Suraidah Dorong Generasi Muda Bangun Ruang Toleransi Baru di Ruang Digital

MAJENE–Wakil Ketua DPRD Sulawesi Barat, Dr. Hj. St. Suraidah Suhardi, M.Si menghadiri agenda Pengenalan Budaya Akademik dan Kemahasiswaan (PBAK) 2025 di Kampus STAIN Majene. Acara yang diikuti oleh lebih dari 500 mahasiswa baru.
Para peserta tampak antusias mendengarkan paparan Suraidah yang Ketua Umum ICMI Orwil Sulawesi Barat itu. Dari peran mahasiswa di era digital, moderasi beragama, hingga pentingnya membangun ruang toleransi baru.
Dalam paparannya, Suraidah menegaskan, mahasiswa memiliki tiga peran fundamental, yakni sebagai social control (pengawas nilai-nilai dalam masyarakat), iron stock (calon pemimpin masa depan), dan moral force (penjaga etika dan nilai).
“Artinya, mahasiswa bukan hanya penerima informasi digital, tapi juga lapisan strategis yang membentuk ruang publik baru,” ujar Suraidah di hadapan ratusan mahasiswa baru STAIN Majene, Rabu (03/09).
Kata dia, kehadiran media digital merupakan pisau bermata dua. Di satu sisi bisa menjadi ruang dialog yang sehat, namun di sisi lain juga berpotensi menjadi ruang ekstremisme. Karena itu, mahasiswa perlu lebih bijak dalam mengelola interaksi di ruang digital, termasuk mendorong budaya scroll sehat serta kemampuan menyaring informasi di tengah banjir konten digital.
“Tantangannya, jangan sampai media yang menggunakan kita. Mahasiswa harus mampu menyaring informasi, mengedepankan dialog sehat dibanding debat kusir, dan menghormati perbedaan agama, suku, pilihan politik, bahkan gaya hidup,” sambungnya.
Lebih jauh, Suraidah mengingatkan mahasiswa harus menjadi aktor penguat moderasi beragama. Ia menekankan, generasi muda tidak boleh hanya menjadi konsumen pasif di dunia digital yang mudah terprovokasi oleh isu-isu intoleran, melainkan harus tampil sebagai agen yang menyebarkan kesejukan, persatuan, dan semangat kebersamaan.
“Kita tidak ingin mahasiswa hanya jadi korban provokasi di ruang digital. Sebaliknya, mereka harus menjadi benteng sekaligus motor penggerak moderasi. Dengan begitu, mahasiswa tidak hanya selamat dari pengaruh negatif, tapi juga bisa menyelamatkan orang lain,” tegasnya.
Suraidah juga mengajak mahasiswa untuk menjadikan media digital sebagai laboratorium toleransi, dengan cara memproduksi konten positif seperti kutipan inspiratif, diskusi intelektual, hingga karya kreatif yang membangun semangat kebersamaan.
“Menjadi influencer kebaikan itu penting, walau dalam lingkar kecil. Karena dari situlah ruang toleransi baru bisa tumbuh,” beber dia.
Menutup sesi inspirasinya, Suraidah menekankan bahwa tugas mahasiswa tidak hanya sekadar hadir di dunia digital, melainkan juga mengisinya dengan nilai-nilai moderasi, toleransi, serta kesehatan jiwa-raga.
Acara PBAK STAIN Majene 2025 ini menjadi momentum penting bagi mahasiswa baru untuk memahami perannya, baik di dunia akademik maupun di ranah sosial-digital, sekaligus meneguhkan komitmen generasi muda Sulawesi Barat dalam menjaga persatuan, menolak provokasi, serta memperkuat moderasi beragama di era internet. (*/Naf)