Kepada Para Caleg, Kenalkan, Mereka Massa Putus Asa

Wacana.info
Ilustrasi. (Foto/Manaf Harmay)

MAMUJU--KPU telah resmi menetapkan Daftar Caleg Sementara (DCS) untuk Pileg 2019 mendatang. Hampir pasti, nama-nama yang telah ditetapkan plus telah dipublish masuk ke dalam DCS itu, adalah mereka yang akan 'saling sikat' dalam memperebutkan suara pemilih di pesata demokrasi lima tahunan mendatang.

Di sisi lain, para calon itu juga mesti sadar bahwa gelanggang yang akan mereka masuki di Pileg nanti merupakan ruang yang dipadati oleh beragam watak dari para pemilih. Salah satu di antaranya adalah massa putus asa.

Dewan pembina Esensi Sulawesi Barat, Syarifuddin Mandegar menyebut, istilah massa putus asa itu merupakan label yang dilekatkan pada segmen pemilih yang sudah tak punya kepercayaan lagi kepada para calon anggota legislatif.

"Jumlahnya memang tidak seberapa. Tapi massa putus asa ini kalau mereka memprovokasi, itu bisa terus bertambah," kata Syarifuddin saat ditemui di salah satu Warkop di Mamuju, Senin (14/08).

Lebih lanjut, ia menjelaskan, massa putus asa itu lahir dari kekecewaan yang timbul di benak mereka terhadap beberapa pilihan politik yang telah mereka ambil di sejumlah momentum politik sebelum-sebelumnya. Pria yang akrab disapa Udin Mandegar itu mengurai, akumulasi kekecewaan terhadap pilihan politik itulah yang kemudian meciptakan segmen massa putus asa tersebut.

"Mereka telah banyak dikecewakan oleh para calon yang mereka pilih sebelum-sebelumnya. Akumulasi kekecewaan itulah yang kemudian membuat massa putus asa ini benar-benar apatis terhadap apa atau siapapun yang akan ikut bertarung di Pemilu 2019 nanti," urai mantan aktivis HmI itu.

Kekecewaan yang dimaksud itu, kata Udin, misalnya kecewa terhadap janji para calon yang faktanya tak kunjung direalisasikan. Peserta Pemilu hendaknya memiliki kemampuan dan kualitas yang cukup baik dalam upayanya meyakinkan pilihan massa putus asa di atas.

"Kuncinya menurut saya ialah bagaimana para calon ini mampu meyakinkan pemilih. Dan itu berat. Makanya, jika metodenya menebar janji, jangan harap untuk mampu merebut simpati massa putus asa itu," tutup Syarifuddin Mandegar. (Naf/B)