Golkar yang tak Berkoalisi

Oleh: Lukman Al Mandary
Partai politik adalah organisasi dari aktivitas-aktivitas yang berusaha untuk menguasai kekuasaan pemerintahan, serta merebut dukungan rakyat atas dasar persaingan dengan suatu golongan atau golongan lain yang mempunyai pandangan berbeda.
Partai politik adalah salah satu simbol demokrasi yang dijamin keberadaannya konstitusi. Sudah 71 tahun sudah indonesia berdaulat, mandiri dalam berdemokrasi ini merupakan hasil nawacita para leluhur kita.
Berdiam dalam keragaman warna dan golongan sudah hal biasa bagi masyarakat indonesia. Pilpers, Pileg dan Pilkada adalah momen terindah dalam kehidupan berdemokrasi, sebab lahirnya pemimpin dan pemangku kebijakan berasal dari proses demokrasi itu.
Dari masa reformasi menuju masa demokrasi sudah barang tentu membutuhkan proses dan perjalanan panjang. Saat ini negara menjamin tiap-tiap warga negara memiliki hak yang sama berkumpul mengambil bagian dalam mempertahankan nawacita NKRI.
Pilkada serentak telah memasuki perampungan daftar pemilih tetap, ini pertanda pesta demokrasi nyaris babak masuk finish. Itu artinya, Pilkada harus bekerja lebih ekstra lagi.
Para kadidat, tim sukses, relawan dan Parpol pengusung juga wajib untuk lebih mematangkan gerakan-gerakan politik di lapangan. Di mata penulis, Pilkada Sulbar menganggap, kerja tim pemenangan jauh hari sebelumnya telah menyusun startegi pemenangan, termasuk lobi-lobi politik.
Kita ketahui bersama bahwa calon yang tercitrakan dengan baik di masyarakat akan sangat berpengaruh pada daya tarik masyarakat kepada calon tersebut. Itu semua tak punya arti sama sekali jika tidak disertai dengan kekuatan tim yang tersturuktur.
Di sisi lain, gemuk tidaknya partai pengusung bukan jaminan bagi Pasangan Calon tertentu untuk dapat memenangkan pertarungan politik. Lihat hasil Pilpres 2014 lalu. Kala itu, calon nomor urut 2 hanya diusung 4 partai pengusung berhasil menumbahkan hegemoni kekuatan 6 partai pengusung calon nomor urut 1.
Di Pilkada Sulbar ada 3 Pasangan Calon yang akan bertarung di pesta demokrasi yang digelar untuk ketiga kalinya itu. Ketiga calon yang maju adalah putra terbaik Sulbar yang sudah lama mengabdikan ilmu, gagasan fikiran dan sangat berpengaruh terhadap kemajuan Sulbar.
Berdasarkan nomor urut, ketiganya masing-masing, SDK-KK di usung 3 Parpol, JSM-HASAN diusung 1 Parpol, serta ABM-ENNY diusung 6 parpol.
SDK-KK dijagokan 3 parpol. Majene dan Mamuju disebut-sebut akan jadi penyumbang suara terbesar bagi pasangan dengan tagline 'ini jalan kita' itu. JSM-HASAN yang hanya diusung 1 Parpol dianggap cukup berpeluang untuk menang lantaran keduanya merupakan perpaduan Jendral dan pengusaha. JSM sudah matang menghadapi Pilkada, Pilkada 2017 mendatang adalah kali ke-3 ia ikut sebagai konstetan memperebutkan Sulbar '01'. ABM-ENNY adalah Pasangan Calon dengan jumlah Parpol pengusung terbanyak. Keduanya diprediksi bakal menang telak jika melihat kekuatan Parpol yang menjadi mesin politiknya.
Tapi gemuk Parpol bukan jaminan untuk memenangkan pesta demokrasi, sebab demokrasi kali ini rakyatlah yang jadi penentu utamanya, bukan partai.
PDI perjuangan yang berada di belakang suksesi ABM-Enny adalah pemenang Pilpers 2014 yang lalu. Ini merupakan modal besar untuk memenangkan Pilkada. Sementara Demokrat memiliki kekuatan yang cukup dahsyat jika berkaca pada hasil Pileg Sulbar 2014 silam. Buktinya, Demokrat Sulbar di bawah kendali SDK mampu mendudukkan 11 kursi figur di DPRD Sulbar. Peluang besar untuk menang sangat jelas jika kerja kader terukur dan sistematis. Disusul partai Golkar sebagai pemenang ke dua suara terbanyak yang berhasil meraih 9 kursi legislatif Sulbar.
Kerja politik kader Gokar sangat jelas dan tidak diragukan lagi dalam melakukan manuver di lapangan. Penulis melihat Pilkada kali ini merupakan ujian besar bagi partai Golkar sebab sebagian kader yang telah dibersarkannya kini justru balik melawan 'beringin' di Pilkada Sulbar nanti. Mereka diantaranya, AIM, SDK, KK, RB, AAS, dan ENNY.
Merebut kembali kemenangan di Pilkada Sulbar akan jadi tantangan tersendiri bagi Golkar yang menjagokan JSM-HASAN. Ini awal bagi partai Golkar untuk bekerja lebih ekstra lagi. Apakah Golkar bisa menang tanpa berkoalisi dengan partai lain ?.
Wallahu A'lam Bishawab