Perempuan dan Upaya Menangkal Paham Radikal di Sulbar

Wacana.info
(Foto/Istimewa)

MAMUJU--Dalam setiap aksi terorisme, keterlibatan perempuan dan anak seolah jadi tren baru. Dulu, perempuan hanya menjadi faktor simpatisan dan pendukung, tetapi saat ini mereka turut mengambil andil sebagai pelaku teror. 
 
Ketua Forum Koordinasi Pencegahan Terorisme (FKPT) Sulawesi Barat, Muhammad Rahmat Sanusi menjelaskan, pola pemanfaatan perempuan dalam setiap aksi terorisme merupakan bukti nyata mengeksploitasi perempuan sebagai martir baru. Semakin kurangnya kader dan anggota memaksa mereka untuk mendorong perempuan agar tampil sebagai pelaku aksi. 

"Di Syiria banyak pria yang tewas karena peperangan, yang tersisa adalah para perempuan dan anak. Sehingga para perempuan dan anak pun turut dikerahkan untuk menjadi teroris. Ternyata kecenderungan ini pun turut menyebar ke seluruh dunia," beber Rahmat Sanusi saat menghadiri kegiatan yang dilaksanakan FKPT Sulawesi Barat di d'Maleo hotel Mamuju, Kamis (26/09).
 
Rahmat pun meminta agar kaum perempuan dapat menjadi agen perdamaian yang secara aktif memberikan pencerahan dan pendidikan baik dalam lingkungan keluarga maupun masyarakat secara luas. 

Kata dia, keterlibatan perempuan mempunyai peran strategis karena menjadi tumpuan pendidikan anak di keluarga maupun melalui komunitas perkumpulan perempuan. 
 
"Patut dipahami bahwa seseorang menjadi teroris bukan proses yang instan, tetapi melalui tahapan dari mengadopasi narasi-narasi intoleran, radikalisme dan terakhir menuju terorisme," begitu kata Rahmat Sanusi, pria yang juga Kepala Badan Kesatuan Bangsa dan Politik provinsi Sulawesi Barat itu.
 
Perempuan harus menjadi bagian penting dalam menangkal narasi-narasi tersebut. Bukan justru menjadi korban narasi kekerasan dan teror. Menurut Rahmat, tantangannya memang berat, apalagi sebaran narasi radikalisme tak hanya terjadi secara offline, tetapi yang lebih mengkhawatirkan narasi radikalisme yang bertebaran di dunia maya. (*/Naf)