Risiko di Balik Ramainya Suasana Penjemputan Pasien Covid-19

Wacana.info
Kerumunan Warga Menyaksikan Proses Penjemputan ZM di Kediamannya. (Foto/Manaf Harmay)

MAMUJU--ZM, pasien yang terkonfirmasi positif covid-19 akhirnya dijemput petugas kesehatan, Senin (13/04) sore. Sempat menolak untuk dibawa ke rumah sakit regional provinsi Sulawesi Barat, ZM pun luluh juga.

Duduk di barisan tengah mobil ambulance milik rumah sakit regional provinsi Sulawesi Barat, ZM yang pejabat teras pemerintah provinsi Sulawesi Barat itu sempat melambaikan tangannya ke arah kerumuman warga yang sejak beberapa jam sebelumnya telah menunggu momen tersebut.

Sejumlah masyarakat pun memberi semangat kepada ZM. Itu dibuktikan dari teriakan serta deru tepuk tangan para warga yang berkerumun tak jauh dari kediaman ZM di jalan Bau Massepe, Mamuju.

Iya, berkerumun.

Jubir Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19 Sulbar. (Foto/Dinas Komunikasi Informasi, Persandian dan Statistik Sulbar)

Sejak percobaan upaya penjemputan pertama yang dilakukan petugas kesehatan sehari sebelumnya, warga memang telah memadati areal sekitar kediaman ZM. Kondisinya bahkan lebih padat lagi setelah ZM benar-benar dievakuasi ke rumah sakit regional provinsi Sulawesi Barat.

Sama sekali tak tampak social distancing atau physical distancing di sana. Sebagian besar warga memang telah menggunakan masker, namun petugas kesehatan yang jaraknya tak begitu jauh dengan kerumunan warga terlihat menggunakan APD lengkap.

Juru bicara gugus tugas percepatan penanganan covid-19 provinsi Sulawesi Barat, Safaruddin Sanusi menegaskan, kerumunan warga yang menyaksikan proses penjemputan pasien covid-19 bukannya tanpa risiko. Pasien covid-19 yang dibawa ke rumah sakit, kata Safaruddin bukanlah tontotan.

"Karena ini bukan tontonan. Bukan sirkuit. Olehnya itu diharapkan juga kepada masyarakat supaya sadar untuk tetap tinggal di rumah saja sesuai imbauan pemerintah. Lagi pula covid-19 ini bukan aib, ini musibah orang sedang sakit," beber Safaruddin Sanusi kepada WACANA.Info.

Jauh lebih baik bagi masyarakat, sambung Safaruddin adalah dengan tetap mematuhi setiap imbauan pemerintah. Aman jika tetap di rumah, bukan malah berkerumun hanya untuk menyaksikan proses penjemputan pasien covid-19.

"Tolong juga physical distancing, pakai masker, dan tetap tinggal di rumah. Kita harus disiplin sehingga kita bisa memutus mata rantai covid-19 ini," sambung pria yang juga kepala dinas komunikasi informasi, persandian dan statistik provinsi Sulawesi Barat itu.

Merujuk ke protokol kesehatan penangananan covid-19, isolasi mandiri bagi pasien positif covid-19 sebenarnya dibolehkan. Menurut Safaruddin, tindakan tersebut sudah banyak dilakukan di dalam dan di luar negeri. Asal tetap dalam penanganan tim medis.

"Hanya memang masyarakat kita belum siap menerima. Mungkin karena trauma dengan pemberitaan di TV, dan lain-lain. Terlepas dari itu semua, kita semua berdoa semoga covid-19 ini segera berakhir dan kita semua tetap dalam lindungan Allah SWT," tutup Safaruddin Sanusi.

Kepala Dinas Kesehatan Sulbar, dr Muhammad Alif Satria. (Foto/Net)

Mengabaikan imbauan social distancing atau physical distancing, ditambah lagi masyarakat yang tak dilengkapi APD lengkap di tengah proses penjemputan pasien positif covid-19 membuktikan bahwa kesadaran publik atas kondisi saat ini yang masih sangat minim. Kepala dinas kesehatan provinsi Sulawesi Barat, dr Muhammad Alif Satria menilai hal tersebut sebagai bukti masyarakat kita yang tidak disiplin.

"Itu kelemahan. Masyarakat kurang disiplin," cetus dr Muhammad Alif Satria.

Entah karena alasan apa hingga proses penjemputan pasien covid-19 hampir pasti selalu disesaki warga. Padahal di sisi lain, ketakutan dan kepanikan publik di tengan pandemi ini begitu nyata terasa.

Jika publik menganggap, covid-19 adalah sesuatu yang wajib untuk dihindari, lantas karena alasan apa kerumunan warga pada setiap penjemputan pasien covid-19 selalu tersaji ?.

Direktur rumah sakit regional provinsi Sulawesi Barat, dr Indahwati Nursyamsi meminta kepada masyarakat untuk bisa mendisiplinkan diri. Menjaga diri dengan tetap di rumah, atau jika harus keluar rumah, hendaknya menjalankan prinsip social distancing atau physical distancing, dan menggunakan masker.

Direktur RS Regional Sulbar, dr Indahwati Nursyamsi. (Foto/Istimewa)

"Tetap ikut imbauan pemerintah dengan physical distancing agar mata rantai penularan bisa putus," ungkap dr Indahwati via WhatsApp.

Bahaya virus corona di tengah kerumuanan orang, kata dr Indahwati, mesti diwaspadai. Sebab kita tak pernah tahu siapa yang telah terpapar siapa yang benar-benar steril.

"Bahaya orang berkerumun. Itu juga punya resiko untuk terinfeksi. Kita tidak tahu siapa-siapa saja yang ada di sekitar kita," tutup dr Indahwati Nursyamsi.

ZM adalah pasien 05 yang terkonfirmasi positif covid-19 di Sulawesi Barat.

Hingga Senin, 13 April 2020, tercatat sebanyak lima orang kasus positif covid-19 di Sulawesi Barat. Dinyatakan sembuh satu orang, meninggal dunia satu orang. Paparan data yang dikutip dari covid19.sulbarprov.go.id juga disebutkan, 1.062 terkategori Orang Dalam pemantauan (ODP), 20 yang termasuk Orang Dalam pemantauan (ODP). (Naf/A)