‘Kapal Itu Sebaiknya Jangan Dilayarkan Dulu’
MAMUJU--Kondisi kapal feri mini milik pemerintah kabupaten Mamuju terus disorot publik. Anggaran senilai Rp. 1.764.464.000 dianggap tak sepadan dengan buruknya kualitas kapal yang diproyeksikan sebagai sarana transportasi penghubung warga Mamuju dengan masyarakat di Kepulauan Bala Balakang itu.
Menjawab tudingan tersebut, konsultan teknis pengerjaan feri mini, Syarifuddin Dewa menyebut, kondisi feri mini itu memang belum layak untuik dioperasionalkan. Ia mengakui kondisi kapal yang telah sekian lama hanya bersandar di pelabuhan Kasiwa Mamuju tersebut masih perlu dibenahi.
"Sebaiknya jangan dilayarkan dulu. Masih banyak hal yang mau dibenahi dari kapal itu," kata Dewa kepada sejumlah wartrawan via sambungan telepon, Rabu (11/07).
Dikatakan Dewa, sejumlah kerusakan yang masih terlihat di beberapa bagian kapal yang diklaim mampu mengangkut 200 penumpang itu lebih disebabkan oleh proses pemindahan kapal dari darat ke laut yang berjalan tidak sesuai prosedur.
"Saya curiganya memang ada yang rusak pada waktu kapal itu dipindahkan dari darat ke air. Jadi bisa saja, ada bagian yang retak, atau bahkan bocor waktu kapalnya dipindahkan," sebut pria yang mengaku belum sekalipun melihat kondisi kapal feri mini tersebut.
Sementara itu, kontraktor pelaksana pengerjaan kapal feri mini, H Basri menjelaskan, pihaknya memulai proses pengerjaan kapal tersebut dari April sampai Desember 2017. Tentang material kayu yang digunakan, dirinya mengaku mendatangkannya langsung dari Kendari.
"Untuk dinding utama kapal itu kita pakai kayu ulin kami datangkan dari Kendari, makanya agak lama. Tapi untuk lantai, memang kayu lokal. Makanya mungkin sudah mulai keropos," tutur H Basri.
Juga diakui H Basri, pihaknya memang sempat kesulitan saat hendak memindahkan kapal dari darat ke laut. Hingga diputuskan untuk mendatangkan ahli dari Bulukumba, Sulawesi Selatan untuk membantu memindahkan kapal.
"Memang curiganya kami, ada beberapa bagian yang rusak waktu kita pindahkan kapalnya. Hanya, memang nanti kita tahu kalau ada bagian yang bocor itu setelah kapal ini sudah berada di air." terang H Basri dalam sebuah konfrensi pers yang digelar di atas feri mini itu.
H Basri yang mengaku baru pertama kali mengerjakan kapal berukuran besar itu juga mengurai, semua kelengkapan yang ada di atas feri mini tersebut ia adakan sesuai dengan item-item yang tertuang dalam dokumen kontrak. Mesin, kursi, alat navigasi, instrumen keselamatan, dan beberapa item lainnya, diakui Basri, telah sesuai dengan dokumen kontrak.
"Kalau mesin itu sudah sesuai dengan kontrak Pak. Kita pakai mesin merk Weichai. Itu buatan Cina tapi lisensi dari Jerman. Bertenaga 321 Hp 2100 Rpm," cetusnya.
Baik BPK RI perwakilan Sulawesi Barat, maupun dari Insopektorat Daerah kabupaten Mamuju juga telah tuntas mengaudit proses pengadaan kapal feri mini tersebut. Diakui H Basri, pihaknya telah menyelesaikan temuan BPK RI dan Inspektorat Daerah.
"Saya sudah pengembalian Pak. Kurang lebih saya kembalikan itu Rp. 130 Juta," begitu kata H Basri. (Naf/A)