Mengubah Situasi atau Mengubah Harapan
Oleh: Suhardi Duka
Judul di atas banyak makna. Namun bukan diksinya yang akan saya bahas, tapi faktanya.
Sering dialami bila seseorang baru saja diangkat dan menerima tanggung jawab sebagai pemimpin atau kepala dinas, tentu akan merasakan bahagia dan menjadi kebanggaan keluarga.
Demikianpun saat diangkat untuk memimpin satu perusahaan oleh komisaris memperkenalkan kepada karyawan bahwa bos anda adalah sipolan yang baru saja saya angkat dan percaya untuk memimpin perusahaan ini.
Siapapun akan bahagia, bangga, dan memiliki tekad untuk sukses dalam jabatan yang baru itu.
Dalam bayangannya, memiliki ruangan kerja yang cukup luas dan akan menatanya sesuai dengan ruangan pimpinan yang berkelas dan standar, mengangkat sekertaris yang tentunya cantik.
Semuanya itu adalah wajar karena keinginan mengubah situasi untuk menjadikan Dinas atau perusahaan pioner dalam perubahan, mampu meningkatkan pendapatan daerah dan berkontribusi dalam kesejahteraan rakyat.
Acara serah terima dan perkenalan usai. Keesokan harinya memimpin rapat staf lengkap. Kemudian masing-masing bidang ataupun divisi melaporkan kondisi yang sesungguhnya. 'Pak Kadis, saya bidang perencanaa dan evaluasi, saya laporkan bahwa sesuai dengan target yang diberikan di sektor pendapatan sampai pada bulan Agustus capaian baru 30 Persen yang seharusnya sudah 70 Persen. Mohon petunjuk bagaimana agar waktu yang sisa empat bulan ini bisa di capai 100 Persen'.
'Saya bidang penagihan melaporkan bahwa dana operasional untuk penagihan sudah habis digunakan pejabat lama, saya sebagai pejabat baru yang bersamaan bapak tidak memiliki lagi dana operasioanal untuk menagih, mohon petunjuk diambil dari mana dana operasional selanjutnya ?', laporan pun silih berganti.
'Saya juga pak bagian keuangan melaporkan bahwa untuk dana perjalanan dinas sudah tidak ada lagi. Hanya tersisa 1 kali perjalanan ke Jakarta. 'Pak saya bidang penyuluhan dan promosi, setelah kami berjalan banyak masyarakat protes Pak, beban pajak dan retribusi yang dibebankan terlalu tinggi, bila dibandingkan dengan daerah sebelah mereka 50 Persen dari kita selain itu tidak diimbangi dengan pelayanan yang baik,' begitu penutup laporan masing-masing bidang.
Bagaimana rasanya hari pertama anda ?. Apakah masih teringat ingin mengganti sekertais yang cantik?, menata ruangan yang berkelas ?. Saya yakin otak anda mulai mumet. Terbalik apa yang menjadi harapan anda di awal.
Untuk itu perlu di ingat
Tanggung jawab pertama seorang pemimpin adalah mendefenisikan kenyataan. Tanggung jawab terakhirnya adalah mengucapkan terima kasih.
Di antara keduanya, pemimpin adalah pelayan, begitu ungkap Max de Pree/CEO perusahaan Herman Miller.
Masih ingat piala dunia 2014 di Brasil ?. Negeri samba yang hampir 100 Persen rakyatnya cinta bola. Tahun 2003 euforia ingin Brasil jadi tuan rumah dan juara piala dunia bersaing dengan Kolombia. Tahun 2007 diputuskan Brasil tuan rumah piala dunia 2014,
Kemudia 11 tahun mempersiapkan piala dunia dan sampai bulan Mei 2014 stadion-stadion yang baru diresmikan oleh Presiden, menggunakan anggaran yang cukup besar hingga 14 Milyar Dollar AS untuk merenovasi stadion. Akibatnya, ekonomi Brasil terganggu. Selama bulan Januari sampai saat pelaksanaan piala dunia, rakyat Brasil protes tidak perlu piala dunia, rakyat sensara dan ekonomi merosot.
Bukan situasi yang diubah, karena juga bukan Brasil yang juara dunia. Justru harapan yang berubah. Di awal berbeda dengan yang berjalan.
Untuk itu anggaran daerah perlu ditata dengan benar dan direncanakan dengan matang, agar rakyat merasakan dampaknya. Dalam Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang perencanaan nasional, dan Permendagri 54 pasal 107 jelas mengatur tentang pokok pokok pikiran Anggota DPRD. Demikian pula dengan Undang-Undang MD3 utamanya ucapan sumpah anggota dewan yang wajib memperjuankan aspirasi konstituennya.
Menghilangkan pokok pikiran anggota DPRD dalam APBD sesungguhnya tidak memiliki dasar hukum. Bahkan anggota DPRD akan berdosa kalau tidak memperjuangkan aspirasi konstituen yang memilihnya.
Yang penting, pokok pikiran itu benar-benar kepentingan publik, bukan aspirasi pelatihan pegawai atau aspirasi pengadaan mobil dinas.
Jangan mengubah makna aspirasi menjadi proyek orang tertentu, aspirasi yang masuk sebagai pokok-pokok pikiran dewan adalah rangkuman hasil reses dan temu konstituen yang dokumennya harus masuk pada awal tahun sebelum Musrembeng sekaligus menjadi kewajiban Bappeda untuk memasukkan sebagai Renja OPD selanjutnya di uji di Musrembang.
Harus disadari bahwa anggaran itu produk politik, dengan demikian politik anggaran tidak bisa diabaikan. Hak dewan salah satunya adalah hak budget yang berjalan sendiri.
Logika berpikir kita harus jernih, kenapa anggota dewan dipilih rakyat, karena rakyat butuh orang untuk memperjuangkan nasibnya. Dengan demikian jangan hipokrit dan serba dingin, bahkan beku karena ketakutan. Sejauh memperjuankan kepentingan publik, maka rakyat akan memberi dukungan.
'Tidak mungkin mengatur apa yang tidak bisa anda kontrol dan tidak mungkin mengontrol apa yang tidak bisa anda ukur', begitu kata Peter Drucker.
Tidak mungkin kekuasaan akan berjalan baik tanpa dikontrol. Karena pada akhirnya akan menyimpang dan sewenang-sewenang.
Manajemen tradisional sekalipun fungsi kontrol sangat dibutuhkan, apalagi saat ini era hedonisme, maka kontrol yang berlapis sangat dibutuhkan. Akhirnya, kalau saat ini ternyata harapan anda berubah, semoga berubah ke arah yang lebih baik. (*/Naf)
Garuda Inonesia 7 September 2017