Tolak Pelantikan Putra Mahkota, Puluhan Orang Protes di Depan Rumah Adat

Wacana.info
Aras Tammauni Saat menemui Massa Aksi Protes. (Foto/Lukman Rahim)

MAMUJU--Salah satu agenda peringatan hari jadi Mamuju yang ke-477 ialah pelantikan putra mahkota Maradika (raja) Mamuju. Adalah Bau Akram Maksum Dai yang kemudian dikukuhkan sebagai putra mahkota kerajaan Mamuju.

Sementara proses pengukuhan yang berlangsung di kompleks rumah adat Mamuju, di sisi lain prosesi pengukuhan, puluhan orang justru menggelar aksi protes. Meraka yang informasinya juga datang dari garis keturunan langsung Maradika Mamuju beramai-ramai melakukan unjuk rasa memprotes pelantikan putra mahkota, Rabu (12/07.

Mereka beranggapan, pelantikan putra mahkota tersebut telah keluar sekaligus melanggar aturan adat yang sesungguhnya.

“Sejak kapan ada yang dibilang putra mahkota di kerajaan Mamuju," teriak Andi Putra Manakarra lewat pengeras suara.

Menurut Andi Manakarra, jika tahta Raja ingin diwariskan, haruslah diberi kepada adik kandung dari Andi Maksum Dai sebagai seorang raja, dalam hal ini diberi kepada Andi Amir Dai.

Tak hanya itu, massa yang datang dengan membawa spaduk penolakan hari itu juga menyebut Gal'agar Pitu yang juga ikut dikukuhkan sebagai pemangku adat, sebagiannya tidak layak menduduki posisi itu.

Ingsang ki siriq (tahu dirilah). Ada orang yang menjadi pemangku adat, sesungguhnya tidak layak. Karena dari keturunannya tidak ada yang pernah menjadi pemangku adat,“ sumbang salah seorang pengunjuk rasa lainnya.

Aksi protes sempat memanas, bahkan nyaris bentrok dengan petugas keamanan. Saking geramnya, salah seorang pengunjuk rasa terlihat membakar pakaian adat sebagai bentuk kekecewaan atas prosesi pengukuhan tersebut.

Beruntung, aksi tak larut dan tak berlanjut ke aksi anarkis lainnya. Itu setelah salah seorang pemangku adat, Aras Tammauni keluar menemui pengunjuk rasa dan berdiskusi dengan mereka. 

“Anak-anakku semua, mari kita pulang. Kita bicarakan baik-baik di rumah,“ seru Aras Tammauni. (Keto/A)