Paradigma

Suprarasional Ramadhan

Wacana.info
Iustrasi. (Foto/Net)

Oleh: Ridwan Hasan Saputra

Manusia mempunyai tiga antena dalam kehidupannya, yaitu pancaindra, akal, dan hati. Cara berpikir suprarasional adalah cara berpikir di atas rasional.Dalam cara berpikir ini, antena yang digunakan untuk berpikir bukan lagi akal, melainkan hati. Cara berpikir ini mempertimbangkan hal-hal yang tidak bisa dideteksi oleh pancaindra (gaib) untuk mengambil keputusan, seperti Allah SWT, surga, neraka, pahala, dosa, dsb. (Ridwan, 2018).

Manusia terdiri atas jiwa dan raga.Jiwa punya kebutuhan dan raga pun punya kebutuhan. Kebutuhan primer raga adalah sandang, pangan, dan papan. Sedangkan, kebutuhan primer jiwa adalah mengingat Allah dan beribadah kepada Allah. Orang yang kebutuhan jiwa dan kebutuhan raganya terpenuhi tidak akan korupsi karena hidupnya bahagia.

Setelah kita memahami bahwa manusia memiliki kebutuhan raga dan kebutuhan jiwa, maka kita akan mengenal tentang tabungan raga dan tabungan jiwa. Tabungan raga adalah tabungan yang berbentuk fisik, seperti tabungan uang kita di bank, emas, atau tanah. Tabungan raga ini nilainya akan diketahui oleh akal.

Sedangkan, tabungan jiwa adalah tabungan yang berbentuk energi positif atau pahala yang merupakan hasil dari perbuatan baik yang kita lakukan. Tabungan jiwa ini nilainya diketahui oleh hati melalui cara berpikir suprarasional.

Perbuatan baik bisa menjadi tabungan jiwa, jika diniatkan untuk mendapatkan ridha dari Allah SWT. Tabungan jiwa bermanfaat untuk memenuhi kebutuhan manusia yang sifatnya nonfisik, seperti mempunyai anak saleh, keluarga harmonis, terhindar dari musibah, dsb.

Sebagaimana tabungan raga yang bisa bertambah dan bisa berkurang, tabungan jiwa juga demikian.Tabungan raga bisa bertambah ketika kita rajin menabung dan tabungan raga bisa berkurang kalau kita boros atau membelanjakan bukan pada semestinya.

Tabungan jiwa bertambah jika kita berbuat baik, seperti mengamalkan shalat, puasa, mengaji, sedekah, menolong orang, dsb. Di sisi lain, tabungan jiwa berkurang jika kita berbuat dosa, seperti mencuri, berjudi, mabuk-mabukan, dsb.

Bulan Ramadhan adalah bulan penuh rahmat, berbagai aktivitas ibadah pahalanya dilipatgandakan.Pada bulan yang agung ini, manusia harus menambah tabungan jiwa secara besar-besaran agar kehidupan setelah bulan Ramadhan jauh lebih baik. Tabungan jiwa ini tidak hanya berguna di dunia, tetapi juga di akhirat.

Sebab, tabungan jiwa yang banyak akan membuat kita termasuk orang- orang yang jiwanya tenang dan akan masuk surga. Allah SWT berfirman dalam surah al-Fajr ayat 27-30: "Hai jiwa yang tenang.Kembalilah kepada Tuhanmu dengan hati yang puas lagi diridhai-Nya. Maka, masuklah ke dalam jamaah hamba-hamba-Ku, dan masuklah ke dalam surga-Ku." Mari manfaatkan bulan Ramadhan ini sebagai momentum untuk menambah tabungan jiwa. (*/Naf)

Sumber: REPUBLIKA.CO.ID