Ramadhan nan Agung

Wacana.info
Syarifuddin Mandegar. (Foto/Manaf Harmay)

Oleh: Syarifuddin Mandegar (Dewan Pendiri Esensi Sulbar)

Marhaban ya Ramadhan, bulan nan agung di sisi Allah ini disambut meriah seluruh umat Islam dari segala penjuru dunia. Entah itu sekedar ucapan atau menyambutnya dengan kelapangan hati, itu tak penting. Yang terpenting adalah menjalankan amanah Ramadhan itu dengan jalan berpuasa.

Bulan penuh rahmat dan rahim ini begitu spesial untuk mengukur kadar kecintaan terhadap Maha Pemilik Rahmat dan Rahim. Ia menurunkan Ramadhan bak hujan menghapus dahaga seluruh isi bumi saat dilanda gersang. Setiap tetesannya adalah untaian rahmat yang tak terhitung nilainya.

Keagungan Ramadahan telah digambarkan Imam Ali “Inilah bulan yang malam harinya malaikat turun dari langit atas perintah Allah (SWT), dan memberikan salam sampai subuh kepada laki-laki dan perempuan yang berpuasa. Malam itu adalah malam Qadr (Malam Kemuliaan). Puasa di hari berikutnya lebih besar (pahalanya) dari puasa seribu bulan, dan melakukan apapun yang baik lebih besar (pahalanya) dari melakukan yang baik selama seribu bulan.”

Kita berpuasa karena kita butuh merendah, karena jiwa kita butuh energi trasenden. Tubuh kita bisa saja sakit karena kekurangan gizi dan nutrisi tapi jauh lebih sakit saat jiwa kita kekurangan energi trasenden jauh dari rahmat dan kasih sayang Allah meski sakitnya tidak kita rasakan sebagaimana sakitnya tubuh kita. Tetapi kelak di akhirat kita pasti merasakannya.

Karena itu, melaksanakan ibadah puasa di bulan Ramadhan adalah obat paling mujarab bagi sakitnya jiwa kita akibat dibalut dosa-dosa kita. selain itu, bulan Ramadhan adalah salah satu lintasan sejarah perjalan hidup kita. disana, hidayah, Rahmat dan kasih sayang Allah bersemayam.

Maka, mari lapangkan hati kita secara khusyuk menjalankan ibadah puasa agar hidayah, rahmat dan kasih sayang Allah menyertai perjalan hidup kita siang dan malam. perbanyaklah bermunajat, bertasbih serta beristghfar karena di bulan ini suara-suara (orang) didengar dan doa diterima dan orang-orang yang menangis menyebabkan turunnya rahmat Allah SWT.  

Imam Ali berpesan kepada kita; Hai orang yang berpuasa! Jika engkau jauh dari Tuhanmu, kemanakah engkau akan berpaling? Jika Tuhanmu meninggalkan engkau sendirian, siapa yang akan menolongmu? Dan jika Dia tidak menerima engkau di antara hamba-hambanya-Nya, kepada siapa engkau akan pasrah? Dan jika Dia tidak mengampunimu, kepada siapa engkau akan memohon ampun?”

Maka bertobatlah dengan puasamu.

Wassalam...