Pilkada Mamuju; Survei atau Membumikan Visi Misi

Wacana.info
Ilustrasi. (Foto/Net)

MAMUJU--Pemilukada Mamuju baru akan digelar pada 23 September 2020 yang akan datang. Tapi panasnya sudah mulai membara bahkan sejak beberapa waktu terakhir.

Mulai dari saling berburu restu partai politik, hingga perang keunggulan masing-masing figur bakal calon Kepala Daerah terus menghiasi wajah utama sejumlah media di kabupaten Mamuju. Teranyar, klaim kemenangan bakal calon Bupati Mamuju, Habsi Wahid via lembaga survei Jaringan Suara Indonesia (JSI).

Dikutip dari rilis media yang diterima WACANA.Info, Rabu (12/10), JSI merilis tingkat popularitas dan elektabilitas sang petahana belum mampu dilampaui oleh pesaingnya. 

Survei JSI menunjukkan, Habsi Wahid memuncaki popularitas sebanyak 93,6 Persen

Disusul Irwan Satya Putra Pababari 91,8 Persen dan mantan Kepala Dinas Perdagangan Mamuju, Sitti Sutinah Suhardi di 65,9 Persen. 

Kemudian Hartono 22,5 Persen, Muhammad Jamil Barambangi 22,0 Persen, Muhammad Rahmat Sanusi 20,7 Persen, Ado Mas'ud 18,2 Persen, Tri Zulkarnain Ahmad 16,1 Persen, Yulis Sanusi 10,2 Persen dan Abdul Azis 7,7 Persen. 

Tak hanya di segmen popularitas saja, tingkat elektabilitas Habsi Wahid pun diklaim tertinggi dari para pesaingnya. Habsi yang Ketua DPW NasDem Sulawesi Barat itu mengantongi tingkat elektabilitas 49,1 Persen sementara Sutinah ada di 15,2 Persen. Ada selisih sekira 34 Persen, termasuk 17,3 Persen pemilih yang belum menentukan sikap. 

"Yang layak maju di Pilkada 2020 di Mamuju baru tiga nama teratas itu. Tak ada lagi nama-nama lain yang akan bertarung di Mamuju, selain mereka," ujar Wakil Direktur JSI, Popon Lingga dalam rilis survei di Grand Hotel Mulia Jakarta, baru-baru ini. 

Jika dihitung berdasarkan zona, Habsi bahkan mampu meraih partisipan rata-rata 50 Persen di semua zona yang ada. Tertinggi, di zona satu, yakni Kecamatan Mamuju 60 Persen, disussul zona tiga yakni Kecamatan Kalukku, Bonehau dan Kalumpang. Kemudian di zona dua, yakni Kecamatan Kepulauan Balabalakang, Simboro, Tapalang dan Tapalang Barat dengan 53,0 Persen. Terakhir zona empat, yakni Kecamatan Tommo, Sampaga dan Papalang dengan 50,9 Persen.

Habsi Wahid dan Irwan Pababari. (Foto/Istimewa)

Popon mengaku, dukungan Habsi juga datang dari kalangan milenial. Habsi diklaim mampu merebut suara milenial hingga 68,8 Persen. Kinerja Pemkab Mamuju di bawah kendali Habsi juga menjadi dasar penilaian. Hasilnya, sedikitnya 64,7 Persen warga Mamuju puas dengan apa yang sudah dikerjakan Pemkab Mamuju, antara lain sektor keamanan 85,2 Persen, pendidikan 77 Persen, kesehatan 75,9 Persen, pelayanan publik 75,9 Persen dan lain sebagainya.

Klaim survei JSI menyebutkan 53 Persen warga menginginkan Habsi Wahid kembali menjabat sebagai Bupati Mamuju. Hanya 23 persen yang tak menginginkan dan masih ada belum menjawab sebanyak 23,2 Persen.

"Sama halnya Irwan sebagai Wakil Bupati. Ada 68,0 Persen warga sangat puas dan hanya ada 25,9 Persen yang tak puas. Sisanya belum menentukan," sambung Popon.

Untukn posisi calon Wakil Bupati, Popon menguraikan elektabilitas Irwan Satya Putra Pababari ada di urutan teratas dengan 55,7 Persen, disusul Hartono 7,5 Persen, Ado Mas'ud 4,3 Persen, Abdul Azis 3,0 Persen dan Muhammad Ramhat Sanusi 1,4 Persen. 

