Beringin Digoyang Reshuffle, Muslim Fattah dan Marini Ariakati Kini jadi Kader Biasa

Wacana.info
Muslim Fattah dan Marini Ariakati serta Beberapa Pengurus Golkar Sulbar Lainnya. (Foto/Facebook)

MAMUJU--DPD Partai Golkar Sulawesi Barat baru saja memberhentikan sejumlah nama senior dari posisinya di struktur kepengurusan partai berlambang beringin itu. Mereka yang dicopot diantaranya; Musim Fattah, Marini Ariakati, Hamid Bcku, Yamin Saleh, Tahir Kuraesing serta beberapa nama lainnya.

Pemberhentian sederet nama tersebut dari kepengurusan Golkar Sulawesi Barat merupakan satu dari sejumlah poin penting yang diputuskan dalam rapat pengurus harian DPD Golkar Sulawesi Barat yang digelar di salah satu hotel di kota Makassar, Sulawesi Selatan belum lama ini.

Muslim Fattah dan Marini Ariakati merupakan dua nama senior yang diberhentikan. Kini keduanya tak lagi duduk di posisi apapun di struktur kepengurusan Golkar Sulbar, alias jadi kader biasa. Alasan pemberhentian deretan nama di atas adalah karena kesemuanya dianggap tak lagi serius bekerja di garis perjuangan partai Golkar. 

Muslim Fattah merupakan kader senior kepunyaan beringin. Sejak tahun 1984, ia telah menjadi anggota Golkar. Sejumlah posisi strategis telah ia cicipi selama 'berseragam kuning', wakil ketua bidang OKK DPD Golkar Sulawesi Barat, hingga Plt ketua DPD Golkar Polman pernah ia jalani.

"Saya ini sudah menjadi anggota Golkar sejak tahun 1984. Karena kebetulan kami ini anak asrama yang tentu orang tua kami yah secara otomatis kami menjadi bagian dari pada itu. Kemudian mengikuti proses pelatihan dasar hingga hari ini. Tahun 1998 berubah namanya partai Golkar, sampai sekarang. Tahun 2004 awal berdirinya kepengurusan Golkar Sulbar, di situ saya sudah masuk sebagai pengurus harian di kepengurusan awal partai Golkar Sulbar," beber Muslim Fattah kepada WACANA.Info, Rabu (10/07).

"Saya kira tafsir dan persepsi yang ditudingkan harus dibuktikan secara kongkret di lapangan. Kalau disampaikan terkait dengan tudingan itu, secara logika tentu harus kita berpikir bahwa saya ada di dalam proses ini sejak tahun 2004. Sejak itu saya selalu menduduki posisi yang strategis. Artinya ini menunukkan bahwa posisi saya sangat menentukan Kinerja partai yang ada. Tentu perlu dipertanyakan keputusan ini," sambung dia.

Sambil mempertanyakan keputusan pemberhentiannya di struktur Golkar Sulawesi Barat, Muslim pun mengenang masa-masa sulit ketika ia membangun Golkar Polman yang dikatakannya cukup berat.

"Ketika saya tiba-tiba ditunjuk menjadi Plt ketua DPD Golkar Polman karena adanya pengunduran diri dari ketua Golkar sebelumnya itu saya mengalami masa-masa yang sulit. Karena hampir semua, 98 Persen seluruh pengurus tidak ada. Dari 167 desa kelurahan semua kosong, 16 kecamatan sisa empat kecamatan yang ketuanya saja yang sisa. Di kabupaten yang betul-betul menyatakan masih aktif cuma ada enam orang.  Saya kemudian mengambil langkah cepat untuk menyusun kembali dan melengkapi komposisi itu bersama kawan-kawan yang maasih tersisa," kenang Muslim.

Selanjutnya, Muslim pun mengklaim keberhasilannya memimpin partai Golkar di Polman. Setidaknya 'beringin' lolos verifikasi faktual partai politik sebelum pelaksanaan Pemilu 2019 lalu setelah sebelumnya mampu berbicara banyak di Pilgub 2017 di tengah posisi Golkar di Polman yang tak lagi ada di lingkar kekuasaan.

"Proses pengabdian untuk membesarkan partai ini bukan lah sesuatu yang mudah. Kalau mau dipertnyakan, yah aneh juga. Tentu ini perlu pembuktian, apakah benar hal-hal yang seperti itu. Kalau pun ada langkah, pikiran dan ucapan yang ditafsirkan oleh orang terkait hal ini, bisa saja itu mengandung hal yang berbeda dengan apa yang saya lakukan atau saya ucapkan. Atau tidak singkron dengan makna dan substansi yang sebenarnya," papar Muslim Fattah.

Atas pemberhentiannya itu, Muslim mengaku telah memberikan klarifikasi ke DPD partai Golkar Sulawesi Barat melalui Hamzah Hapati Hasan, pria yang juga sekretaris DPD Golkar Sulbar. Bahkan, Muslim pun telah berbicara langsung dengan Plt ketua DPW Golkar Sulawesi Barat, Ibnu Munzir untuk memberikan klatrifikasinya.

"Mudah-mudahan ini bisa berroses secara baik. Kemudian Golkar bisa tetap bisa eksis. Saya kembaikan kepada institusi partai, dan saya kembalikan kepada Allah SWT. Mudah-mudahan ini semua ada hikmahnya hingga saya bisa jadi lebih baik," tutup Muslim Fattah, pria yang tak lama lagi akan menyandang status sebagai anggota DPRD Sulawesi Barat itu.

Terpisah, Marini Ariakati pun demikian. Atas keputusan pemberhentiannya di kepengurusan Golkar Sulawesi Barat tersebut, Marini mengaku tetap akan memberikan klarifikasinya. Kata dia, segala tudingan tentang rendahnya komitmen membersarkan Golkar di daerah yang dialamatkan kepadanya benar-benar tidak berdasar.

"Saya merasa tidak pernah melakukan hal-hal yang menciderai partai dan aturannya. Saya berusaha maksimal mencari suara yang juga menjadi suara partai," sebut Marini, politisi cantik yang juga anggota DPRD Sulawersi Barat itu.

Ia menegaskan, segala tudingan yang dilabelkan kepadanya mestinya dibuktikan secara nyata. Adalah hal yang tidak fair jika ia diberhentikan dengan alasan yang benar-benar tidak jelas.

"Ini yang akan saya klarifikasi. Semakin ada bukti semakin saya senang supa jelas apa dasarnya. Dalam aturan agama pun kita seharusnya mengklarifikasi hal yang tidak sesuai. Jadi secara internal akan saya lakukan dulu. Yang jelas saya akan mengklarifikasi terhadap hal-hal yang tidak benar," begitu jelas Marini Ariakati. (Naf/A)