Menyelami Semangat Sumpah Pemuda untuk Pilkada yang Bermartabat

Wacana.info
Ahmad Amran Nur. (Foto/Istimewa)

Oleh: Ahmad Amran Nur (Komisioner KPU Mamuju)

Bicara tentang pemuda Indonesia, tak bisa dipisahkan dengan vitalnya peranan pemuda dalam sejarah lahir dan berkembangnya Bangsa ini. Sebut saja momentum kebangkitan Nasional yang ditandai dengan lahirnya organisasi pergerakan Nasional Budi utomo (BU) yang didirikan para mahasiswa kedokteran (STOVIA) di Jakarta, 20 Mei 1908 silam.  

Pun dengan ikrar 'sumpah pemuda' yang dideklarasikan para pemuda Hindia Belanda (sebutan untuk Tanah Air kala itu) lewat kongres pemuda Indonesia yang kedua tanggal 27-28 Oktober 1928 di Jakarta. 
Tidak itu saja, di detik-detik Proklamasi Kemerdekaan kita, 17 Agustus 1945, para generasi muda Bangsa mengambil peran vital ditandai dengan peristiwa Rengasdengklok. Sukarno-Hatta diculik (tepatnya diasingkan ke Rengasdengklok) dalam agena 'memaksa' dwitunggal Presiden dan Wakil Presiden pertama Indpnesia itu untuk memproklamirkan kemerdekaan Indonesia.

Bicara kontestasi Pemilihan Umum, Pilkada bisa dikatakan memiliki potensi konflik yang cukup tinggi. Bahkan, lebih rawan dari pada Pemilu tingkat nasional. 

Alasannya sederhana, cakupan wilayahnya yang relatif lebih kecil.

Dengan cakupan wilayah yang lebih kecil itu, tingkat emosional antara masyarakat dan calon yang bertarung dalam Pilkada tentu semakin besar. Dampaknya, jika calon yang dijagokan akhirnya kalah, karena sifat kekeluargaan yang kental, pendukungnya lebih mudah terpicu untuk berkonflik. 

Semakin kecil cakupan wilayah pemilihannya, maka kemungkinan untuk konfliknya juga semakin besar. 

Namun, Pilkada yang aman dan damai bukan menjadi mimpi yang mustahil untuk diwujudkan. Penyelenggaraan Pilkada di beberapa daerah bisa menjadi contoh nyata betapa pesta kontestasi politik lima tahunan itu bisa berjalan dengan aman dan damai. Tanpa harus menimbulkan konflik; merusak tali silaturrahmi.

Salah satu kunci untuk mewujudkan perdamaian itu bisa dilakukan dengan meneguhkan kesadaran bahwa semua kita merupakan bagian dari satu Indonesia yang sama, yang utuh. Bahwa apa pun yang kita lakukan akan memberikan dampak terhadap Negara yang dibela oleh para pejuang kemerdekaan selama beratus-ratus tahun lamanya. 

Untuk itu, penting bagi kita dalam menghadapi perbedaan pilihan politik yang ada itu untuk mengingat kembali semangat Sumpah Pemuda. Yakni semangat para pemuda yang ketika itu mengesampingkan segala perbedaan yang ada dan bersama menuju sebuah Negara Indonesia yang merdeka.

Kita harus mengingat kembali bahwa semangat perjuangan kemerdekaan di tanah Nusantara masih dilakukan dengan semangat kedaerahan. Tetapi, semangat itu berubah. 

Pada Kongres Pemuda kedua yang diselenggarakan pada 27-28 Oktober 1928 di Batavia (Jakarta), para pemuda meneguhkan cita-cita akan satu Tanah Air, satu Bangsa, dan satu bahasa.

Boleh jadi, sejak saat itu Indonesia telah resmi lahir. Meski baru sebatas ide dan cita-cita. Sekilas, ide dan kesadaran diri secara kolektif itu memang terlihat sebagai hal yang sepele. Tetapi, untuk menjadi sebuah Negara yang bersatu dan utuh, semangat tersebut harus terus digelorakan.

Semua dari kita harus menyadari bahwa kondisi Indonesia dengan masyarakatnya yang beragam itu tak pernah berubah sejak awal perjuangan dulu, saat pelaksanaan Kongres Pemuda dulu, ketika proklamasi Kemerdekaan dulu, hingga saat ini. 

Adapun yang berubah hanya bagaimana kita memandang perbedaan tersebut. Apakah sebagai modal untuk menjadi Negara yang besar atau bahan yang harus terus dipertentangkan.

Mari bersama-sama kita menjaminkan diri kita masing-masing untuk gelaran Pilkada tahun 2020 dapat berjalan dengan aman dan damai. Apa pun hasilnya, kita akan tetap menjadi manusia yang bertanah air satu, berbangsa satu, dan berbahasa satu; Indonesia. 

Dengan niat dan tujuan yang sama mari bersama membangun Mamuju. Pilkada bukanlah tujuan, ia sebatas sebuah proses kontestasi
di antara sesama anak daerah untuk berpartisipasi mengisi kemerdekaaan Ibu Pertiwi. Sukseskan Pilkada 2020 yang damai, bersih, dan bermartabat.

Selamat hari Sumpah Pemuda

(*)