Muh Khaliq, Bayi Bibir Sumbing yang Tinggal di Bantaran Sungai

Wacana.info
Rumah Muh Khaliq. (Foto/Lukman Rahim)

MAMUJU--Namanya lengkapnya Muh Khaliq. Bayi berumur 3 bulan asal desa Tasiu, kecamatan Kalukku, Mamuju itu sempat jadi pembicaraan publik. Kondisi keluarganya yang miskin, belum lagi bibir sumbing yang telah ia alami sejak lahir bikin Muh Khaliq mengundang simpati banyak pihak.

WACANA.Info berkesempatan bertandang ke rumah Muh Khaliq, Kamis (15/06). Miris. Kondisi rumahnya jauh dari kata layak. Rumahnya berukuran kecil dibalut dinding kayu nan keropos. Untuk berlindung dari terik panas matahari atau guyuran hujan cukup dengan atap yang terbuat dari daun rumbia, meski sebagiannya ada yang telah terbuat dari seng.

Kian memilukan, tak banyak yang tahu tempat tinggal Muh Khaliq itu berada di bantaran sungai Tasiu (jika tak ingin menyebutnya di bawah jembatan Tasiu). Jangan tanya soal fasilitas listrik atau air bersih di rumah itu, sebab memang tak pernah ada. Di sekitar rumah model panggul tersebut tumbuh subur berbagai tanaman. Ada jagung, pisang, serta tanaman lainnya.

Muh Khaliq adalah anak dari pasangan Andang dan Anita. Untuk memenuhi kebutuhan keluarga sehari-hari, Andang bekerja sebagai penambang pasir. Sementara sang ibu mengambil peran sebagai ibu rumah tangga biasa.

"Ini tanahnya sepupuku Dek," ungkap Anita Ibu Muh Khaliq.

Dari keterangan Anita, sudah sebulan ia dan keluarganya menetap di sana. Dulunya ia tinggal di desa Tampa Padang yang masih dalam wilayah kecamatan Kalukku.

Muh Khaliq sendiri adalah buah hati pertama pertama dari pernikahan kedua Anita, demikian juga pernikahan kedua bagi Andang, ayah dari bayi malang tersebut.

"Empat anakku semua. Tiga dari suami pertama. Na ambil bapaknya anak pertamaku, yang kedua ikut di neneknya sekolah. Ini yang ke tiga di sini sama saya," tuturnya.

Untuk sementara, Muh Khaliq dirawat seadanya di rumah kecil itu. Dari pengakuan Anita, ia telah lama tak berkomunikasi dengan petugas kesehatan yang selama ini mendampinginya. Kepindahannya pun tanpa sepengetahuan para petugas medis yang selama ini merawat dan mengantarkan susu bagi anaknya.

"Pernahka ke sana ke Puskesmas, tapi tidak ketemuka itu ibu yang selalu rawat anakku. Mungkin sibuk itu waktu, jadi tidak ketemuka," ujarnya.

Hidup dengan penuh keterbatasan menjadikan keluarga itu hanya dapat pasrah menjalani dan merawat Muh Khaliq. Harapan besar agar buah hati mereka mendapatkan tindakan medis bagi kondisi bayinya yang mengalami bibir sumbing disematkan kepada pemerintah. (Keto/A)