Cerita Pengrajin Sekomandi dan Pengusaha Travel yang ‘Keok’ karena Corona

Wacana.info
Pengrajin Kain Tenun Sekomandi, Bunga Lia yang Ditemui di Galerinya di Mamuju. (Foto/Iskandar ZM)

MAMUJU--Belum satu pun yang yang bisa memastikan kapan pandemi virus corona ini bakal berakhir. Di Indonesia, virus yang menyerang saluran pernapasan itu telah benar-benar meluluhlantakkan semua lini ekonomi masyarakat.

Aktivitas masyarakat yang karena pandemi ini benar-benar dibatasi membuat berbagai agenda yang biasanya rutin digelar kini sama sekali ditiadakan. Tamu-tamu dari luar daerah yang biasanya wara wiri di Sulawesi Barat, sejak dua bulan terakhir sudah sangat berkurang.

Kondisi tersebut ibarat petir di siang bolong bagi berbagai jenis usaha kecil menengah yang begitu bergantung pada mobilitas tamu-tamu dari luar daerah itu. Seperti yang dikisahkan Bunga Lia, salah seorang pengrajin kain tenun sekomandi.

Rupa-rupa kain tenun sekomandi yang biasanya ia pajang di galerinya, kini harus disingkrikan. Agar tak berdebu, sebagian besar kain sekomandi yang ia produksi terpaksa untuk sementara disingkirkan, disipan ke tempat yang lebih aman.

"Tidak ada yang datang Pak. Selama ini kan yang sering datang itu tamu-tau dari luar. Kalau kondisinya seperti sekarang, siapa yang mau datang Pak ?," keluh Bunga Lia yang ditemui di galeri kain tenun sekomandinya di Mamuju, Minggu (19/04).

Selama ini, kata dia, mereka yang dari luar daerah itu biasanya ke Mamuju untuk menghadiri berbagai kegiatan yang dilaksanakan pemerintah daerah. Sayangnya, di tengah pandemi virus corona seperti sekarang ini, kegiatan-kegiatan yang mendatangkan tamu dari luar daerah itu sama sekali ditiadakan.

"Karena biasanya itu kan tamu-tamu ini datang untuk hadiri kegiatan, sekalian cari kain tenun khas yang ada di Mamuju. Tapi kalau kondisi sekarang Pak, siapa yang mau datang ?. Kan ada banyak kegiatan di dinas tertentu itu yang ditiadakan. Otomatis berdampak ke penjualan kain sekomandi. Tidak ada sekali mi kasihan," tutur Bunga Lia.

Tak ada aktivitas produksi kain tenun sekomandi, bikin Bunga Lia dengan berat hati harus merumahkan beberapa orang karyawannya. 

"Yah terpaksa dirumahkan dulu. Ada mi yang datang ke saya, mau minta pembeli beras, pembeli sayur, tapi saya bilang kita lagi susah ini. Mau dapat dimana lagi, sementara pembeli sudah tidak ada lagi," ungkap Bunga Lia.

Data Pantauan Covid-19 di Subar, 20 April 2020. (Infografis/Dinas Komunikasi Informasi, Persandian dan Statistik Sulbar) 

Biasanya dari Rp 50 Juta Sampai Rp 80 Juta

Setali tiga uang, salah seorang pengusaha travel di kota Mamuju, Reuni Rahmat mengaku omzetnya terjun bebas sejak virus corona muncul dan kian menggila. Di waktu-waktu seperti sekarang ini, biasanya Reuni Rahmat bakal disibukkan dengan aktivitas penjualan tiket, baik itu bagi mereka yang akan ke luar daerah, maupun yang akan bertandang ke Sulawesi Barat.

"Biasanya kan di bulan-bulan ini mulai ramai. Kan kegiatan-kegiatan kantor itu mulai jalan di bulan-bulan ini. Makanya omzet kami tinggi. Tapi dengan kondisi seperti sekarang, tidak ada kegiatan kantor, otomatis tamu dari luar sangat kurang. Begitu juga para pejabat yang melakukan perjalanan dinas ke luar daerah, sekarang sudah tidak ada lagi. Jadi memang hancur kita ini," urai Rahmat Reuni.

Akibat virus corona, Reuni mengaku omzetnya merosot bahkan hinga 70 Persen. Menurutnya, nasib pengusaha travel lainnya pun tak jauh beda, semua karena pandemi virus corona yang tak kunjung mereda.

"Kondisi normal itu, rata-rata transaksi kami itu biasanya antara Rp 50 Juta sampai Rp 80 Juta. Sekarang ?, turun drastis. Bisa sampai 70 Persen turunnya," begitu kata Reuni Rahmat.

Data pemantauan covid-19 di Sulawesi Barat hingga Senin, 19 April pukul 10:46 Wita menunjukkan jumlah positif covid-19 sebanyak tujuh orang, empat orang diantaranya sementara dirawat, satu orang melakukan isolasi mandiri, sembuh satu orang serta satu orang yang meninggal dunia.

Orang Tanpa Gejala (OTG) tercatat sebanyak 155 orang, 89 orang diantaranya sedang dalam pengawasan, sementara yang selesai 66 orang. Pasien Dalam Pengawasan (PDP) tercatat sebanyak 31 orang, dama pengawasan 15 orang, meninggal dua orang, serta selesai pengawasan sebanyak 14 orang.

1.272 orang lainnya terkategorikan sebagai Orang Dalam Pengawasan (ODP), dalam pemantauan sebanyak 277 orang, selesai pemantauan 994 orang, serta satu orang yang meninggal dunia. (Naf/A)