Menjalani Ujian Agar Lebih Baik

Wacana.info
Suhardi Duka. (Foto/Manaf Harmay)

Oleh: DR. H Suhardi Duka, MM


Tuhan memperingatkan umatnya dengan berbagai cara. Mulai dengan cara yang kasat mata hingga yang benar-benar jelas terasa, semua itu adalah cara-Nya untuk memperbaiki dirimu menjadi orang yang lebih baik.
 Jika kamu berbuat buruk maka akan buruk pula balasannya, jika berbuat baik maka baik pula balasannya. 

Teori kausalitas memberi pelajaran bagi kita akan keseimbangan, karena alam semesta selalu sejajar antara kebaikan dan keburukan. 

Ujian akan membawa manusia atau pemimpin dalam proses menuju ke arah yang lebih baik. Siapa diri kita sebagai pemimpin bukanlah titik permulaan dalam perjalanan perkembangan kita. 

Teori dasarnya pada saat kita bertindak seperti seorang pemimpin dengan mengajukan ide baru, atau memberikan kontribusi di luar kompetensi kita ataupun menghubungkan orang dengan tujuan tertentu, orang lain akan melihat kita sebagai seorang pemimpin dan akan mengkonfirmasi kita bahwa kita memang pemimpin. Internalisasi sosial kepemimpinan akan memberi proses terhadap pengakuan masyarakat akan diri seseorang.

Dalam buku "Act Like a Leader Think Like a Leader" (Hermina Ibara) menganjurkan bahwa untuk mengembangkan kapasitas kepemimpinan kita maka yang  harus dilakukan minimal lima hal;  mengembangkan sensor situasi, terlibat dalam proyek di luar diri kita, berpartisipasi dalam aktivitas ekstrakurikuler, mengkomunikasikan why pribady kita, dan memberikan sela dalam jadwal kita.

Ini mengubah cara pandang kita dalam melihat dimana posisi kita sekarang (kondisi saat ini). Dan akan kemana posisi masa depan diletakkan (kondisi yang diharapkan). Tapi siapa diri kita sebagai pemimpin bukanlah titik permulaan, tetapi akan menjadi hasil dari pembelajaran mengenai diri kita. Sejauh mana kita menjembatani orang dengan beragam karakter dalam membawa hidup dan cara pandangnya mengenai diri dan lingkungannya untuk bisa mengambil peran dalam kemaslahatan. 

Jejaring adalah sebuah tool kepemimpinan yang sangat penting untuk melihat perkembangan pendapat umum dan trend opinion leader. Baik jejaring pribadi seperti teman, keluarga dan group, maupun jejaring yang membantu dalam operasional dalam menciptakan visi masa depan. Sebaik jejaring harus bisa menkoneksikan secara baik pula saluran yang dapat membantu menghubungkan diri dengan semua lini dan media. 

Tidak justru disalahgunakan bahkan melampaui kritik yang seharusnya, ajang fitnah dimedsos contohnya.

 Siapa yang yang menabur itu yang menuai. Saya kira petani tidak menikmati sendiri hasil taburannya, tapi lingkungan sekitarnya termasuk ikut dalam megkonsumsinya. Gambaran itulah yang dirasakan oleh setiap pemimpin dalam menjaga lingkungan jaringannya. 

Penulis telah merasakan ini dalam perjalanan hidupnya karena tidak selamanya yang menaburlah  yang merasakan, tapi kita juga dapat merasakannya. Sering pahit walau tidak disangkal juga sering manis. Begitulah buah walau satu tandan variatif rasanya, tinggal kita bisa memilih mana yang bisa menjadi obat walau pahit dan kecut atau mana yang bisa menjadi konsumsi dalam keberlanjutan hidup makhluk-Nya di muka bumi ini. 


Ali Bin Abi Thalib pernah berkata "jangan menjelaskan tentang dirimu kepada siapapun, karena yang menyukai mu tidak butuh itu, dan yang membenci mu tidak percaya itu,".

Kalau berbuat baik jangan terlena dengan pujian karena akan menyebabkan riya. Pahala menjadi jauh, nafsu bertobat bukan karena dihukum dengan dibakar, tapi nafsu bertobat setelah ia dihukum puasa. 

Untuk itulah ibadah puasa menjadi ibadah rahasia agar mampu mengubah umat muslim yang beriman menjadi taqwa. Selamat berpuasa. 

(Garuda, 13 Juni 2017)