Masih ada 24,8 Persen warga belum memutuskan pilihannya. Popon beralasan, warga memilih calon Bupati karena kepribadiannya dan dianggap mampu menjawab persoalan di Mamuju, serta kemampuan dari sanga calon menyelesaikan masalah. 

JSI melakukan survei secara independen sejak 27 November hingga 4 Desember 2019. Jumlah responden sebanyak 440 orang, berasal dari 65,9 Persen masyarakat di desa dan 34,1 Persen masyarakat di kota.
Metode survei yang digunakan adalah multistage random sampling. Wawancara tatap muka responden menggunakan kuesioner. Tidak menggunakan medium lain. 

Hasilnya, Habsi unggul untuk posisi Bupati dan Irwan sebagai Wakil Bupati dengan margin of eror kurang lebih 4,8 Persen dengan selang kepercayaan 95 Persen. Semua populasi pemilih di Mamuju memiliki kesempatan yang sama untuk terpilih sebagai responden. 

"Bakal calon masih memiliki waktu kurang dari setahun sebelum hari pemungutan suara untuk berupaya meningkatkan elektabilitas, misalnya dengan menawarkan program-program yang diinginkan warga Mamuju," tutup Popon Lingga.

Tak Ada yang Baru dari Hasil Survai JSI

Data yang dipaparkan lewat survei yang dilakukan JSI di atas bukan hal yang baru. Setidaknya, itu yang disampaikan direktur Logos Politika, Maenunis Amin. 

Dihubungi via WhatsApp, Maenunis menjelaskan, survei per Januari-Februari 2019 yang lalu tak ada beda dengan rilis survei JSI di atas. Baik Habsi ataupun Irwan sudah di puncak popularitas sejak beberapa bulan yang lalu.

"Tidak ada yang baru dari rilis terbaru JSI terkait Habsi-Irwan. Tapi elektabilitas atau tingkat keterpilihannya masih dibawah 50 Persen. 

Mainunis Amin. (Foto/Istimewa)

Jadi kalau diukur dari hasi survei Februari 2019 dan Desember 2019, baik Habsi ataupun Irwan tidak memiliki peningkatan elektabilitas padahal popularitasnya sudah full di 93 Persen," ujar Maenunis.

Ia pun menemukan celah dari hasil survei JSI tersebut. Kata Maenunis, adalah hal yang aneh jika tingkat kepuasan masyarakat diklaimk ada di angka 64 Persen, tapi yang memilih hanya 49 Persen.

"Artinya 51 Persen masyarakat Mamuju akan memilih calon lain selain Habsi-Irwan," sebut dia.

Masih Maenunis, petahana dengan tingkat keterpilihan berdasarkan survei JSI yang ada di angka 49 Persen, dengan margin of error 4 Persen, sungguh belum terklategori aman. 
"Jika pemilihan hari ini berlangsung, dengan plus minus margin of eror 4 Persen, maka posisi akhir Habsi-Irwan itu adalah 45 atau 53 Persen. Dengan angka itu, petahana masih jauh dari level aman," tegas Maenunis.

Membumikan Visi Misi, Itu Jauh Lebih Penting

Ketimbang larut dalam angka-angka hasil survei, para bakal calon Pemilukada Mamuju lebih baik fokus pada upaya untuk menjelaskan visi dan misinya ke masyarakat; sang pemilik demokrasi itu sendiri. Direktur Lembaga Inspirasi dan Advokasi Rakyat (Liar) Sulawesi Barat, Harun Mangkulangit menilai, membumikan visi dan misib kepada masyarakat adalah hal yang urgen untuk terus dilakukan oleh para kandidat.

Harun Mangkulangit. (Foto/Facebook)

"Kalau soal klaim kemenganan itu wajar-wajar saja dalam setiap pertarungan. Namun menjadi riskan kemudian ketika visi misi ini tidak terjelaskan dengan baik," beber Harun.

Ada banyak kasus di Indonesia dimana klaim survei faktanya tak linear dengan hasil pelaksanaan sebuah momentum politik. Di sisa waktu menuju 23 September 2020, menjelasakan secara utuh tentang visi dan misis kepada masyarakat bisa jadi hal yang paling menentukan dari sebuah suksesi para kandidat.

"Karena visi misi merupakan mimpi yang akan diwujudkan pada saat terpilih nantinya. Siapapun dia," pungkas Harun Mangkulangit. (Naf/A)