Sayyang Pattuqdu, serta Kerinduan Para Perantau

Wacana.info
(Foto/Istimewa)

MAMUJU--Bukan hanya karena pelantikan BPC Kerukunan Keluarga Mandar Sulawesi Barat (KKMSB) saja. Atau oleh karena ragam agenda seremoni lainnya yang mengiringi event yang dipusatkan di Kabupaten Kutai Kartanegara, Provinsi Kalimantan Timur itu.

Semua karena pertunjukan kuda menari atau oleh masyarakat Sulawesi Barat dikenal dengan sebutan sayyang pattuqdu. Iya, gara-gara sayyang pattuqdu, ribuan warga Kecamatan Muara Badak, Kutai Kartanagara berkumpul. Menyaksikan pertunjukan kesenian dan kebudayaan Sulawesi Barat sebagai rangkaian kunjungan Pemerintah Provinsi Sulawesi Barat di Kalimantan Timur belum lama ini.

Kerinduan yang begitu membuncah akan tanah kelahiran, kampung halaman, seolah terbayar lunas oleh aksi kuda menari berikut pernak pernik yang mengiringinya. Asal tahu saja, wilayah Kecamatan Muara Badak banyak diisi oleh warga keturunan Mandar, Sulawesi Barat.

Keseruan Pertunjukan Sayyang Pattuqdu di Muara Badak, Kutai Kartanegara. (Foto/istimewa)

Ada yang baru berbilang tahun, atau belasan tahun. Meski tak sedikit juga yang telah menetap di tanah perantauan itu sejak berpuluh-puluh tahun lamanya. Bahkan sampai beranak cucu di 'tanah harapan' itu.

Tuntasnya kerinduan itu seolah berbonus. Oleh komunitas anak muda asal Sulawesi Barat yang menetap di Muara Badak, festival budaya Mandar pun digelar. Dari panggung festival, beberapa penampil dengan sajian tari, lagu serta berbagai bentuk kesenian Mandar lainnya dipertunjukkan.

Divisi acara festival budaya Mandar , Rudi Herawan mengungkapkan, festival budaya Mandar merupakan kegiatan yang diinisasi oleh komunitas anak muda asal Mandar. Sebagai bentuk kontribusi nyata generasi muda terhadap upaya melestarikan kebudayaan asli Sulawesi Barat.

"Ramai sekali. Semua antusias ke jalan raya melihat kuda menari itu. Sebenarnya dari sekian item kegiatan itu sayyang pattuqdu yang paling ditunggu warga. Terkhusus warga Mandar yang ada di sini," ujar Rudi kepada WACANA.Info, Minggu (28/11).

Turut Dihadiri Perwakilan Kesultanan Kutai Kartanegara. (Foto/Istimewa)

Tak berlebihan jika menyebut agenda warga Mandar Sulawesi Barat di Muara badak, Kutai Kartanegara itu sebagai even yang begitu luar biasa. Perwakilan Kesultanan Kutai Kartanegara sampai hadir untuk menyaksikan pertunjukan seni dan budaya asli Mandar tersebut.

"Pertunjukan sayyang pattuqdu ini yang luar biasa. Karena selama ini, terhitung sangat jarang ada sayyang pattuqdu di sini. Kecuali untuk kalangan orang tertentu, orang kaya saja. Kalau pun ada, biasanya dilaksanakan di kota-kota besar. Makanya, agenda kemarin itu bisa dibilang jadi pengobat rindu warga Mandar yang ada di Muara Badak, ada masyarakat yang sampai menitikkan air mata melihat pertunjukan itu," terang Rudi Herawan, pria yang juga ketua Ekonomi Kreatif (Kekraf) Kecamatan Muara Badak itu.

Gubernur Sulbar dan Gubernur Kaltim Menunggangi Kuda, Sayyang Pattuqdu. (Foto/Istimewa)

Ada empat kuda yang secara khusus didatangkan dari Sulawesi Barat untuk agenda di Muara Badak, Kutai Kartanegara tersebut. Kepala Dinas Pariwisata Provinsi Sulawesi Barat, Farid Wajdi menganggap, antusiasme masyarakat Mandar di perantauan itu selain merupakan pengejewantahan dari rindu tentang kampung halaman, juga jadi ruang menitip harapan agar kelak, meski di perantauan, anak cucu mereka tak pernah lupa dari mana ia berasal.

"Saya menduganya, mereka telah lama menunggu momen untuk mendudukkan anak atau cucu mereka di punggung kuda sambil berkeliling kampung. Tentu dengan iringan dentuman rebana yang bertalu-talu. Mereka mengingat masa lalunya di Mandar dan mereka tentu ingin agar anak cucunya seperti dia waktu mereka remaja dulu. Walau di negeri seberang," sebut Farid Wajdi.

Saat menghadiri pengukuhan dan pelantikan BPC KKMSB Kabupaten Kutai Kartanegara, Gubernur Sulawesi Barat, Ali Baal Masdar mengaku, agenda tersebut sekaligus juga dimanfaatkan sebagai ajang silaturahmi sekaligus menyapa keluarga Mandar yang berdiam di Kalimantan Timur. 

Festival Budaya Mandar di Muara Badak, Kuta Kartanegara. (Foto/Istimewa)

KKMSB Kutai Kartanegara, kata Ali, disemogakan bisa menjadi perekat keluarga Mandar sekaligus jadi jembatan kerja sama antara dua daerah, Kalimantan Timur dan Sulawesi Barat.

"Pertunjukan yang sensasional dari sayyang pattuqdu, dengan ungkapan yang mengharu biru pada diaspora masyarakat Mandar di tepian sungai Mahakam," tutup Farid Wajdi. (*/Naf)