Pemilu, Pemilih dan Gerakan Pramuka

Wacana.info
Adi Arwan Alimin. (Foto/Manaf Harmay)

Oleh: Adi Arwan Alimin

(Komisioner KPU Provinsi Sulbar, Divisi Parmas)

SAYA kemarin menghadiri Election Camp di Wai Puteh, Kecamatan Topoyo. Program yang digagas Komisi Pemilihan Umum (KPU) Mamuju Tengah (Mateng) ini merupakan rangkaian dari tahapan sosialisasi pendidikan pemilih Pemilu 2019.

Peserta hampir 100 orang. Sebagian besar dari pangkalan gugus depan Kwartir Cabang Mateng, segmen perempuan, dan disabilitas. Saya hadir malam hari sesuai jadwal pembukaan acara. Start dari Kota Mamuju jelang maghrib lalu tiba di lapangan sepak bola Wai Puteh pukul 20.19. Perjalanan yang cukup rutin ini melewati perkebunan sawit ribuan hektar.

Tiba di area Election Camp, acara langsung dimulai. Dua penari Bali tampak langsung bergegas mengantar pertemuan sebelum Ketua KPU Mateng, Suryadi Rahmat menyampaikan sambutan. Menurutnya, perkemahan yang melibatkan peserta didik dari Gerakan Pramuka merupakan sebuah pilihan agar secara dini generasi muda mulai mengenal sistem demokrasi dan kepemiluan.

Jam 10.00-12.00, Sabtu, 1 September. Saya menyampaikan materi tentang Pendidikan Pemilih Pemula.  Belasan peserta silih-berganti bertanya mengenai sejumlah hal tentang kepemiluan. Ice breaking, dan tugas kelompok yang penulis berikan untuk mencairkan suasana, diserap dengan sangat baik. Semoga mereka dapat menjadi agen demokrasi di lingkungannya.

***

Election Camp, hanya sebuah nama lain dari sekian banyak agenda yang telah dikelola atau dilaksanakan dilingkup KPU. Yang menarik sesungguhnya bahwa program Partisipasi Masyarakat (Parmas) atau Sosialisasi ini telah menyentuh wadah pendidikan praja muda karana atau Gerakan Pramuka. 

Menurut penulis, pilihan untuk menjadikan wadah pendidikan kader Pramuka sebagai elemen penting untuk tujuan parmas, ini pendekatan yang sangat ideal. Jika di Australia program pendidikan pemilih telah menyentuh anak-anak sekolah dasar, maka kelak KPU akan mampu melampaui itu. Di Gerakan Pramuka dikenal kelompok Siaga yang berusia lima-tujuh tahunan, pada kelas umum golongan ini sepantaran dengan anak-anak PAUD. 

Election Camp atau dengan nama lain, juga akan menjadi persemaian menarik bagi generasi muda. Materi atau hal-hal baru dari KPU dalam wadah yang lebih besar, sebutlah setingkat Satuan Karya Pramuka- karena itu memang dimungkinkan- akan menambah deret panjang pilihan bagi anak-anak muda Indonesia dalam mengeksplorasi kreatifitas dan tantangannya. 

Bila lembaga negara seperti Komisi Pemilihan Umum kelak menampung aspirasi mengenai Satuan Karya ini, tentu akan dibutuhkan diskusi mendalam untuk mematangkan petunjuk penyelenggaraannya. Sebab akan diperlukan kelahiran Krida-Krida baru atau bahkan badge atau lambang Saka yang akan dikenakan anggota satuan karyanya.

Urusan Partisipasi Masyarakat dalam Pemilu dari tahun ke tahun, khususnya di masa depan, akan terus berkelindan dengan masyarakat urban dan milinealnya. Jumlah itu rupanya sangat besar di jajaran Gerakan Pramuka, karena dapat dimulai dari golongan Siaga, Penggalang, Penegak dan Pandega. Kelompok umur inilah pemilik hak pilih di masa datang. 

Inilah bagian dari tunas harapan yang juga ramai dibahas dalam diskusi terbatas dengan rekan-rekan parmas se-Indonesia. Paling tidak beberapa hal penting ini dapat dicapai bila nanti KPU telah memiliki Satuan Karya Pramuka, antara lain: sejak dini generasi muda akan memahami urgensi kepemiluan dan isu-isu demokrasi, proses kaderisasi penyelenggara Pemilu yang dapat matang, juga mengenai pengembangan pendidikan karakter bagi milineal Indonesia. 

Mamuju, Awal September 2018