Relevansi Pemilih Rasional dan Debat Publik, Said Usman: Demokrasi Kita Kian Membaik

MAMUJU--Terlepas dari sejumlah kekurangan pada pelaksanaan debat publik putaran pertama Pemilihan gubernur dan wakil gubernur Sulawesi Barat, setidaknya ada satu poin positif yang dapat disimpulkan oleh KPU Sulawesi Barat. Said Usman Umar membeberkan, jumlah penonton debat publik yang terbilang cukup signifikan jadi penanda kian dewasanya proses demokrasi di Sulawesi Barat.
Hal itu disampaikan Said Usman di sela-sela coffee night bersama insan pers yang digelar KPU Sulawesi Barat di salah satu Warkop di Mamuju, Sabtu (2/11) malam. Menurutnya, pelaksanaan debat adalah salah satu media utama yang dinantikan oleh pemilih cerdas untuk dapat mengetahui pendalaman, substansi atas visi dan misi dari masing-masing pasangan calon.
"Kemampuan Paslon untuk menyampaikan visi misinya itu dapat dilihat salah satunya melalui debat. Di situlah mereka akan bersentuhan dengan pasangan calon lain. Seperti apa gagasannya, idenya, visi dan misinya secara langsung dan dibandingkan dengan Paslon lainnya. Makanya debat ini menarik. Pemilih cerdas kalau ia cerdas betul pasti ia akan menonton debat," terang Said Usman Umar, Ketua KPU Sulawesi Barat.
Jumlah penonton debat baik melalui live streaming facebook TVRI maupun RRI, kata Said Usman, angkanya luar biasa besar. Meski belum mengantongi angka pasti soal berapa warga Sulawesi Barat yang menonton TVRI saat pelaksanaan debat, Said Usman punya analisa sederhana.
"Kita hanya bisa menghitung penduduk di Sulbar itu jumlahnya sekitar 1,4 juta. Lalu kemudian kita bagi bahwa dalam setiap rumah itu ada 4 orang, kita dapat angka sampai 350 ribu. Itu orang rumah yah. Tidak mungkin semua rumah itu punya TV, pasti ada yang tidak. Anggaplah ambil angka 60 Persen, berarti sekitar 250 ribu rumah punya TV. Kalau kita tambah tadi yang menonton streameing, apakah via TVRI, akun youtube KPU Sulbar maupun RRI, ditambah dengan yang punya TV, apalagi kalau ditambah yang nonton bareng, saya bahkan berani mengatakan ada 60-70 Persen menonton debat kita," urai dia.
Said Usman Umar. (Foto/Manaf Harmay)
Dengan asumsi serta analisa sederhana di atas, Said Usman percaya bahwa jumlah pemilih rasional di Sulawesi Barat itu cukup tinggi. Meski tak dipungkiri potensi besar penggunaan politik uang pada pelaksanaan Pemilihan gubernur dan wakil gubernur Sulawesi Barat tahun 2024 ini.
"Cuma tidak bisa juga kita pungkiri bahwa pemilih rasional ini kalau yang kita khawatirkan selama ini dia tetap menerima serangan fajar. Cuma serangan fajar ini tidak akan terlalu berdampak. Biasa kan, oke saya ambil uangnya tapi tetap saya punya pilihan sendiri. Intinya sekarang demokrasi kita di Sulbar ini sudah semakin dewasa kalau kita melihat angka penonton debat itu," Said Usman menambahkan.
Tentang sejumlah catatan minor atas pelaksanaan debat publik putaran pertama itu, Said Usman menganggapnya sebagai satu pelajaran berharga. Dari buruknya kualitas sound system, ruangan yang tak representatif, gangguan jaringan internet, hingga hal-hal bersifat teknis lainnya, bakal jadi bahan evaluasi bagi KPU Sulawesi Barat. Termasuk tentang subatansi jalannya debat yang juga akan dibincang ulang secara internal.
"Kita sudah menganalisa semua itu, dan tentnyua ini akan menjadi bahan evaluasi kita. Pasti kita akan berupaya semaksimal mungkin agar tidak terjadi di pelaksanaan debat selanjutnya. Apapun persoalan teknis yang terjadi kemarin itu yah harus kita terima, dan tentu akan menjadi bahan evaluasi kita untuk pelaksanaan debat selanjutnya," sebut Said Usman.
"Terkait dengan hal substantif, khususnya tentang pertanyaan dari panelis, ini juga yang menjadi poin masukan dari sejumlah pihak yang melihat pelaksanaan debat ini berjalan cenderung monoton. Pertanyaan yang muncul dari satu Paslon ke Paslon lainnya juga punya satu tema yang sama. Khususnya di segmen empat dan lima. Itu akan kita rumuskan kembali bersama tim perumus dan LO. Makanya kami akan Rakor dengan tim LO lagi untuk membahas itu," tutup Said Usman Umar.
Gagal jadi Cerminan Paslon
Anggapan tentang pelaksanaan debat publik calon gubernur dan wakil gubernur Sulawesi Barat berjalan monoton tak juga sepenuhnya dapat disalahkan. Secara umum, nyaris tak ada 'aksi saling serang' antarPaslon pada pelaksanaan debat yang digelar di gedung Gadis, Polewali, Polman itu.
Apa yang ditampilkan oleh para Paslon tersebut boleh jadi satu strategi politik tersendiri untuk merebut simpati dari pemilih. Terlepas dari alasan politis itu, empat Paslon yang tampil di panggung debat putaran pertama itu telah mempertontonkan prinsip saling menghargai, sebuah nilai yang telah ada dan terpelihara dalam pergaulan sosial masyarakat Mandar.
Tokoh NU Sulawesi Barat, Sayyid Ahmad Fadlu Al Mahdaly menilai, apa yang dipertontonkan oleh para Paslon di panggung debat tersebut merupakan pengejewantahan nilai 'sipakalqbi' (saling menghargai) di mereka.
Sayyid Ahmad Fadlu Al Mahdaly. (Foto/Facebook)
"Terlepas dari apapun alasan politisnya, saya melihat para Paslon ini benar-benar mengedepankan apa yang selama ini kita sebut sebagai azas saling menghargai. Sebuah nilai luhur yang telah tumbuh dan terpelihara di masyarakat Mandar. Jika ada yang menilainya monoton, yah tidak juga bisa disalahkan, itu persepsi publik. Tapi saya memilih untuk melihat jalannya debat itu dari sudut pandang berbeda," ujar Sayyid Ahmad Fadlu Al Mahdaly kepada WACANA.Info.
Yang sangat disayangkan oleh Sayyid Ahmad Fadlu adalah perilaku sebagian pendukung masing-masing Paslon yang gagal mengambil teladan atas perilaku beradab di panggung debat itu. Idealnya, kata dia, para pendukung itu menjadikan sikap saling menghargai dari masing-masing Paslon tersebut sebagai role model dalam ikhtiarnya mendukung para jagoannya.
"Bukan malah saling menghujat dengan sebegitu bar-barnya. Kan terbukti, kalau kita lihat media sosial, betapa para pendukung itu saling serang dengan cara yang jauh dari kata beradab. Artinya, mereka telah gagal menjadi cerminan dari pasangan calonnya itu," pungkas Sayyid Ahmad Fadlu Al Mahdaly. (*/Naf)