Suara Pemilih Pemula, untuk Siapa ?
POLMAN--Pemilih pemula jadi satu segmentasi tersendiri pada gelaran Pemilu 2019 mendatang. Meski disebut pemula, namun bercermin dari jumlahnya yang terbilang cukup signifikan membuat peserta Pemilu seperti berebut untuk meraih dukungan dari pemilih pemula ini.
Data yang berhasil dihimpun WACANA.Info disebutkan, jumlah pemilih pemula di Sulawesi Barat berdasarkan penetapan DPTHP-2 oleh KPU menujukkan betapa segmen pemilih pemula ini begitu menjanjikan bagi para peserta Pemilu.
Di Pemilu nanti akan ada 19.528 jiwa, tersebar di enam kabupaten di provinsi Sulawesi Barat.
"kategori pemilih pemula itu ada di rentang umur dari 17 sampai 20-an tahun. Pelajar SMA dan mahasiswa," urai Komisioner KPU Sulawesi Barat divisi data, Sukmawati M Sila kepada WACANA.Info belum lama ini.
Sebagai informasi, di pleno penetapan DPTHP-2 yang digelar KPU Sulawesi Barat beberapa waktu lalu, jumlah keseluruhan DPT untuk Pemilu 2019 nanti sebanyak 854.572 jiwa. Jelas bahwa 19.528 dari 854.572 itu bukan angka yang kecil.
Infografis/Manaf Harmay
Pertanyaannya, akan kemana suara pemilih pemula itu ?.
Analis politik dari Indeks Politik Indonesua (IPI), Suwadi Idris menjelaskan, segmentasi pemilih pemula punya karakterisitik tersendiri. Karena itu, dibutuhkan pendekatan yang lebih spesifik lagi untuk meraih simpati dan dukungan dari pemilih pemula tersebut.
"Pemilih pemula itu cenderung sangat idealis. Karena dia idealis, maka tentu akan berbeda pula metodologi yang harus digunakan untuk meraih dukungan mereka," ujar Suwadi, Senin (24/12).
Dikatakan Suwadi, pemilih pemula cenderung akan melihat dua aspek utama dari para peserta Pemilu sebelum benar-benar menjatuhkan pilihan politiknya. Yang pertama track record sang calon, serta visi dan misinya.
"Track record itu penting. Jadi siapapun calonnya, hendaknya mampu memberi penguatan atas apa yang sesugguhnya menjadi latar belakangnya. Misalnya, apakah ia seorang politisi, atau tokoh masyarakat, atau apakah ia seorang birokrasi senior. Semua latar belakang itu hendaknya semakin dikuatkan di hadapan para pemilih pemua," urai Suwadi.
Pemaparan visi misi sang calon pun tak kalah pentingnya. Pemilih pemula, kata Suwadi, cenderung akan melihat sejauh apa keberpihakan calon atas kepentingan pemuda itu sendiri. Tentunya, menguatkan visi misi dalam hal dukungan kepada segmentasi pemilih pemula itu mesti tertuang dalam visi dan misi dari sang calon.
"Penting untuk membuktikan keberpihakan kepada pemilih pemula lewat program yang nyata yang dituangkan ke dalam visi misi calon. Sebab, akan kemana para pemilih pemula itu mempelajari program-program sang calon kalau bukan dari visi dan misinya," begitu kata Suwadi.
Suwadi Idris menambahkan, siapapun yang ingin merebut pilihan dari para pemilih pemula itu juga mesti paham betul tentang apa dan bagaimana cara menyampaikan pesan politik itu kepada mereka yang tergolong masih muda itu.
Kata dia, kekuatan media, wa bil khusus media sosial saat ini memang begitu ampun sebagai sarana menyampaikan pesan politik utamanya kepada para pemilih pemula. Namun, yang juga mesti dipikirkan oleh para peserta Pemilu ialah memperkuat hubungan dengan para pemilih pemula dengan cara bertemu langsung dengan mereka.
"Sebab media sosial saja saat ini tidak cukup. Media sosial kini justru banyak dijadikan sebagian oknum sebagai sarana untuk menyebar hoaks. Makanya penting untuk bertemu langsung dengan para pemilih pemula itu. Karena mereka ini adalah kalangan yang masih idealis, maka penting untuk mengintensifkan pertemuan dalam bentuk dialog atau diskusi ilmiah. Positifnya, dengan begitu, para pemilih pemula ini akan memperoleh kesan yang baik dari sang calon," tutup Suwadi Idris.
Suhardi Duka. (Foto/Manaf Harmay)
Calon anggota DPR RI Dapil Sulawesi Barat, Suhardi Duka mengaku punya perhatian lebih bagi para pemilih pemula tersebut. Kepada WACANA.Info, Suhardi menyebut, ada sejumlah rencana yang telah ia siapkan khusus bagi segmentasi anak muda khususnya di Sulawesi Barat.
"Membuat kebijakan pusat untuk memperkuas bea siswa, keterampilan kerja dan lapangan kerja. Termasuk mendorong terwujudnya perkebunan pemuda," terang Suhardi yang politisi partai Demokrat itu.
Di mata Suhardi, pemilih pemula adalah segmen masyarakat yang idealnya diberi ruang yang luas untuk menyalurkan beragam ekspresi hal yang bernilai positif. Itu jauh lebih penting, kata dia, ketimbang memberi batasan yang kelewat ketat yang bukan tidak mungkin berujung pada seusatu yang sifatnya negatif dari para muda dan mudi itu.
"Termasuk mendorong pemenuhan modal kerja bagi ekonomi kretif yang saat ini mulai digeluti oleh para pemua," begitu kata SDK-sapaan akrab Suhardi Duka-.
Irwan Pababari. (Foto/Istimewa)
Terpisah, Ketua DPD Hanura Sulawesi Barat, Irwan Pababari mengaku tak begitu tertarik dengan tinjauan kuantitas dari pemilih pemula di atas. Segmentasi pemilih pemula, kata dia, hendaknya dilihat dari sudut pandang yang berbeda.
"Jadi bukan soal banyak sedikitnya, bukan perkara jumlahnya. Kami justru melihat, suara pemilih pemula itu akan selalu menjadi penentu masa depan daerah, bangsa dan negara. Pemuda di hampir semua momentum selalu tanpil untuk ada di hak-hal yang sifatnya penting," sebut Irwan.
Pria yang juga Wakil Bupati Mamuju itu menjelaskan, atas alasan di atas, pemuda hendaknya benar-benar menjadikan momentum Pemilu 2019 sebagai titik awal dalam upaya memberi sentuhan perbaikan khususnya di Sulawesi Barat ini.
"Kami di Hanura, tidak melihat pemilih pemula itu dari sudut pandang jumlahnya saja. Dengan keberpihakan kami yang begitu nyata bagi peran-peran pemuda di Sulbar ini, kami tentu berharap agar mereka yang muda-muda itu benar-benar selektif dalam memilih wakil-wakil mereka nantinya. Dan kami, partai Hanura siap untuk menjadi garda terdepan dalam memperjuangkan segala kepentingan para pemilih pemula itu," tutup Irwan Pababari yang saat dihubungi sedang dalam lawatannya ke kabupaten Pasangkayu. (Naf/A)