'Pemilu Hanya akan Terasa Mekanistik Saja'
MAMUJU--Wacana sistem Pemilu tahun 2024 mendatang menuai sorotan banyak pihak. Pernyataan ketua KPU RI, Hasyim Asy'ari yang menyebut bahwa tak menutup kemungkinan gelaran Pemilu 2024 kembali pada sistem proporsional tertutup yang jadi pemicunya.
Jika itu yang terjadi, masyarakat akan mencoblos partai, bukan calon anggota legislatif (caleg). Hasyim mengatakan hal itu sebab sistem proporsional daftar calon terbuka yang berlaku saat ini sedang digugat di Mahkamah Konstitusi (MK).
Untuk informasi, terdapat dua jenis sistem di dalam sistem proporsional, yaitu sistem proporsional terbuka dan sistem proporsional tertutup. Sistem proporsional terbuka adalah sistem Pemilu di mana pemilih memilih langsung wakil-wakil legislatifnya.
Sedangkan dalam sistem proporsional tertutup, pemilih hanya memilih partai politiknya saja. Nantinya partai politik yang akan memilih anggota legislatif berdasarkan perolehan suara yang telah mereka raih.
Ketua DPC Demokrat Mamuju Suraidah Suhardi menilai, jika sistem proporsional tertutup kembali diberlakukan, itu artinya nilai demokrasi yang selama ini diperjuangkan bakal mengalami kemunduran. Sebab, kata dia, pola ini sekaligus mengebiri substansi pemilihan langsung.
"Mengapa mundur?. Karena kita kembali pada fase dimana pemilih berjarak secara psikis dengan figur yang diharapkan menjadi perwakilannya mulai dari DPR RI hingga DPRD. Sehingga pemilu kita hanya akan terasa mekanistik saja," ucap Suraidah, Minggu (1/01).
Jika demikian, sambungnya, kian menjauh kita dari Pemilu yang substansial.
"Malah menjebak kita hanya bangga pada Pemilu yang prosedural, " sambung politisi peraih gelar doktor komunikasi UIN itu.
Suraidah pun berharap, di masa mendatang edukasi politik mesti menjadi agenda multipihak.
"Karena selama ini yang muncul adalah kita dianggap gagal dalam sistem demokrasi kita. Tetapi kita tak pernah sadar bahwa pendidikan politik juga penting," tutup Suraidah Suhardi, politisi cantik yang juga Ketua DPRD Sulawesi Barat itu. (*/Naf)