Belajar dari Kekalahan

Wacana.info
Suhardi Duka. (Foto/Manaf Harmay)

Oleh: DR. Suhardi Duka MM

Kekalahan adalah sebuah kata yang tidak mengenakkan bagi setiap orang atau kelompok, bahkan semua orang menghindari nya. Tapi apakah anda tahu bahwa Allah sudah menetapkan didunia ini ada sebuah kekalahan dan ada kemenangan.

Seseorang yang tidak pernah kalah, untuk bisa kuat dan teruji harus di uji dulu agar dapat mengevaluasi hal-hal yang kecil. Dia tidak akan sukses di suatu pertempuran yang sesungguhnya jika ia belum kuat dan teruji, utamanya dalam mengendalikan dirinya sendiri.

Kita coba mengambil contoh perang bubat. Perang saudara yang dahsyat yang terjadi dalam sejarah Indonenesia. Perang antar pasukan Majapahit yang dipimpin Gajah mada melawan pasukan kerajaan Pasundan. 

Gajah Mada menang, lalu Hayam Wuruk bangga. Tapi sayang, pasca kemenangan itu Gajah mada menjadi seorang yang terkucil, Hayam wuruk pun menderita Patah hati karena ditinggal selamanya oleh putri Sundah Diah Pitaloka yang ternyata sangat ia cintai. 


Demikian pun perang Uhud. Umat Islam menderita kekalahan, banyak yang mati suahid diinjak dan dicincang oleh musuh. Peristiwa ini menjadi pelajaran bagi umat Muslim, bahwa luka yang diderita oleh umat Islam sama juga diderita oleh orang kafir. Artinya, umat Islam tidak ada jaminan akan menang terus bila hidupnya berfoya-foya dan tidak bersungguh-sungguh.


Hikmahnya, dunia ini diberikan Allah untuk dipergilirkan. Ada kalanya menang, dan ada kalanya kalah. Mengapa demikian ?, karena dunia ini sifatnya fana dan sementara. Beda dengan akhirat yang kekal nan abadi, maka yang mengisinya hanya orang-orang baik serta saleh.

Kalah bukanlah kiamat. Kalah adalah ujian kesabaran akan suatu perjalanan hidup setiap manusia. Yang paling ideal adalah kalah pada satu momen tapi membuka peluang baru pada momen tertentu untuk menang. Olehnya belajarlah dari setiap kekalahan. 

Jangan anda mau kalah di dua medan yang berbeda, minimal anda menang dalam upaya mendekatkan diri kepada Allah SWT. Puasa Ramadan sejatinya juga sebuah pertarungan. Kekalahan nafsu membawa hikmah besar bagi anda untuk bisa menaikkan derajat iman menuju derajat takwa. 

Lemenangan nafsu justru akan menghancurkan keimanan anda, dan membawa kepada kahancuran masa kekal anda. Untuk itu kekalahan lah yang akan membuat anda sampai pada titik yang sesungguhnya. 


Selamat berpuasa dan mengambil hikmah pada setiap kejadian. Walau kekalahan bukanlah kiamat dan selalu membawa hikmah, namun anda harus menang dalam kehidupan ini. 
Janganlah bangga karena kalah, tapi jangan juga marah apalagi menyalahkan orang lain karena kalah.

Raihlah kemengan yang penuh dengan etika dan jujur, agar kemenanganmu menjadi kebanggaan semua orang. Menang dengan cara melampaui batas sesungguhnya bukanlah kemenangan, tapi kekalahan secara bathin. 

Untuk itu, kemenangan puasa Ramadan adalah kemenangan antara hamba dan Tuhannya yang semakin dekat dan cinta. 
Banyak sahabat yang menyapa saya, katanya SDK kuat. Persoalan lemah atau kuat bertitik tolak pada tujuan sesungguhnya. Bila memang tujuannya untuk niat yang baik dan tulus, kenapa kita harus rapuh menerima keputusan-Nya. 

Untuk itulah saat ini saya berpandangan bahwa saatnya untuk melakukan internalisasi capital, penguatan diri dalam arti lahir dan batin. Itu penting untuk menjadi modal jangka panjang dalam kehidupan yang kekal. (*/Naf)


Bandara Intrnasional Sultan Hasanuddin 21 Juni 2017