Pilkada 2020, Dimana Tokoh Agama Mengambil Posisi ?

Wacana.info
Ilustrasi. (Foto/Net)

MAMUJU--Sebagai sosok yang terbilang punya pengaruh yang besar di tengah masyarakat, para tokoh agama dipandang punya peranan vital dalam setiap momentum politik, Pemilukada misalnya. Hampir di setiap momen politik, para tokoh agama hampir pasti bakal jadi rebutan oleh para pemain-pemain utama di gelanggang politik itu.

Di sisi lain, sebagai sosok yang punya pengaruh di kehidupan sosial di masyarakat, tokoh agama jelas diharap untuk menjadib garda terdepan untuk mewujudkan jalannya pesat demokrasi yang damai, aman lagi konudusif. Jelas, di titik ini, para tokoh agama tersebut idealnya tak 'menceburkan' diri dalam lautan kepentingan berjudul Pemilukada.

"Peran tokoh agama, tokoh Ormas sangatlah vital. Mereka punya banyak pengikut, banyak pendukung. Dan watak para pengukut para pendukung mereka akan sangat tergantung pada arahan dari tokoh agama atau tokoh Ormas itu. Kalau Pilkada tidak sukses, yang korban itu adalah rakyat. Pun pemerintah juga seperti itu. Karena akan berimplikasi pada anggaran," ucap Asisten I pemerintah provinsi Sulawesi Barat, Muh Natsir dalam sebuah kesempatan belum lama ini.

Asisten I Pemprov Sulbar, Muh Natsir. (Foto/Net)

Masih dari penjelasan Muh Natsir, peran tokoh agama, tokoh masyarakat dan Ormas amat sangat vital. Utamanya di tengah eskalasi politik yang kian memanas jelang pelaksanaan Pilkada tanggal 9 Desember 2020.

"Agar memberi pemahaman dan pembelajaran kepada masyarakat. Agar kita dalam menghadapi Pilkada ini kita tenang saja. Momentum ini bukan hal yang pertama kali kita lakukan. Sudah sering kita lakukan. Tidak usah terpancing dengan provokasi, jangan terlena dengan rayuan apapun," begitu kata Muh Natsir.

Berpolitik Jangan di Rumah Ibadah 

"Sebaiknya memang para tokoh agama ini tidak terlibat secara langsung dalam politik praktis,". Hal itu ditegaskan Kepala Kantor Wilayah Kementerian Agama provinsi Sulawesi Barat, Muflih B Fattah. Kata dia, para tokoh agama itu baiknya mengambil peran sebagai pengayom masyarakat dalam mewujudkan pelaksanaan Pemilukada yang aman, damai serta kondusif.

"Poin itu yang harus digaungkan kepada umat kita, kepada jemaat kita masing-masing. Yang perlu kita kawal adalah bagaimana harmonisasi hubungan antar umat beragama kita di Sulbar ini tetap terjalin dengan baik," sambung Muflih.

Penting bagi Muflih menyampaikan harapan agar hubungan antar umat beragama di Sulawesi Barat ini tetap terjaga dengan baik. Menurutnya, perbedaan pilihan politik tak jarang jadi pelecut perpecahan di tengah masyarakat. Jangan sampai terjadi.

"Jangan sampai kita mudah terprovokasi, tersulit. Apalagi wilayah kita terletak di perbatasan dengan beberapa provinsi yang ada. Lewat peran para tokoh agama dengan mengawal umatnya masing-masing, kita tentu berharap Pilkada ini berlangsung damai," ujar Muflih.

Ka Kanwil Kemenag Sulbar, Muflih B Fattah (Foto/Net)

"Rumah ibadah jangan dipolitisasi lah. Jangan karena ada kepentingan, baru rumah ibadah itu dibantu. Baiknya adalah, rumah ibadah dijadikan tempat untuk menyampaikan pesan-pesan damai terkait pelaksanaan Pilkada. Tidak pantas untuk menjadikan rumah ibadah apapun itu sebagai sarana politi. Jangan jadikan rumah ibadah sebagai tempat pelaksanaan aktivitas politik," pungkas Muflih B Fattah.

Punya Hak Politik, tapi Mesti Ditakar dengan Bijak

Setiap orang punya hak dalam menentukan pilihannya di setiap momentum politik. Pun dengan para tokoh agama yang memiliki hak, sama seperti masyarakat secara umum. Dewan pembina lembaga Esensi Sulawesi Barat, Syarifuddin Mandegar menilai, adalah hal yang wajar jika ditemui tokoh agama yang mengkampanyekan calon tertentu.

"Jika tokoh agama terlibat mengkampanyekan salah satu calon, saya kira itu hak politiknya. Akan tetapi perlu ditakar secara baik bahwa kehadiran tokoh agama dalam kampanye tetap menaruh kepentingan umat di atas kepentingan politik," terang Syarifuddin Mandegar kepada WACANA.Info.

Syarifuddin Mandegar. (Foto/Youtube Esensi Sulbar)

Agama, kata Syarifuddin Mandegar, tak bisa dipisahkan dari politik. Tapi harap dicatat, agama harus menjadi landasan moril dalam setiap nafas politik.

"Politik itu rangkaian peradaban. Maka untuk mencapai suatu peradaban salah satunya adalah berpolitik secara berkeadaban. Di sini dibutuhkan peran tokoh agama untuk memberikan pencerahan kepada publik bagaimana politik berkeadaban," sambung mantan aktivis HMI itu.

"Harapannya jelas, Pilkada ini benar-benar melahirkan pemimpin yang amanah. Untuk mencapai semua itu, peran tokoh agama dalam mengajak masyarakat, bahkan para calon untuk bersama membangun politik yang berkeadaban amat sangat dibutuhkan. Terlepas pada siapa ia berpihak," tutup Syarifuddin Mandegar. (Naf/A)