Ketika Harus Memilih, Sekolah atau Jabatan (Bagian II)
Laporan: Lukman Rahim
MAMUJU--Gubernur Sulawesi Barat, Suhardi Duka melantik Junda Maulana sebagai Sekretaris Daerah Provinsi Sulawesi Barat, Senin (10/11). Setelah melalui proses seleksi yang panjang, Junda maulana yang mantan kepala Bapperida Provinsi Sulawesi Barat itu akhirnya resi menyandang status 'DC 6'.
===
Minggu 9 November 2025 siang. Kami masih asik mendengarkan cerita dari Junda Maulana. Dari episode awal saat ia menjadi aparatur sipil muda hingga berderet pengalaman masa mudanya.
Suasana cukup santai di Kediamannya, di Kompleks Graha Nusa, Simboro, Mamuju. Terlihat ada jejeran tenda, seperti tanda akan ada hajatan yang bakal digelar oleh tuan rumah.
Junda sempat menceritakan sebuah peristiwa yang membuatnya berada dalam situasi dilematis. Saat belum genap dua tahun mengabdi di Kecamatam Kalumpang, ia diperhadapkan pada pilihan yang sulit; melanjutkan sekolah atau pindah tugas ke Kabupaten Barru.
Peristiwa itu terjadi ketika ia menghadap Sekretaris Daerah Kabupaten Mamuju yang saat itu dijabat, Jaharuddin Subaer, sambil membawa rekomendasi dari Bupati Barru.
"Dia kasi saya pilihan. Saya ikuti kemauanmu pindah karena Bupati Barru juga teman saya, atau tetap tinggal, ada mutasi saya tarik kamu. Kamu pendidikan, kamu pergi tes, kalau kau lulus kau berangkat," kata Junda menirukan ucapan Sekda Jaharuddin.
"Saya akhirnya pilih yang kedua, saya pikir karena mau sekolah, oke sepakat. Ada mutasi saya ditarik," ceritanya.
Setelah dua tahun mengabdi di Kecamatan Kalumpang, Junda kemudian melanjutkan pendidikan Strata 1 Kebijakan Pemerintahan di Institut Ilmu Pemerintahan (IIP) Jakarta.
"Kami kan keluar, boleh melanjutkan pendidikan setelah dua tahun mengabdi. Walaupun tempat saya jauh, terpencil, ada motivasi untuk pergi sekolah, jadi tetap semangat. Saya tetap belajar, bawa buku, membaca," kata Junda.
Dua tahun mengabdi di Kalumpang menyisakan banyak kenangan bagi seorang Junda Maulana. Yang paling membekas adalah tentang keramahan warga dan bimbingan Yunus Rukka, Camat Kalumpang saat itu.
“Saya kebetulan mendapatkan seorang camat yang baik dan menurut saya dia orang yang berintegritas, almarhum Pak Yunus Rukka. Dia seorang sarjana hukum. Dia taat terhadap aturan, dan banyak saya belajar dari dia itu. Pertama kedisiplinan, yang kedua masalah integritas, kemudian masalah efisiensi, dan yang terpenting itu adalah masalah hukum,” kenangnya.
Junda, selain tekun menjadi seorang birokrat muda, ternyata ia juga terus melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi.
Tahun 1998 ia menyelesaikan kuliah di IIP Jakarta. Selang beberapa tahun kemudian, ia kembali melanjutkan studi Administrasi Pembangunan di Universitas Hasanuddin Makassar dan selesai tahun 2003.
"Disaat saya sekolah di S2, sedikit orang mau sekolah di jamannya, orang berlomba-lomba jabatan. Tapi bagi saya, jabatan itu masalah kedua, lebih bagus saya sekolah," urai dia.
Sepertinya alam merestui keinginannya untuk terus melanjutkan pendidikan lebih tinggi. Baru setahun menyelesaikan mengister, datang tawaran untuk melanjutkan pendidikan doktoral (S3).
Tawaran itu datang dari Tahir Kuraising yang Kepala BKD saat itu. Katanya, ada anggaran program S3 untuk satu orang yang disiapkan oleh Pemkab Mamuju.
Awalnya Junda menolak dan menyarankan untuk memberikannya kepada orang lain. Namun terus didesak, akhirnya ia menerima juga.
Keputusan untuk kembali ke bangku kuliah kembali menemukan tantangan. Ia kembali diperhadapkan pada pilihan sulit; Jadi Camat atau lanjut kuliah.
"Setelah saya tes, saya menghadap bupati Pak Almalik Pababari. Pak Almalik bilang begini, 'saya mau kasi jadi Camat ko, tapi tunggu dulu tiga bulan', saya bilang 'yang mana ini saya pilih.' Jadi camat atau sekolah. Saat itu jujur saja kita idolakan jadi camat, masih muda Ki, kita masuk STPDN pasti mau jadi camat. Di sisi lain saya sudah kontak dengan Brawijaya. Akhirnya, sudahlah, prinsip itu, jangan kau melihat semut di seberang lautan sedangkan gajah di pelupuk mata kau tidak lihat, ambil yang terdekat. Saya ambilah sekolah," cerita Junda.
Bupati pun setuju untuk ia tetap melanjutkan pendidikan. Awalnya Junda berencana di Universitas Brawijaya, namun ia memutuskan untuk lanjut di Universitas Padjajaran.
Junda ingat betul bagaimana kehidupannya yang tidak mudah secara finansial. Apalagi ia kuliah dengan membawa serta istri dan anak. Untuk mencukupi kebutuhan, Junda mencari cara agar dapat bertahan.
Masa ia berkuliah, peralihan kepala daerah terjadi. Dari Almalik Pababari ke Suhardi Duka.
"Setelah beliau (Suhardi Duka) menjadi bupati saya menghadap. Beliau sangat respon saya untuk melanjutkan pendidikan," ujarnya.
Bersambung...








