Kebakaran di Pasar Sentral Mamuju

Cerita Tentang Petugas Pemadam Kebakaran; Dilempari, Alat Dibakar Hingga Dilarikan ke Rumah Sakit

Wacana.info
Kesibukan Warga Saat Kebakaran Terjadi. (Foto/Manaf Harmay)

MAMUJU--Petugas pemadam kebakaran jadi bulan-bulanan kekesalan warga serta para korban kebakaran di pasar sentral Mamuju, Minggu kemarin. 

Oleh warga, 'pasukan penakluk api' itu dituding lambat dalam menangani musibah kebakaran yang akhirnya menghanguskan ratusan los di tengah kompleks pasar sentral.

Kepala Seksi Evakuasi dan Penyelamatan, Dinas Satuan Polisi Pamong Praja dan Pemadam Kebakaran Mamuju, Randy Noertadi mengatakan, kurang tepat jika pihaknya dijadikan biang keladi lambatnya penanganan kebakaran di pasar sentral Mamuju.

"Keterlambatan pemadam itu dikarenakan ada beberapa faktor. Seperti lambatnya laporan yang masuk, atau karena kondisi lalu lintas di pasar saat masuk ke pusat kebakaran," tutur Randy saat dihubungi Senin (28/08) malam.

Kondisi kompleks pasar sentral saat terjadinya musibah kebakaran memang cukup sesak. Selain dipadati oleh kesibukan para pedagang saat hendak menyelamatkan dagangannya, keramaian juga tercipta lantaran sebagian masyarakat memang sengaja mendatangi lokasi kebakaran, meski hanya untuk sekedar melihat-lihat.

"Kepada masyarakat supaya ke depannya bila terjadi kebakaran, hendaknya bisa memberikan ruang untuk kami dalam melakukan pemadaman," sebutnya.

Randy yang saat musibah terjadi juga terlibat langsung pada proses pemadaman api malam itu juga mengaku mendapat perlakuan yang kurang pantas dari warga sekitar. Saat sedang berjibaku memadamkan kobaran api bersama sejumlah petugas lainnya, ia menyebut, ada lemparan benda keras yang diarahkan oleh werga ke arah mobil pemadam.

"Ada juga masyarakat yang membuang selang milik petugas ke dalam kobaran api karena tidak bisa melakukan penyemprotan," cetusnya.

Kepada WACANA.Info, Randy mengatakan, pihaknya tidak sama sekali punya niat untuk tak serius dalam memadamkan kobaran api. Meski di sisi lain, ia pun memahami tentang panik dan kesalnya warga atas musibah tersebut.

"Kami pergi bertugas ada keluarga kami yang terus khawatir tentang keadaan kami di lokasi kebakaran, ada keluarga, orang tua, anak dan isteri yang kami tinggal. Bahkan nyawa kami jadi taruhannya," ungkap Randy.

Kebakaran di pasar sentral Mamuju terjadi Minggu malam sekitar Pukul 22.30 WITA. Kobaran api baru bisa dijinakkan selang 5 jam kemudian. Untuk memadamkan api, Dinas Satuan Polisi Pamong Praja dan Pemadam Kebakaran menerjunkan 40 lebih petugas yang malam itu mendapat giliran jaga, dibantu oleh puluhan petugas lainnya.

Sebanyak 3 unit mobil pemadam kebakaran mesti diterjunkan untuk menguasai situasi. Ditambah bantuan armada water canon dari pihak kepolisian, serta mobil tangki air dari KMP dan DLHK Mamuju.

"Bahkan ada 3 orang petugas pemadam kebakaran yang terpaksa dilarikan ke rumah sakit karena kekurangan oksigen saat sedang berjuang melawan kobaran api. Secara pribadi, saya bangga dengan anggota pemadam, walaupn 3 orang dilarikan ke rumah sakit, tapi yg lain masih tetap bertahan dan berdiri di barisan terdepan untuk melanjutkan pemadaman," urainya.

"Semoga ke depannya ada bantuan dari pemerintah Sulawesi Barat dan dari kabupaten Mamuju untuk penambahan armada pemadan dan peralatan pamadaman," simpul Randy Noertadi. (Naf/A)