukada DKI Jakarta yang aman dan damai.

Faktanya, sinyal awal yang cukup melegakan itu seolah hilang dari realitas harian. Beberapa hari belakangan ini publik justru dibuat tegang dan masuk dalam situasi yang rasanya seperti mau tempur-tempuran.

Di hampir semua ruang baik ruang nyata maupun maya, hal-hal menyenangkan dan menggembirakan terkait Pemilukada DKI Jakarta seperti hilang. Di batin sejumlah warga Jakarta, justru muncul ketakutan.

Di Sulawesi Barat, kita tentu tak menginginkan hal itu.

Olehnya, rasa-rasanya, sudah sangat tepat jika publik dapat memetik pelajaran dari 'cipika-cipiki' yang dipertontonkan ketiga Pasangan Calon di Pemilukada Sulawesi Barat di atas. Itu harus dimaknai sebagai pesan damai, pesan cinta dan pesan kasih sayang di antara ketiganya.

Sebab, semua dari kita sudah mahfum betul pada niat suci, keinginan yang tulus serta kemampuan lagi kapasitas dari ketiga Pasangan Calon untuk membawa Sulawesi Barat yang kita cintai ini ke arah yang jauh lebih baik. Maka, hindari aksi saling hujat, jauhi cara 'haram' dalam mensosialisasikan jagoan masing-masing.

Suhardi Duka-Kalma Katta, Salim S.Mengga-Hasanuddin Mas'ud dan Ali Baal Masdar-Enny Anggraeni saja bisa tampil mesra. Lalu apa alasan kita-kita ini untuk saling hujat antara satu dengan yang lainnya...?


Banana Nugget and Coffee, 10/11/2016