Titik Kumpul di Ngalo Rock Cafe

Mengasah Sense of Humor Menuju Pilkada Serentak

Wacana.info
Program Titik Kumpul Menggelar Proses Shooting di Ngalo Rock Cafe. (Foto/Azhari Surahman)

MAMUJU--Aquarista Stevie Pramudita Sukoco, mahasiswa fakultas psikologi dari Universitas Surabaya dalam jurnal ilmiah yang ia tulis di tahun 2014 yang lalu menulis bahwa sense of humor merupakan sebuah kemampuan seseorang atau individu untuk melihat suatu sisi yang lebih ringan dan lebih lucu dalam kehidupannya. 

Boleh jadi, jelang momentum politik Pilkada serentak tahun 2024, tak ada salahnya bagi publik untuk mengasah kualitas kepekaan humor itu agar pesta elektoral tersebut dapat dilalui dengan biasa saja, cenderung riang gembira.

Satu perspektif yang juga disampaikan oleh Arie Kriting. Komika kenamaan asal Kendari itu menilai, sense of humor itu mesti diselipinkan dalam setiap momentum politik. Tak boleh dilalui dengan cara yang sedemikian seriusnya.

"Karena menurut saya sih, humor itu kadang-kadang bisa menyampaikan kebenaran dengan cara yang lebih menyenangkan. Karena kalau terlalu serius, kadang-kadang bisa menyakiti perasaan. Jadi itu penting menurut saya (sense of humor di setiap momentum politik)," ucap Arie Kriting kepada WACANA.Info, Selasa (25/06) malam.

Di temui usai shooting program Titik Kumpul di Ngalo Rock Cafe, pria yang belakangan lebih dikenal sebagai sosok di balik layar untuk sejumlah film layar lebar itu juga menyebut, pentingnya kepekaan humor di setiap momentum politik bukan berarti mengeyampingkan hal-hal lain yang sifatnya penting. 

Arie Kriting. (Foto/Restu Adi Putra)

"Tapi kalau itu disampaikan dengan cara yang menyenangkan, menurut saya itu akan jauh lebih baik. Tingkat penerimaannya pun saya yakin akan lebih maksimal," sambungnya.

Pilkada itu Rutinitas, jadi Santai Saja

Setali tiga uang, Abdur Arsyad pun melihat, Pemilu atau Pilkada merupakan momentum yang sebenarnya biasa saja. Komika pemilih nama asli Abdurrahim Arsyad itu mengatakan, Pemilu atau Pilkada sudah menjadi rutinitas masyarakat Indonesia selama menganut sistem demokrasi.

"Ibaratnya kayak kita mandi atau pergi ke tempat kerja. Itu kan rutinutas juga. Bedanya, yang satu itu rutinitas lima tahun sekali, yang satunya lagi rutinitas setiap hari. Jadi, kalau sama-sama rutinitas, yah dijalani dengan biasa saja," beber Abdur yang ditemui di momentum dan di tempat yang sama.

Karena ia merupakan satu rutinitas, sambung Abdur, tak pantas jika menjalaninya dengan sebegitu tegangnya. Apalagi jika sampai muncul gesekan keras antara satu kelompok masyarakat dengan kelompok masyarakat lainnya. 

"Karena kan tidak mungkin, tiap hari kita pergi kantotr, tiap hari juga kita berkelahi, tiap hari kita marah sama orang. Kan ngapain, capek," ucap pemenang kedua kompetisi Stand Up Comedy Indonesia Kompas TV musim keempat tahun 2014 itu.

Sejak tahun 2004, masyarakat telah diberi ruang untuk memilih langsung pemimpinnya lewat mekanisme pemilihan langsung. Abdur menjelaskan, satu rentang waktu yang sudah cukup bagi masyarakat dalam hal mengambil banyak pelajaran untuk setiap momentum politik di masa mendatang. 

Abdur Arsyad. (Foto/Irwan Umar)

"Saya kira dalam rentang waktu itu sudah cukup lah bagi kita untuk belajar agar yah santailah dalam momentum politik ini," masih menurut Abdur.

Kepada seluruh masyarakat, Abdur berharap agar momentum Pilkada serentak tahun 2024 ini dimanfaatkan sebagai satu rutinitas melakukan seleksi kepemimpinan. Entah itu dengan metode melihat rekam jejak dari kandidat, mempelajari visi misi yang ditawarkan, atau dengan ragam metode lainnya.

"Seapatis-apatisnya kita, orang yang kita pilih itu ternyata berengaruh pada kehidupan kita. Jadi, setiap calon yang gambarnya ada di surat suara itu, teman-teman hendaknya rajin untuk riset sendiri untuk tahu orangnya seperti apa. Mampu atau tidak mengemban amanah, segala macam. Harapannya, semoga kerja-kerja individu seperti itu bisa melahirkan pemimpin yang baik di masa depan," pungkas Abdur Arsyad.

Titik Kumpul di Ngalo Rock Cafe

Selain dua nama beken di atas, Praz Teguh dan Mamat Alkatiri sebagai pengisi utama program Titik Kumpul juga hadir di Ngalo Rock Cafe. Titik Kumpul edisi khusus tersebut turut menghadirkan komedian senior, Abdel Achrian sebagai bintang tamu.

Shooting program Titik Kumpul yang dipusatkan di Ngalo Rock Cafe itu digelar sehari setelah pernikahan Mamat Alkatiri dengan dara asli Mamuju, Nafha Firah. Pitu Sinema jadi penyelenggara pelaksanaan shooting Titik Kumpul, program yang tayang di kanal you tube Tuah Kreasi.

Proses Shooting-nya sendiri dihadiri oleh ratusan orang. Menurut Sadly Asis, sesuai dengan koordinasi dengan pihak manajemen Titik Kumpul, pihaknya diberi kuota tiket hanya untuk 25 pengunjung saja.

Shooting Titik Kumpul di Ngalor Rock Cafe. (Foto/Manaf Harmay)

"Tapi karena besarnya animo masyarakat untuk menyaksikan langsung program itu, pada saat pertunjukan berlangsung, kami pun membolehkan masyarakat untuk ikut masuk. Tapi tetap dengan sistem tiketing di lokasi serta dengan tetap mempertimbangkan kapasitas tempat," ucap Sadly Asis, direktur Pitu Sinema.

Sadly pun mengaku senang dengan pertunjukan malam itu. Ratusan pengunjung yang memadati Ngalo Rock Cafe juga terlihat begitu menikmati pertunjukan dari Arie Kriting, Abdur Arsyad, Praz Teguh, Mamat Alkatiri serta Abdel Achrian. Tawa dari para pengunjung jadi bukti pertunjukannya memang sebegitu pecahnya.

"Padahal, kesepakatan untuk menggelar shooting titik kumpul di Ngalo Rock Cafe dengan kami sebagai penyelenggaranya itu baru tercapai di siang jelang sore hari. Tapi, dengan waktu yang cukup mepet itu, kami sangat senang bisa melaksanakan agenda tersebut dengan lancar. Pengunjung juga sangat senang. Terakhir kami ingin menyampaikan permohonan maaf kepada teman-teman yang tidak kebagian tiketnya. Selain karena terbatasnya kuota yang kami terima, kapasitas tempat juga jadi pertimbangan lainnya," tutup Sadly Asis. (*/Naf)