'Tegar', Lebih dari Sekadar Film
MAMUJU--Horor, komedi, drama romantis. Tiga genre film yang cukup sering meraih angka penonton yang fantas. Di tengah kerasnya pertarungan para produser dalam melahirkan film dengan jumlah penonton menjulang, 'Tegar' hadir dengan semangat idealisme yang dominan.
Tak berlebihan rasanya untuk menempatkan film yang disutradarai Anggi Frisca itu bertengger di deretan film dengan tawaran value yang kuat. Secara garis besar, film ini mengisahkan tentang kehidupan anak penyandang disabilitas bernama Tegar yang tidak mendapatkan kasih sayang dari orang tua.
Film ini berkisah tentang kehidupan anak penyandang disabilitas berusia 10 tahun yang bernama Satria Tegar Kayana (M. Aldifi Tegarajasa) yang hidup bersama ibu dan kakeknya.
Meski memiliki kekurangan, Tegar tidak pernah mendapatkan kasih sayang yang cukup dari orangtuanya. Hal ini dikarenakan ayah Tegar pergi meninggalkannya, sedangkan sang ibu, Wida (Sha Ine Febriyanti) sibuk bekerja. Bagi Tegar, satu-satunya orang yang menyayangi dan menemaninya dengan sepenuh hati hanyalah sang kakek (Deddy Mizwar).
Sejak lahir, Tegar sudah 'diasingkan' dari dunia luar oleh ibunya. Sang ibu tak sanggup menghadapi tanggapan orang-orang terkait kondisi Tegar. Sehari-hari, Tegar hanya boleh berkegiatan di dalam dan halaman rumah.
(Foto/Net)
Saat ulang tahunnya yang ke-10, Tegar berharap bisa bersekolah dan bermain bersama anak-anak lainnya. Kakeknya pun berjanji akan mewujudkan impiannya tersebut. Namun sayang, kakeknya wafat tak lama setelah itu.
Kepergian sang kakek membuat Tegar sepenuhnya dirawat oleh ibu dan perawatnya. Suatu hari, ibunya harus bekerja keluar kota selama beberapa hari, sedangkan perawatnya memilih pulang ke kampung halaman.
Hal itu bikin Tegar harus tinggal sendirian di rumah. Dari sinilah awal mula cerita Tegar belajar hidup mandiri dan bisa lebih mengenal dunia luar.
Sudah sejak beberapa hari terakhir, film 'Tegar' diputar di layar bioskop XXI, Mall Matos Mamuju. Dari beberapa hari jadwal pemutaran, antusiasme penonton cukup tinggi. Siswa siswi dari sejumlah Sekolah Dasar (SD) di Mamuju telah dan bakal menonton film tersebut.
Kolaborasi untuk 'Tegar'
Ada peran volunteer dari pemutaran 'Tegar' di bioskop Matos. Mereka menamakan diri sebagai 'Teman Tegar'. Dari inisiasi merekalah film itu dapat dinikmati.
Kiki, koordinator Teman Tegar mengungkapkan, sudah ada 3 Ribu lebih pasang mata yang telah menonton film tersebut. Angka itu merupakan akumulasi penonton dari empat SD yang ada di kota Mamuju.
Komunitas Sinematografi Pitu Sinema Usai Pemutaran Film 'Tegar', Rabu (12/11)
"Dan masih ada beberapa SD lagi yang menunggu jadwal pemutaran. Kami dan para volunteer optimis, para siswa yang telah menonton 'Tegar' memperoleh satu pelajaran penting. Bahwa kaum disabilitas mesti diberikan ruang, kesempatan, dan support. Bahwa penyandang disabilitas berhak mendapatkan pendidikan yang layak dan ruang gerak yang sama seperti lainnya," urai Kiki kepada WACANA.Info, Rabu (12/11).
Kiki juga menyebut, koordinasi serta kolaborasi dengan berbagai elemen di daerah jadi langkah awal yang Teman Tegar lakukan. Berkoordinasi dengan pemerintah daerah, aparat TNI dalam hal ini Angkatan Laut, komunitas konten kreator, serta beberapa elemen masyarakat lainnya.
"Karena gerakan ini membutuhkan dukungan dari semua pihak, kami memulainya dengan berkoordinasi sekaligus berkolaborasi dengan banyak pihak. Menurut kami, hanya dengan kolaborasi, pesan moral dari film 'Tegar' dapat menyentuh banyak orang," begitu kata Kiki.
Komunitas sinematografi Sulawesi Barat, Pitu Sinema ikut melibatkan diri pada gerak sosialisasi serta suksesi pemutaran film 'Tegar' di Mamuju. Menurut Sadly Asis, keikutsertaan Pitu Sinema murni didasari oleh semangat membumikan karya film dengan muatan pesan moral yang sangat kuat.
"Selain itu, bergabung dengan gerakan Teman Tegar juga jadi penegasan atas komitmen kami dalam hal pengejewantahan idealisme yang kami pegang teguh. Tentang bagaimana pesan-pesan kebaikan itu dapat disampaikan dengan ideal lewat satu karya film," terang Sadly, direktur utama Pitu Sinema.
Sementara itu, Aksa Bumi Langit, rumah produksi film 'Tegar' dalam keterangannya menyebut, produksi film ini berkampanye lewat relawan dari berbagai daerah di Indonesia untuk terlibat di dalamnya. Menonton bersama, melibatkan beberapa pihak seperti sekolah, komunitas, institusi swasta, dan pemerintahan.
Volunteer bersama Beberapa Aparat TNI AL Usai Pemutaran Film Tegar, Rabu (12/11)
Kampanye tersebut sekaligus jadi gerak gotong royong dan dobrakkan untuk menyuarakan kalangan difabel.
"'Tegar' menjadi gerakan, sebuah visi, dan laboratorium mimpi bagi kalangan yang terlibat dan berusaha mewujudkan ruang bagi seluruh lapisan masyarakat di Indonesia," Aksa Bumi Langit dalam rilisnya seperti dikutip dari nationalgeographic.grid.id. (*/Naf)









