Jika Kalah Pemilukada, Akademisi Nilai Akan Berat Bagi Golkar di 2019
MAJENE-Partai Golkar di Sulawesi Barat terbilang harus melewati perjalanan yang cukup pelik di beberapa waktu belakangan ini. Pengamat Politik Unsulbar, Dr. Muhammad menganggap, dinamika tersebut bisa jadi pemicu berkurangnya kekuatan politik beringin di momentum politik di masa mendatang.
Muhammad bahkan menilai, Jika di Pemilukada 15 Februari ini Golkar gagal memenangkan jagoannya Salim S Mengga-Hasanuddin Mas'ud, maka akan sulit bagi Golkar dalam menghadapi Pemilu Legislatif, 2019 mendatang.
"Terakhir yang saya tahu Pak AIM yang mundur. Padahal selama ini ia cukup mempunyai kekuatan menggalang para kepala daerah dan memanfaatkan jaringan politiknya untuk menggalang massa di Pilkada ataupun Pemilu. Saya kira dengan komposisi pengurus partai politik yang notabene bukan pejabat kepala daerah, ditambah banyaknya gerbong tokoh Golkar yang akhirnya pergi dari Golkar, sepertinya 2019 akan menjadi tahun yang lebih berat bagi Golkar Sulbar," sebut Muhammad, pria yang juga dekan Fakultas Fisipol Unsulbar itu, Kamis (26/01).
Seperti diketahui, beberapa politisi handal yang awalnya bernaung di bawah bendera Golkar Sulawesi Barat, kini tak lagi di struktur Partai besutan Setya Novanto itu. Setelah sosok Suhardi Duka (SDK) yang kini mantap memimpin Demokrat Sulawesi Barat, menyusul nama mantan Gubernur, Anwar Adnan Saleh yang juga harus lengser dari posisinya sebagai Ketua DPD Golkar Sulawesi Barat.
Teranyar, Bupati Polman, Andi Ibrahim Masdar juga harus hengkang dari partai yang dibesarkan dan membesarkannya itu. Lantaran beda prinsip di Pemilukada Sulawesi Barat, Andi Ibrahim memilih berlabuh ke Partai Nasdem.
Sederet nama mantan politisi Golkar tersebut adalah satu dari sekian dinamika panjang yang mesti dilalui Golkar. Termasuk saat Golkar menetapkan pasangan yang diusung di Pemilukada Sulawesi Barat yang harus dilakukan di detik akhir masa pendaftaran Pasangan Calon beberapa waktu lalu. (Ad/Msd/Naf)










