Antara Mimpi, Naif, serta Keadilan Bagi Sulawesi Barat Baru

Wacana.info

Oleh: Marwan Syamsul (Sekretaris SAPMA Pemuda Pancasila Sulbar)

Jangan sekalipun dalam kehidupan demokrasi kita dewasa ini untuk tidak di isi dengan model optimisme perjuangan yang bernafaskan kerakyatan dan berpijak pada Sikap konsisten serta pro pada peningkatan taraf hidup masyarakat.

Sulbar telah berdiri sejak tahun 2004. 12 Tahun kini telah berlalu, tinta emas sejarah perjuanganpun telah tertorehkan. Telah banyak dari
mereka Sang pejuang pendirian Sulbar yang telah kembali ke Haribaan Ilahi. Perjuanganmu Takkan Terlupakan. Bagaimanapun kondisi Sulbar hari ini, Tanah ini haram jika akan melupakan jasa-jasamu.

Sederet peristiwa turut mewarnai pembangunan di 'kolong malaqbi' hingga detik ini. Tanpa kita sadari, kini Sulbar telah punya 6 kabupaten. Pertanyaannya kemudian, benarkah Sulbar telah sejahtera?. Benarkah Sulbar sudah merata, sekaligus layak kah Sulbar dikatakan maju?.

Tentu saja hal itu adalah pertanyaan yang hanya mampu dijawab olehorang yang merasa telah memajukan Sulbar. Terlalu naif jika kita menolak nya karena karakter kesatria hanya akan kita temukan di dalam diri kita jika kita mampu berjiwa besar mengakui bahwa setiap zaman ada pemimpinnya. Begitu pula sulbar kita yang sedang meniti jalan memasuki era baru.

Ini mutlak harus dapat diterima dengan penuh kesadaran akal dan hati yang terbuka, sebab 'pemimpin sejati adalah pemimpin yang menghargai adanya proses regenerasi', begitu kira-kira kutipan yang sampai hari ini masih terngiang jelas di telingaku.

Jika suatu daerah mau maju, maka ia harus dinahkodai oleh yang memang layak memajukan daerah. Jika suatu daerah mau sejahtera maka ia harus dipimpin oleh sosok yang berpengalaman memajukan daerah, dia harus lahir dari rakyat bukan lahir dari pusaran kekuasaan, ia haruslah mandiri secara ekonomi, bukan ingin jadi penguasa sektor ekonomi tertentu. Ia harus menghargai bahwa hukum keseimbangan politik itu nyata adanya. Ia pun harus anti 'dinasti politik', agar kontrol dan pengawasan tetap bisa dijamin keberadaan nya. Sebab jika tidak, semua maka niscaya kita akan semakin pesimis untuk dapat mengantar Sulbar ke muara sejahtera yang dituju itu.

Adil adalah ketika kita menempatkan sesuatu pada tempatnya. Kira-kira begitu pula untuk Sulbar. Jangan mimpi memajukan daerah jika yang akan menahkodai adalah orang yang tidak bisa berbuat apa apa. Jangan mimpi Sulbar yang 'malaqbi' jika cara kita memilih pemimpin tidak mencerminkan 'malaqbi' itu sendiri. Belum cukupkah deretan kisah kelam para Kepala SKPD yang bergiliran berada di balik jeruji itu ?.

sangat tidak 'malaqbi'. Yakinlah, bukan itu yang diinginkan para pejuang Sulbar terdahulu.

Olehnya sayapun selaku salah satu anak muda yang lahir dan tinggal di Sulbar ini hanya dapat berdoa dan bekerja. Semoga tahun depan Sulbar dinahkodai oleh sosok manusia yang mengerti betul tentang keinginan Sulbar dan rakyatnya. Bukan dari kalangan yang hanya ingin melanggengkan kekuasaan atau memindahkan kekuasaan kepada orang terdekatnya setelah dirinya sukses berkuasa di Provinsi ke 33 ini.

Kalau tidak malu pada sesama setidaknya malulah pada Yang Kuasa ..

2017 adalah tahun dimana Sulbar harus dekat dengan rakyatnya. 2107 adalah tahun dimana sulbar harus hadir setiap inti masalah sosial
kemasyarakatan. 2017 adalah tahun dimana jalan jalan Provinsi akan betul-betul dibangun.

2017 bukanlah mimpi, tetapi keniscayaan karena masyarakat sendirilah yang menginginkan adanya perubahan dan pembaruan mulai dari pucuk pimpinan tertinggi hingga merambah ke wilayah lain. 2015 itu telah dimulai, dan di 2017 saatnya menyempurnakan Sulbar yang lebih baik lagi.

Jika tulisan ini hanya akan dianggap sampah intelektual, saya sebagai penulis akan dengan sudi menerima nya. Sebab tanpa kritikan, saya tentu akan sulit melihat sisi lemah dari diri saya sendiri...