Polemik Lahan di Beroangin, Jalaluddin: Sampai Tetes Darah Penghabisan Kami Bertahan

Wacana.info
Koordinator masyarakat Mammesa, Jalaluddin. (Foto/Istimewa)

POLMAN--Masyarakat desa Beroangin, kecamatan Mapilli, Polman tetap akan menolak pembangunan instalasi peternakan sapi yang akan dibangun oleh pemerintah provinsi Sulawesi Barat di atas lahan mereka.

Dalih pemerintah yang mengklaim lokasi yang akan dibangun itu adalah kawasan Hutan Produksi Terbatas HPT), faktanya tetap ditolak warga setempat. Mereka beralasan, sebagian besar wilayah di sana sudah sejak lama dikelola oleh masyarakat.

Koordinator masyarakat Mammesa, Jalaluddin mengaku heran dengan klaim yang dilakukan oleh pemerintah. Menurutnya, mengapa baru kali ini wilayah yang selama ini dikelola rakyat itu masuk kategori HPT.

"Kalau sejak lama sudah dinyatakan bahwa itu kawasan hutan, surat kami itu ditandatangani. Di situ tidak ada kata bahwa dialihfungsikan. Akta jual beli semua ada dan ditandatangani oleh pemerintah," tutur Jalaluddin, Kamis (29/11).

"Kenapa tidak dari dulu-dulu kami diberi tahu kalau itu merupakan kawasan hutan. Kenapa nanti ada proyek itu baru disebut itu kawasan hutan. Dulu-dulu tahun 90-an tidak ada," sambung dia.

Jalaluddin menambahkan, kehidupan masyarakat sejauh ini sudah tercukupi dengan mengelola lahan tersebut. Dia menegaskan, jika proyek peternakan tetap akan dilaksanakan, tiada kata lain, masyarakat akan tetap bertahan.

"Mau diapakan keluarga kami, anak-anak kami mau sekolah. Mereka butuh pakaian, makanan. Kita ini sudah merasa sejahtera begini, tapi kayanya kita ini mau dimatikan pemerintah," sesalnya.

"Kami tidak akan setuju. Sampai tetes darah penghabisan kami akan bertahan. Mobil ambil tanah saja kami akan larang, apalagi sejengkal," ujarnya.

Terpisah, Gubernur Sulawesi Barat, Ali Baal Masdar menyebut, selangkah lagi proyek tersebut akan segera direalisasikan. Tinggal menyisakan sejumlah masalah teknis saja.

"Yah tinggal ada kendala-kendala kemarin," beber Ali saat ditemui di kantornya.

Ali Baal sendiri telah membuat tim terpadu untuk memuluskan proyek tersebut. Termasuk melibatkan aparat keamanan.

"Nanti sapi itu dibagikan ke kelompok masyarakat. Diajari bagaimana caranya memelihara, karena selama ini hanya dibagi-bagi, habis akhirnya tidak ada. Kita mau taruh dulu, kasi tahu bagiamana caranya urus, baru dibagikan," simpul Ali Baal Masdar. (Keto/B)