Pemerintahan

Lipatan Kertas Berisi Uang Rp 5 Ribu (Bagian III)

Wacana.info
(Foto/Dinas Kominfo, Persandian dan Statistik)

Laporan: Lukman Rahim

MAMUJU--Gubernur Sulawesi Barat, Suhardi Duka melantik Junda Maulana sebagai Sekretaris Daerah Provinsi Sulawesi Barat, Senin (10/11). Setelah melalui proses seleksi yang panjang, Junda maulana yang mantan kepala Bapperida Provinsi Sulawesi Barat itu akhirnya resi menyandang status 'DC 6'.

===

Matahari ada di titik zenitnya. Menyorot tajam atap rumah dan dedaunan. Sesekali deru kendaraan melintas di seberang tembok pagar, mengoyak ketenangan dengan bunyi knalpot yang suaranya memecah terik.

Junda Maulana yang duduk membelakangi tembok. Mimiknya serius berkisah tentang perjalanan hidupnya, sesekali terlontar cerita lucu.

Ada satu kisah yang membuat ingatannya mengelana ke scene masa kecil. Kala ia masih duduk di bangku sekolah dasar. Ketika itu, Ia bersama dengan teman-temannya beriringanm berjalan kaki ke sekolah. Tawa dan canda iringi langkah para bocah itu.

Di tengah deru langkah memecah debu, Junda kecil memungut lipatan kertas yang tergeletak. Di dalamnya kertas itu terselip uang tunai Rp 5 Ribu, lengkap dengan alamat lengkap.

Bagi anak SD tahun 1980-an, nominal di atas terasa begitu besar. Namanya anak-anak, uang itu pun diambil, kertasnya dirobek lalu dibuang ke selokan.

"Pergilah saya sekolah. Tapi karena saya dididik sejak kecil jangan ambil kalau bukan hak mu, saya tidak belanjakan itu uang. Saya takut," kenang Junda.

Lipatan kertas serta temuan Rp 5 Ribu itu rupanya jadi beban bagi Junda kecil. Hal itu pun diceritakan Juna kepada ayahnya yang merupakan seorang anggota TNI.

"Saya pulang ke rumah, diam. Terus Ibu saya bilang begini, 'kenapa kau melamun ?'. Saya tanya, 'mana bapak ?', 'belum pulang kantor, kenapa, ?' ibu saya menimpali. 'Ada mau saya cerita'. Pulang bapak saya jam dua siang itu, habis makan saya cerita, 'Pak, adaka dapat uang,'" beber Junda.

Junda pun menceritakan soal apa yang ia temukan. Ia berterus terang bahwa uang itu didapat lengkap dengan alamat di kertas. Sang bapak lalu mengajak Junda untuk mencari kertas putih yang sudah ia sobek tadi.

"Diboncenglah saya. 'Mana itu alamatnya'?, 'saya buang mi pak di selokan'. Orang tua saya itu turun itu ke selokan cari kertas yang saya buang," ungkap Junda.

Nasib baik, kertas itu ditemukan tersangkut di rumput. Kondisinya masih layak. Tidak basah. Junda kecil berasama sang ayah lalu mendatangi alamat yang tertera di kertas.

"Kita pergi antarkan itu uang. Di lorong–lorong itu, di (jalan) Veteran. Ketemu itu anak. Bapak saya lalu bertanya ke anak itu,'Kamu namanya ini ?, ini ada kirimanmu. Minta maaf ini, anak saya dapat ini,'"

"Terima kasih om, ada mau saya bayar uang kuliahku," begitu kata sang pemilik uang seperti yang dikenang Junda.

Pelajaran untuk tidak mengambil yang bukan hak sejak kecil diajarkan kedua orang tua Junda Maulana. Pelajaran berharga yang juga diperoleh Junda saat diberbagai aktivitasnya sejak kecil. Mutiara ilmu yang ia pegang teguh hingga hari ini menduduki banyak jabatan strategis di dunia birokrasi.

"Itulah yang mengajarkan saya. Kalau bukan hak mu jangan diambil, apalagi kalau sudah haknya orang. Yang nyata-nyata kita tau haknya orang jangan diambil. Itu pelajarannya, bagi saya itu sangat berharga. Itu terbawa dalam diri untuk kita bekerja," begitu kata Junda Maulana.

Bersambung...