Laporan Dari Yogyakarta

Asrama Mahasiswa Mamuju di Yogyakarta, 1 Kamar untuk 3 sampai 4 Orang

Wacana.info
Sekretariat IPMAJU di Yogyakarta. (Foto/Manaf Harmay)

YOGYAKARTA--Jam tangan digital sudah menunjukkan pukul 20.18. Suasana di bangunan rumah berlantai 2 itu dalam keadaan sunyi. Mayoritas penghuninya pulang kampung mengisi masa liburan kuliah.

Di rumah yang kini dijadikan asrama Ikatan Pelajar Mahasiswa Mamuju (IPMAJU) Yogyakarta malam itu hanya ada tak lebih dari 5 orang mahasiswa saja. 

Hanya ada kepala asrama, Muh Triwarjiman dan Sekretaris IPMAJU, Muh Fauzi Ramdani yang menemani saya bercerita (jika enggan menyebutnya curhat) di ruang tamu asrama malam itu.

Di rumah yang terletak di Jalan Glagahsari, gang Sawo Nomor 334A tersebut terdapat beberapa ruangan. Jumlah kamarnya ada 4. Ada juga ruangan khusus untuk tempat memarkir kendaraan. Lantai 2 lebih banyak difungsikan sebagai tempat menjemur. Dapur yang tak begitu luas, serta terdapat 1 kamar mandi utama.

Ruang Tamu Sekretariar IPMAJU Yogyakarta. (Foto/Manaf Harmay)

Hanya ada 1 ruangan yang terbilang agak luas, ruang tengah. Di sana, para penghuni asrama lebih banyak menghabiskan waktu untuk menonton TV.

Di ruang tamu didominasi beberapa bahan bacaan yang tersusun rapih. Ada juga kursi dan meja sederhana. Di dinding ruang tamu ditempel foto Bupati dan Wakil Bupati Mamuju, Habsi Wahid dan Irwan Pababari. Serta foto pengurus IPMAJU periode 2016-2018.

"Kami di sini ada 15 orang Kak. Sebagian pulang kampung karena kebetulan lagi libur kuliah," kata Fauzi Ramdani, mahasiswa Mamuju yang kini sedang berusaha keras menyelesaikan studinya di Institut Tekhnologi Yogyakarta itu.

Sambil terus memainkan game 'mobile legend'-nya, Fauzi juga menceritakan suka duka selama ia dan beberapa mahasiswa asal Mamuju tinggal di asrama.

Ruang Tengah Sekretariat IPNAJU Yogyakarta. (Foto/Manaf Harmay)

"Dulunya, kami semua wajib mengumpulkan uang Rp. 50 Ribu tiap bulan. Sekarang naik mi Kak. Sudah Rp. 100 Ribu kita kumpul perbulan, itu sudah termausk iuran listrik," tutur mahasiswa yang tinggal di kompleks Pemda Mamuju itu.

Menyempatkan diri berkunjung ke asrama IPMAJU Yogyakarta memang jadi agenda saya saat berkunjung ke 'kota pendidikan' itu. Selain menikmati secara langsung pertunjukan musik dari band Faviorit saya Sheila on 7, serta mendatangi sejumlah situs sejarah di Yogyakarta.

Sambil sesekali menghisap rokok mild yang tersisa beberapa batang lagi, cerita pun berlanjut. 

Para penghuni asrama Mamuju di Yogyakarta itu tak mampu menyembunyikan kecemburuannya pada kondisi asrama sejumlah daerah lain di Sulawesi Barat yang ada di 'kota gudeg' itu. Kata mereka, kondisi asrama daerah lain berkali-kali lipat layaknya dengan kondisi di asrama IPMAJU Yogyakarta.

Tempat Parkir Kendaraan di Asrama IPMAJU Yogyarakta. (Foto/Manaf Harmay)

"Kalau kami di sini Kak ada 4 kamar. Jadi biasa itu, 1 kamar di isi 3 sampai 4 orang mahaisiswa. Kalau asrama kabupaten lain yang ada di sini itu, 3 kali lipatnya. Asrama mereka itu sangat layak dan cukup representatif lah," ungkap Triwarjiman.

Rumah yang letaknya di gang sempit itu resmi dijadikan asrama oleh mahasiswa Mamuju di Yogyakarta sejak 2009 silam. Selain sibuk dengan aktivitas perkuliahan, para mahasiswa Mamuju di Yogyakarta itu pun cukup sering disibukkan dengan peran sebagai 'tour guide' bagi para tamu, pejabat atau masyarakat asal Mamuju yang sedang berkunjung ke 'tanah keraton' itu.

"Pak Bupati, Pak Wakil Bupati, Anggota DPRD, atau para kepala dinas yang datang ke Yogyakarta biasa saya temani. Mereka sering saya temani jalan selama di sini," sumbang Giri Pranata, mahasiswa asal Mamuju, penghuni asrama IPMAJU Yogyakarta.

Mendengar cerita mahasiswa Mamuju di Yogyakarta malam itu pun harus diakhiri. Waktu pun menunjukkan sudah lewat tengah malam, dan saya mesti pulang ke hotel tempat saya menginap.

Jaraknya lumayan jauh. Antara asrama ke hotel, saya mesti membayar Rp. 50 Ribu untuk biaya jasa taksi online. Lagi pula, dari cerita para mahasiswa di rantau di atas sudah cukup bagi saya menyimpulkan bahwa pemerintah sebaiknya memberi perhatian yang lebih serius pada kondisi asrama tempat para generasi penerus daerah itu menimbah ilmu. (Naf/A)