Detik-Detik Menuju Pemilu, Hati Tetap Dingin

Wacana.info
Direktur Bina Ideologi, Karakter dan Wawasan Kebangsaan, Kementerian Dalam Negeri, Prabawa Eka Soesanta. (Foto/Lukman Rahim)

MAMUJU--"Kita adalah negara yang plural, yang majemuk, banyak suku, agama, ras dan golongan. ini memang sudah dari sananya kita sudah begitu,". Hal itu disampaikan Direktur Bina Ideologi, Karakter dan Wawasan Kebangsaan, Kementerian Dalam Negeri, Prabawa Eka Soesanta dalam forum dialog Pelestarian Bhinneka Tunggal Ika di d'Maleo Hotel, Jumat (5/04).

Meski begitu, sering kali perbedaan tersebut tidak menjadi kekuatan bagi anak bangsa. Kata Prabawa, perbedaan kadang-kadang jadi sumber konflik.

"Inikan terjadi sama dengan penjajahan dulu, dimana kita diadu-adu untuk berkonflik ,sementara kemudian banyak hal miliki kita dikuasi oleh orang lain," sambung Prabawa Eka Soesanta.

Di jelang hari pemungutan suara, sambung Prabawa, apa yang terjadi belakangan ini, seperti banyak berseliweran hoaks, fitnah dan ujaran kebencian yang mengatasnamakan satu gologan, hal tersebut bisa menganggu persatuan dan kesatuan kita.

Prabawa pun mengingatkan, perbedaan sudah menjadi fitrah bangsa ini. Olehnya itu para pendiri bangsa mengikat perbedaan dalam satu kalimat sakti yaitu 'Bhinneka Tunggal Ika'.

"Berbeda-beda tetapi satu. Itu intinya bahwa sampai kapanpun kita pasti akan berbeda. Tapi janganlah perbedaan itu menjadi alasan untuk berpecah, tapi justru perbedaan adalah satu alasan mengapa kita perlu bersatu," paparnya.

Masih kata Prabawa, detik-detik menuju hari pemungutan suara, tensi politik bisa dipastikan makin memanas. Peran serta tokoh masyarakat untuk selalu menjaga persaudaraan sangat diharapkan.   

"Kan biasa pertandingan sepak bola mendekati hari pertandingan semakin panas, tapi kepala boleh panas, hati tetap dingin. Tetap bagaimana kita menyelesaikan persoalan-persoalan tetap dengan dialog, dahulukan hati nurani dan akal sehat, hikmat dan kebikjasanaan," pungkas Prabawa Eka Soesanta. (Keto/B)