Menepi dari Dunia Politik, SDK Fokus ke Bisnis dan Dunia Pendidikan

Wacana.info
Suhardi Duka. (Foto/Lukman Rahim)

MAMUJU--Pasca momentum Pemilukada Sulawesi Barat beberapa waktu lalu, Suhardi Duka sepertinya memilih menepi dari hingar bingar dunia politik di Sulawesi Barat.

Rehat sejenak dari panggung yang membesarkan namanya itu tak membuat pria yang akrab disapa SDK itu benar-benar menghilang dari panggung lain. Kini, Ketua DPD Demokrat Sulawesi Barat tersebut disibukkan dengan dunia entrepreneur dan sosial pendidikan, kesehatan, serta bisnis.

Dalam berbagai kesempatan, ia hadir dalam kegiatan sosial seperti pembangunan dan peresmian gedung sekolah. Bahkan tulisan terakhir bertajuk 'pengusaha penggilingan beras' pada tanggal18 Februari 2018 silam kian mempertegas jika ia benar-benar rehat dari gelanggang politik praktis.

Soal pendidikan, SDK sebagai Direktur Yayasan Pendidikan Mitra Manakarra sudah melakukan berbagai kerjasama, seperti bersama dengan Yayasan Karampuang dan PTTEP; perusahaan Thailand yang bergerak di bidang eksplorasi dan minyak dan gas bumi yang membangun gedung sekolah Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) SIOLA.

Rabu, (21/02), kembali Yayasan Pendidikan Mitra Manakarra bekerja sama dengan Yayasan Ibnu Abbas membangun gedung SD, SMP dan SMA Bua Hati Islamic School Jakarta Cabang Mamuju di tanah seluas 1.7 hektar; tanah pribadi yang dihibahkan SDK.

Sekolah tersebut dirancang dengan pola pembelajaran yang islami dan modern dengan berbagai metode seperti Multiple Intelligence (kecerdasan jamak) dan Character Building (pembentukan karakter) untuk mengembangkan kepribadian anak melalui pembiasaan ibadah dan perilaku positif.

"Kita saat ini butuh penguasaan sains dan teknologi. Kita butuh profesionalisme, tetapi kalau hanya itu yang kita miliki kering rasanya. Kita butuh agama, kita butuh hati dan kita butuh akhlak, olehnya untuk mencapai itu harus kita persiapkan dari sekarang," tutur SDK dalam sambutannya pada peletakan batu pertama pembangunan gedung sekolah Buahati Islamic School Jakarta Cabang Mamuju. 

Jauh sebelumnya, Bupati Mamuju dua periode itu pun ternyata sudah membangun pondok pesantren di desa Tadui, kecamatan Mamuju. Pondok pesantren itu dikhususkan bagi anak-anak di bawah garis kemiskinan.

"Itu murni untuk nilai-nilai sosial," kata SDK soal pondok pesantren yang ia bangun.

Tumbuhnya sejumlah sekolah swasta di suatu daerah merupakan penanda bahwa daerah itu menuju kemandirian. Hadirnya Buah Hati Islamic School, kata SDK, menjadikan Mamuju sebagai daerah yang mandiri.

"Mamuju menuju daerah mandiri, karena ada swasta yang membangun sekolah. Ada swasta membangun rumah sakit, ada yang membangun perkebunan," tuturnya.(Keto/A)